Episode 7 - Lukisan Wajahmu

Alfa menatap pintu ruang perawatan dengan pandangan tak bersemangat, tetapi, sebisa mungkin, Ia akan menyiapkan senyumnya yang biasa. Mencoba untuk akan menghadapi Tiara dengan santai. Ditekannya tuas pintu dan separuh tubuhnya telah melangkah masuk. Seketika tubuhnya membeku. Dua pasang mata yang ada dalam ruangan pun sama, terpaku, menatap ke arahnya.

Mamanya ada di ruangan ini? Sejak kapan?

Perasaan tak nyaman langsung merayapinya. Entah apa yang sudah dibicarakan dua orang ini tanpa kehadirannya. Ia tak bisa untuk tidak membuang hal negatif dari pikirannya. Bukan apa-apa, ia hanya merasa, Helmia setengah hati menerima kehadiran Tiara dan Alfa tak bisa menggali lebih dalam untuk mengetahui apa yang membebani pikirannya itu. Ia paham betul ibunya, tetapi, kali ini, entah mengapa Alfa merasakan hal yang berbeda, Helmia tak bisa tertawa lepas dan bersikap terbuka seperti saat Alfa bersama kekasihnya dulu. Terlebih karena ibunya itu memiliki sifat galak. Ia takut jika ada yang tak sesuai dengan keinginannya, Helmia akan langsung memaki dengan kata-katanya yang pedas. Semoga saja karena mereka belum lama kenal. Hanya itu satu-satunya hal positif yang selalu ia tanamkan.

Tiara dan Mamanya sama-sama memandang tanpa lepas sedikit saja kedatangan Alfa hingga lelaki itu meletakkan barang yang dibawanya dan berdiri di ujung ranjang. Namun, kedua wanita itu, akhirnya terlihat bersamaan menatap amplop coklat yang ia letakkan di meja.

“Apa itu?” Helmia bertanya dengan mengarahkan pandangannya menuju amplop coklat di atas meja.

“Oh itu ... eh ... dokumen milik Davian. Tadi ... aku bertemu sebentar saat membeli makanan dan dia menyerahkan itu.” Alfa berkata dengan sedikit terbata. Ia memutuskan untuk berbohong saja dan menunda untuk memberi tahu tentang kabar yang tak mengenakkan itu. Apalagi di sini ada mamanya, yang sudah pasti akan memberikan reaksi pahit atas berita tak baik yang menimpa Tiara. Apalagi jika tahu, bahwa istrinya ternyata sakit karena mengkonsumsi obat darinya.

“Ya sudah. Mama pulang dulu.” Helmia berdiri, memandang Tiara sejenak, kemudian sedikit tersenyum dan pergi dari ruangan.

“Hati-hati Ma.” Alfa mengantar kepergian ibunya dengan ucapan singkatnya tanpa berpindah dari tempatnya berdiri. Kemudian menatap Tiara.

Dipandang dengan tatapan mengintrogasi, Tiara menundukkan kepala. Namun, sepertinya Alfa memilih untuk tak membahas apa-apa karena ia langsung mendekat ke meja dan mengambil tas makanan yang tadi dibawanya.

“Makan ya. Setelah ini kau sudah boleh pulang.” Alfa benar-benar kehilangan ekspresi untuk tersenyum. Mukanya terlihat muram tanpa bisa ia tutupi. Pikirannya berkecamuk penuh dengan perkara tak menyenangkan yang membuat ia melamun tanpa terasa. Kabar ini sungguh terasa mengejutkan untuknya. Entah bagaimana cara yang harus ia tempuh untuk memberitahukan hal ini kepada istrinya itu yang tentu saja akan lebih terkejut daripadanya.

Sekotak makan siang yang sudah Alfa pangku dalam genggaman, yang hendak ia suapkan itu pada akhirnya hanya teraduk-aduk. Namun, tak jua ia tujukan untuk disuapkan. Nampak sekali jika lelaki itu tengah melamun hingga tak sadar atas apa yang sedang ia lakukan.

Tiara mengembuskan udara dengan kasar sebelum akhirnya memegang tangan Alfa untuk membangunkannya dari lamunan. Mengerti akan apa yang ada di benak suaminya. Ia pasti menyangka, Mamanya akan berbicara yang tidak-tidak padanya.

Alfa mengangkat kepalanya dengan berat dan memaksa bibirnya untuk tersenyum.

“Ayo," ucap lelaki itu membuka mulutnya sendiri sebagai perintah agar Tiara mau membuka mulut, seperti sedang menyuapi anak kecil saja.

Tiara pun hanya menurut tanpa kata dan menerima suapan demi suapan sampai makanannya habis.

Setelahnya, mereka berdua berkemas dan berpamitan kepada perawat dan Dokter Jeni sebelum menginjakkan kaki keluar dari Rumah Sakit Bersalin tersebut, mengambil resep obat di apotek, lalu bergegas menuju ruang parkir.

Tiara sempat mengerem langkah panjang Alfa dengan menyeret tangannya hingga Alfa menghentikan langkah dan menoleh ke belakang.

“Ada apa?” Alfa mengangkat sebelah alis demi melihat Tiara yang kembali menoleh ke belakang. Jujur saja, ia ingin segera menghilang dari tempat tak menyenangkan ini, dan wanita itu malahan menghalangi langkahnya.

“Kita tak jadi konsultasi hari ini?” Tiara bertanya dengan polosnya.

Arrrgghh ya

Pertanyaan yang belum ia siapkan jawabannya. Alfa menggerutu dalam hati. Lelaki itu memejamkan mata sejenak untuk berpikir cepat dan menemukan jawaban yang luwes sebagai alasan. “Dokter Jeni sudah memeriksamu saat kau pingsan kemarin. Lain waktu lagi kita akan kembali.” Menjawab sekenanya berharap Tiara percaya dan bisa segera beranjak dari tempat ini.

“Oh ...." Wanita itu memberi jawaban dengan suara lirih yang lebih terdengar seperti bisikan dan tentu saja tak didengar oleh Alfa karena lelaki itu buru-buru melanjutkan langkah lagi, mendahului beberapa langkah ke depan.

******

“Bagaimana keadaan Tiara?” Yunus yang baru saja memasuki rumah spontan langsung bertanya ketika melihat Helmia tengah terduduk di kursi yang bisa dilihatnya begitu ia menapakkan kaki di dalam ruangan.

“Baik. Mungkin ia hanya kelelahan. Mereka langsung pulang begitu Tiara sadar.”

“Baguslah.”

“Atau mungkin saja Tiara sudah hamil? Ia tampak pucat dan mengaku mual.” Helmia mengambil kesimpulannya sendiri atas keadaan yang dilihatnya.

Yunus hanya tersenyum mendengar kata istrinya. Ia sangat paham. Helmia begitu mengharapkan kehadiran cucu mengingat usia mereka yang sudah mendekati pertengahan abad. Wanita itu sangat kecewa ketika tahu bahwa Alfa memutuskan hubungan dengan kekasihnya dulu setelah hampir 5 tahun berhubungan. Ia pikir Alfa akan segera menikah begitu menjalin hubungan spesial dengan wanita. Tapi nyatanya, ia malah mengakhiri hubungan sepihak dan baru menikah setelah 2 tahun berkencan dengan Tiara. Gadis yang diketahuinya merupakan anak seorang pengusaha fashion dan politikus dengan track recordnya yang tak cukup baik.

“Doakan saja yang terbaik untuk mereka. Kau jangan sampai terlalu ikut campur hingga membuat mereka tak nyaman.”

“Kau baru saja menuduhku yang bukan-bukan," ucapnya ketus.

“Aku tak menuduh. Aku hanya mengingatkan. Jangan sampai kau bawa rasa kecewamu itu dengan perlakuan yang tidak semestinya kepada Tiara.”

Helmia beranjak dari duduknya, menghadiahkan tatapan tajam dan membiarkan emosinya yang mulai naik itu mengambang di udara tak terlontarkan. Pergi dari pembicaraan yang pasti akan berujung pada pertengkaran itu.

******

Bau harum teh panas menguar di udara. Tiara menghirupnya dalam-dalam sebelum membawa cangkir tehnya ke sofa di ruang bersantai. Alfa tidak ada di tempatnya. Tadi ia melihat suaminya tengah berada di depan meja sofa sambil mengutak-atik kameranya, berniat pergi ke dapur dan membuatkan secangkir teh.

Dicarinya lelaki itu di seluruh sudut ruang dan dilihatnya Alfa tengah terduduk di depan tembok belakang dengan menarikan kuas di sana.

“Sedang apa?” Tiara menyuarakan pertanyaan dengan niat untuk menghentikan aktivitas suaminya, karena sebenarnya tanpa bertanya pun, Tiara tahu bahwa Alfa tengah melukis. Ia berdiri di ambang pintu menilik dari samping.

“Sedang … bersama yang kucintai.” Alfa mengulas senyum sejenak tanpa menstop tangannya yang sedang memegang kuas.

Tiara yang tak bisa menutupi rasa ingin tahunya akhirnya melangkah menjauh di belakang Alfa agar bisa melihat dengan jelas.

“Itu aku?” Tunjuknya pada diri sendiri.

Memandang lukisan seperti sedang berada di depan cermin besar. Alfa melukis di dinding tembok diantara dua dinding kayu yang merapatnya. Membuat lukisan itu terlihat sangat besar dengan bingkai yang sangat besar pula. Terlebih, terlihat sama besar dengan dirinya yang sesungguhnya dan sangat mirip dengan aslinya.

“Wajahku … apa wajahku memang seperti itu?”

Alfa memandang Tiara kemudian menatap lukisannya. Memiringkan kepala seolah menilai apa yang dilihatnya. Mempelajari wajah yang dilukisnya tanpa menemukan apa yang dimaksudkan Tiara.

“Aku disitu pucat sekali, apa wajahku memang pucat?” Tiara mengusap pipinya dengan kedua tangan.

“Benarkah? Ya ... ya ... aku akan menambahkan warna di sini ... di sini ....” Semakin lirih ia berkata seperti sedang berbicara kepada diri sendiri dan terus saja memoles dengan teliti selama beberapa saat.

“Tentu kau tidak pucat seperti tadi, aku hanya belum menambahkan warna terakhir serta memberi warna merah untuk bibirmu, kau sangat cantik Tiara, dan lukisan wajahmu ini, tak bisa mewakili setengah saja dari auramu yang sesungguhnya," tambahnya.

Tiara membalas dengan pandangan mengejek.

“Berdirilah di sana. Aku akan mengambil gambarmu.” Alfa mengambil kameranya, menghela Tiara agar mendekat ke tembok, dekat dengan lukisan wajahnya sendiri, lalu seperti model profesional, Tiara berfoto dengan gaya yang dipandu oleh Alfa di depannya. Istrinya itu tampak malu-malu tetapi Alfa berhasil membujuknya agar mau berpose.

Alfa tersenyum getir melihat hasil foto yang diambilnya, melihat jelas bahwa wajah Tiara memanglah pucat. Ia tak bisa berpikir jernih sedari kemarin. Perkataan Dokter Jeni terus menghantuinya. Ia hanya terus mentasbihkan doa, semoga ini hanyalah kekhawatiran sementara yang tidak perlu.

Mencoba mengusir jauh segala kekalutannya, ia mengambil kuas dan cat warna lalu melukis. Seolah tak bisa menyembunyikan setitik saja rahasia, ia bahkan tadi melukis dengan terus terbayang kesakitan yang dirasa istrinya hingga mengambil sikap bodoh dengan menyuarakan pikirannya dengan melukis wajah Tiara yang pucat.

Teruslah tersenyum Tiara ....

Terpopuler

Comments

Kiki Miski 💞🍃

Kiki Miski 💞🍃

Tak bisa membayangkan bagaimana ekspresi helmia begitu mengetahui penyakit tiara 😱😱
semangat author bintang 😍😘💪

2020-06-29

1

lihat semua
Episodes
1 Episode-1 Pernikahan
2 Episode-2 Rumah Baru
3 Episode-3 Keinginan
4 Episode-4 Perhatian Mama
5 Episode-5 Sakit
6 Episode-6 Kejutan Menyedihkan
7 Episode 7 - Lukisan Wajahmu
8 Episode-8 Kembali Bekerja
9 Episode-9 Kemarahan Alfa
10 Episode-10 Kegembiraan Bersama
11 Episode-11 Periksa Kandungan
12 Episode-12 Bertemu Mantan
13 Episode-13 Sebuah Rencana
14 Episode-14 Teka Teki
15 Episode-15 Kehilangan
16 Episode-16 Air Mata
17 Episode-17 Tersenyum Kembali
18 Episode-18 Gallery
19 Episode-19 Kesempatan
20 Episode-20 Bersekutu
21 Episode-21 Tanpa Sadar
22 Episode-22 Kedua Kali
23 Episode-23 Pertengkaran
24 Episode 24 - Melukis Harapan
25 Episode 25 - Lebih Dekat
26 Episode 26 - Pulang
27 Episode 27 - Kepedihan
28 Episode 28 - Melepas Rindu
29 Episode 29 - Lemah
30 Episode 30 - Bertahan
31 Episode 31 - Mati Bersamamu
32 Episode 32 - Tak Terduga
33 Episode - 33 Kecewa
34 Episode-34 Kembali Pulang
35 Author Menyapa
36 Episode-35 Merawatmu
37 Episode-36 Dilema
38 Episode 37 - Wonder Woman
39 Episode 38 - Hidroterapi
40 Episode 39 - Bukan Kejutan
41 Episode 40 - Kolam Renang
42 Episode 41 - Wanita itu
43 Episode 42 - Berbeda
44 Episode 43 - Menemani
45 Episode 44 - Asisten?
46 Episode 45 - Tanda Kehamilan
47 Episode 46 - Tempat Terbaik
48 Episode 47 - Balas Budi
49 Episode 48 - Bertemu Lagi
50 Episode 49 - Ayah Sejati
51 Episode 50 - Kabar Buruk
52 Episode 51 - Salam Perpisahan
53 Episode 52 - Sepercik Rindu
54 Episode 53 - Rencana Terselubung
55 Episode 54 - Keputusan
56 Episode 55 - Bersandiwara
57 Episode 56 - Menunggu Kabar Baik
58 Episode 57 - Lelaki Penggoda
59 Episode 58 - Mengintai
60 Episode 59 - Permintaan
61 Episode 60 - Bersabar
62 Episode 61 - Langkah Terbaik
63 Episode 62 - Tak Ada Pilihan
64 Episode 63 - Emosional
65 Episode 64 - Wanita dan Cinta
66 Episode 65 - Rencana Terakhir
67 Episode 66 - Kucing Persia
68 Episode 67 - Bahagia
69 Episode 68 - Mencari Kebenaran
70 Episode 69 - Kamuflase
71 Episode 70 - Muara Rindu
72 Episode 71 - Nadia
73 Episode 72 - Mendekap Luka
74 Episode 73 - Secercah Harapan
75 Episode 74 - Romantika
76 Episode 75 - Titik Balik
77 Episode 76 - Melepas Beban
78 Episode 77 - Bertamu
79 Episode 78 - Restu Mama
80 Episode 79 - Antipati
81 Episode 80 - Panik
82 Episode 81 - Memulihkan Diri
83 Episode 82 - Penerimaan
84 Episode 83 - Mimpi Itu
85 Episode 84 - Persiapan
86 Episode 85 - Memaksa Diri
87 Episode 86 - Menjemput Waktu
88 Episode 87 - Akhir Penantian
89 Episode Penutup - Mencintaimu
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Episode-1 Pernikahan
2
Episode-2 Rumah Baru
3
Episode-3 Keinginan
4
Episode-4 Perhatian Mama
5
Episode-5 Sakit
6
Episode-6 Kejutan Menyedihkan
7
Episode 7 - Lukisan Wajahmu
8
Episode-8 Kembali Bekerja
9
Episode-9 Kemarahan Alfa
10
Episode-10 Kegembiraan Bersama
11
Episode-11 Periksa Kandungan
12
Episode-12 Bertemu Mantan
13
Episode-13 Sebuah Rencana
14
Episode-14 Teka Teki
15
Episode-15 Kehilangan
16
Episode-16 Air Mata
17
Episode-17 Tersenyum Kembali
18
Episode-18 Gallery
19
Episode-19 Kesempatan
20
Episode-20 Bersekutu
21
Episode-21 Tanpa Sadar
22
Episode-22 Kedua Kali
23
Episode-23 Pertengkaran
24
Episode 24 - Melukis Harapan
25
Episode 25 - Lebih Dekat
26
Episode 26 - Pulang
27
Episode 27 - Kepedihan
28
Episode 28 - Melepas Rindu
29
Episode 29 - Lemah
30
Episode 30 - Bertahan
31
Episode 31 - Mati Bersamamu
32
Episode 32 - Tak Terduga
33
Episode - 33 Kecewa
34
Episode-34 Kembali Pulang
35
Author Menyapa
36
Episode-35 Merawatmu
37
Episode-36 Dilema
38
Episode 37 - Wonder Woman
39
Episode 38 - Hidroterapi
40
Episode 39 - Bukan Kejutan
41
Episode 40 - Kolam Renang
42
Episode 41 - Wanita itu
43
Episode 42 - Berbeda
44
Episode 43 - Menemani
45
Episode 44 - Asisten?
46
Episode 45 - Tanda Kehamilan
47
Episode 46 - Tempat Terbaik
48
Episode 47 - Balas Budi
49
Episode 48 - Bertemu Lagi
50
Episode 49 - Ayah Sejati
51
Episode 50 - Kabar Buruk
52
Episode 51 - Salam Perpisahan
53
Episode 52 - Sepercik Rindu
54
Episode 53 - Rencana Terselubung
55
Episode 54 - Keputusan
56
Episode 55 - Bersandiwara
57
Episode 56 - Menunggu Kabar Baik
58
Episode 57 - Lelaki Penggoda
59
Episode 58 - Mengintai
60
Episode 59 - Permintaan
61
Episode 60 - Bersabar
62
Episode 61 - Langkah Terbaik
63
Episode 62 - Tak Ada Pilihan
64
Episode 63 - Emosional
65
Episode 64 - Wanita dan Cinta
66
Episode 65 - Rencana Terakhir
67
Episode 66 - Kucing Persia
68
Episode 67 - Bahagia
69
Episode 68 - Mencari Kebenaran
70
Episode 69 - Kamuflase
71
Episode 70 - Muara Rindu
72
Episode 71 - Nadia
73
Episode 72 - Mendekap Luka
74
Episode 73 - Secercah Harapan
75
Episode 74 - Romantika
76
Episode 75 - Titik Balik
77
Episode 76 - Melepas Beban
78
Episode 77 - Bertamu
79
Episode 78 - Restu Mama
80
Episode 79 - Antipati
81
Episode 80 - Panik
82
Episode 81 - Memulihkan Diri
83
Episode 82 - Penerimaan
84
Episode 83 - Mimpi Itu
85
Episode 84 - Persiapan
86
Episode 85 - Memaksa Diri
87
Episode 86 - Menjemput Waktu
88
Episode 87 - Akhir Penantian
89
Episode Penutup - Mencintaimu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!