Episode-5 Sakit

Alfa pulang dari pekerjaannya di luar pulau satu hari kemudian. Lelaki itu memutuskan untuk menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu, sehingga saat di rumah, walau jatah cutinya berkurang, ia bisa menikmati waktu istirahat dan waktu senggangnya dengan tenang tanpa dihantui dengan penyelesaian pekerjaan.

“Apa yang kau bicarakan bersama Mama kemarin? Apakah ia berkata yang tidak-tidak sehingga membuatmu tak nyaman?" Alfa duduk santai di sofa, menikmati suasana damai di hatinya dengan tangannya yang terus menerus mengelus kepala Tiara yang bersandar di lengannya. Televisi dibiarkan menyala begitu saja menatap mereka yang tengah asyik berduaan.

“Tidak-tidak yang seperti apa?” Tiara mendongak, mempertanyakan sesuatu yang sebenarnya sudah bisa ia jawab, tetapi, tak sampai hati untuk mengutarakan.

“Menyuruhmu melakukan hal-hal yang berlebihan? Meminum jamu, obat-obatan atau melakukan program kehamilan?”

Tiara terdiam.

Ia memang berdua dengan Helmia dalam acara bincang santai kemarin. Tetapi seperti biasanya, ibu mertuanya itu mengajaknya berbicara dengan nada yang mengintimidasi, sehingga, seperti terkena hipnotis, apa yang dikatakan oleh Mamanya, ia menurut saja.

“Iya?” Alfa menjawab pertanyaannya dengan pertanyaannya sendiri karena Tiara hanya membisu dan kemungkinan jawabannya memang benarlah sesuai dugaannya.

“Itu karena dia ingin menunjukkan rasa sayangnya padaku. Tidak ada yang salah bukan?”

“Apa ada yang Mama berikan padamu?” Laki-laki itu masih terus mengejar pertanyaan, karena merasakan kesabarannya yang mulai menipis.

Tiara menegakkan posisi duduknya dan menyilakan kaki di atas sofa sambil menghadap ke arah Alfa. “Kenapa kau tampak khawatir sampai mengintrogasiku seperti itu. Hm?” Dagunya terangkat dengan topangan tangan kanannya.

“Aku khawatir mama memaksamu sehingga membuatmu tidak enak. Apa Mama memberimu sesuatu? Jangan dikonsumsi dulu. Kita konsultasikan ke Dokter Jeni. Lagi pula kita belum tahu benar bukan? kondisi tubuhmu dengan obat yang kau minum?” Alfa mencondongkan tubuh ke depan untuk mengambil secangkir kopi yang ada di meja, kemudian menyesapnya sedikit demi sedikit seakan memberi jeda sebelum kembali berkata, “Aku sudah memesan janji temu dengan Dokter Jeni sore nanti. Kita akan mengadakan konsultasi.”

Ucapan Alfa itu membuat Tiara menegang dan panik. Tubuhnya mulai dialiri rasa panas yang membakar rongga dadanya. Benarlah bahwa ia tidak boleh mengkonsumsi obat dengan serampangan tanpa melihat terlebih dahulu dosis dan apa efek samping yang kemungkinan akan ia rasakan.

Memikirkan hal itu membuat kepala Tiara terasa semakin berdenyut, ditambah dengan rasa cemas karena penyesalan akan perbuatannya yang sudah tidak bisa ia tarik kembali.

Hari kemarin ketika Helmia datang, Tiara langsung diperintah oleh mama mertuanya itu untuk meminum salah satu obat penyubur kandungan yang dibawanya setelah mereka selesai menyantap makan siang dan makan malam. Pagi tadi, ia pun meminumnya kembali seusai sarapan.

Jadi, inikah penyebab rasa pening di kepala yang menderanya sejak tadi pagi?

Tiara memijat pangkal hidungnya sebentar sambil memejamkan mata untuk sedikit mengusir rasa tak nyaman yang bersarang di sana, mencoba menetralkan rasa sakit yang terkadang muncul dan kadangkala hilang tanpa bisa diduga.

“Kau kenapa Tiara?” Alfa langsung menghadapkan tubuh padanya dan mengerutkan kening. Tiara tampak sedikit pucat rasa-rasanya. Istrinya itu memejamkan mata dan mengerutkan kening dalam seakan-akan tengah merasai kesakitan dan menahannya.

“Tiara?” Ulangnya.

“Kepalaku pening dan perutku terasa aneh," lirihnya sembari menghempaskan tubuh pada sandaran sofa, dengan matanya yang sedikit terbuka.

“Kau sakit? Ah, apa kau terlalu lama menunggu oleh-oleh dariku?” Alfa turut bersandar sambil terus menatap wajah istrinya.

“Oleh-oleh?” Tiara menolehkan kepala.

“Ya. Kau bilang sendiri kemarin, katanya oleh-olehku itu adalah aku yang lelah dan tidur-tiduran saja di atas ranjang. Benar?”

Tiara memukulkan tangannya ke dada bidang Alfa yang langsung ditanggapinya dengan rintihan sakit yang dibuat-buat. Wanita itu merasa sebal sekaligus malu. Bisa-bisanya suaminya itu menggodanya di tengah rasa tak nyaman yang sedang mendominasinya itu.

“Ayo. Akan kuberikan padamu oleh-olehku itu. Barangkali bisa sedikit meredam rasa sakitmu. Kau tahu? Olahraga bersama suami bisa membuatmu rileks dan menyembuhkan pusing di kepala," ujarnya dengan seringaian yang menyebalkan.

Alfa bangkit dari duduknya dan hendak melangkah. Namun, Tiara hanya tersenyum dengan sebelah bibir dan tak menanggapi ajakan tersirat lelaki itu yang telah berdiri.

“Baik. Kau tak mau di sana?” Alfa mengedikkan pandangannya ke arah kamar.

“Kalau begitu, di sini saja,” lanjutnya dengan tubuh yang bergerak cepat hingga membuat Tiara menjerit kecil karena tiba-tiba saja Alfa sudah tertelungkup di atasnya dengan senyum menggoda.

******

“Masih sakit?” Alfa menggenggamkan jemarinya ke kedua tangan Tiara. Sedari berangkat tadi, Tiara hanya menurut ajakannya dan tak banyak bicara.

Sekarang, mereka telah berada di ruang tunggu antrian dokter kandungan Rumah Sakit Bersalin di kotanya. Menunggu dengan cemas berharap antrian segera berganti ke arahnya. Semakin lama Alfa semakin panik saja karena wajah Tiara benar-benar telah pucat pasi dengan tubuhnya yang lemas.

“Bisakah kita pulang saja? Antrian masih lama bukan?” Tiara tak menjawab pertanyaan lelaki itu seperti yang diharapkannya hingga membuat Alfa mendecak.

“Antar aku pulang Al ....” Alfa yang menangkap sesuatu yang semakin tidak beres itu menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan melihat-lihat antrian di poli sebelah dan memutuskan untuk mengajak istrinya ke dokter umum saja yang tidak harus menunggu lama. Memutuskan untuk menunda pertemuan mereka dengan Dokter Jeni. Dipapahnya Tiara berdiri, akan tetapi, wanita itu tak juga turut melangkah membersamainya. Hal itu membuat Alfa mengerutkan kening dan memperhatikan ke arah mata Tiara dengan saksama. Barulah lelaki itu menyadari bahwa istrinya tengah menatapnya pula, tetapi, dengan pandangan kabur.

“Kepalaku ... sakit,” ucapnya semakin lirih dan tubuhnya pun rubuh kehilangan kesadaran.

Orang-orang yang kebetulan sedang berada dalam satu ruangan itu mendadak heboh. Beberapa di antaranya berlarian meminta pertolongan dan beberapa yang lain mendekat hendak membantu Alfa mengangkat Tiara. Namun, dengan kekuatan penuh, Alfa menggendong sendiri istrinya, lalu berjalan ke arah ranjang kosong yang kebetulan terletak di lorong tak jauh darinya.

Dua orang perawat terlihat mendekat dan bersama-sama mendorong ranjangnya masuk ke ruang periksa. Menutup pintu. Membuat pasien dan petugas yang berjaga tenang kembali dan duduk di posisi mereka semula.

******

Tiara terlelap dengan tenang. Matanya terpejam. Wajahnya sudah tak menunjukkan rasa sakit seperti tadi. Tetapi, wajahnya masihlah pucat pasi. Alfa menungguinya dengan galau. Ia merasa jengkel bukan main hingga membuatnya mengacak-acak rambut sampai tak karuan.

Apa yang sebenarnya terjadi? Apa benar Tiara telah meminum obat seperti perkiraannya? Apa yang sebaiknya dilakukannya? Haruskah ia berbicara dengan Mamanya? Ia tahu Mamanya posesif luar biasa jika sudah memiliki hal yang dikehendakinya. Apa Mamanya tak berpikir untuk memeriksakan saja Tiara dahulu? Toh, nanti dokter sendiri yang akan memberikan yang terbaik untuk istrinya. Sebegitu cemaskah Mamanya dengan Tiara? Takut Tiara menghadapi hal yang sama dengannya?

Suara derap sepatu memasuki ruangan membuat Alfa menoleh ke belakang.

Kedua pasang mata yang bertemu pandang itu saling bersitatap sejenak sebelum bisa saling mengenali satu sama lain.

“Dokter Jeni?” Alfa berdiri dari tempat duduknya untuk menyambut kedatangan dokter wanita itu.

“Ah, Gheo?” Sapanya setelah mengenali pula raut wajah laki-laki di depannya.

Alfa menganggukkan kepala tipis. “Iya. ini aku," jawabnya.

Dokter Jeni tersenyum ramah kemudian dan melangkahkan kaki menuju meja kerja yang terdapat di ruangan itu.

Dokter itu memanggilnya dengan nama kecilnya. Jeni telah mengenal anak laki-laki di hadapannya ini bahkan sejak ia berada dalam kandungan mamanya. Usianya yang semakin menua ternyata tak membuat ia pangling, mengingat sudah lama ia tak berjumpa dengan Alfa.

“Mengapa kau ada di sini? Bukankah kau ada konsultasi denganku?” ucapnya dengan nada terkejut. Tadi, ia mendapat informasi dari perawat jaga bahwa ada pasiennya yang menunggu di ruang periksa umum.

Alfa menengok kembali ke belakangnya di mana Tiara ditidurkan. “Istriku pingsan di ruang tunggu.”

Dokter Jeni kemudian menunjuk dengan sebelah tangannya ke arah kursi yang ada di depannya, mempersilakan Alfa untuk duduk.

“Duduklah," perintahnya bersamaan dengan dirinya yang juga duduk di belakang meja.

Alfa terduduk lesu dengan punggung bersandar.

“Ada apa? Istrimu sudah hamil?”

“Aku tak tahu. Sebenarnya aku ke sini baru akan berkonsultasi untuk program kehamilan, tetapi, sepertinya Mama mendahului langkah.”

“Mamamu? Mendahului langkah? Apa maksudmu?" Kening Jeni berkerut mendengar kata-kata Alfa yang ambigu itu.

“Ya. mama sepertinya terlalu terburu-buru akan keinginannya sehingga memberikan Tiara obat tanpa sepengetahuanku.”

Dokter Jeni tampak berpikir sejenak, mencerna ucapan anak laki-laki yang sudah seperti keponakannya ini dengan hati-hati dan menyimpulkan kemungkinan yang telah terjadi.

“Baiklah. Biarkan istrimu dirawat di sini dulu. Aku nanti akan melakukan cek darah.”

Alfa menganggukkan kepala dengan frustasi, lalu dengan lemah menjawab, “Ya ...."

Terpopuler

Comments

Belinda Marchely

Belinda Marchely

Nah, kaaannnn 😔

2020-08-26

1

es dawet

es dawet

hahhhh...kekuatan penuh ya....seperti power rangers ya...hehe...semangattt

2020-06-11

1

Adi Kusma

Adi Kusma

Mantap kak !!! Lanjut dan Semangat selalu.

kalo ada waktu
singgah ke Pendekar Elang Putih ya (•‿•)(•‿•)

2020-04-26

1

lihat semua
Episodes
1 Episode-1 Pernikahan
2 Episode-2 Rumah Baru
3 Episode-3 Keinginan
4 Episode-4 Perhatian Mama
5 Episode-5 Sakit
6 Episode-6 Kejutan Menyedihkan
7 Episode 7 - Lukisan Wajahmu
8 Episode-8 Kembali Bekerja
9 Episode-9 Kemarahan Alfa
10 Episode-10 Kegembiraan Bersama
11 Episode-11 Periksa Kandungan
12 Episode-12 Bertemu Mantan
13 Episode-13 Sebuah Rencana
14 Episode-14 Teka Teki
15 Episode-15 Kehilangan
16 Episode-16 Air Mata
17 Episode-17 Tersenyum Kembali
18 Episode-18 Gallery
19 Episode-19 Kesempatan
20 Episode-20 Bersekutu
21 Episode-21 Tanpa Sadar
22 Episode-22 Kedua Kali
23 Episode-23 Pertengkaran
24 Episode 24 - Melukis Harapan
25 Episode 25 - Lebih Dekat
26 Episode 26 - Pulang
27 Episode 27 - Kepedihan
28 Episode 28 - Melepas Rindu
29 Episode 29 - Lemah
30 Episode 30 - Bertahan
31 Episode 31 - Mati Bersamamu
32 Episode 32 - Tak Terduga
33 Episode - 33 Kecewa
34 Episode-34 Kembali Pulang
35 Author Menyapa
36 Episode-35 Merawatmu
37 Episode-36 Dilema
38 Episode 37 - Wonder Woman
39 Episode 38 - Hidroterapi
40 Episode 39 - Bukan Kejutan
41 Episode 40 - Kolam Renang
42 Episode 41 - Wanita itu
43 Episode 42 - Berbeda
44 Episode 43 - Menemani
45 Episode 44 - Asisten?
46 Episode 45 - Tanda Kehamilan
47 Episode 46 - Tempat Terbaik
48 Episode 47 - Balas Budi
49 Episode 48 - Bertemu Lagi
50 Episode 49 - Ayah Sejati
51 Episode 50 - Kabar Buruk
52 Episode 51 - Salam Perpisahan
53 Episode 52 - Sepercik Rindu
54 Episode 53 - Rencana Terselubung
55 Episode 54 - Keputusan
56 Episode 55 - Bersandiwara
57 Episode 56 - Menunggu Kabar Baik
58 Episode 57 - Lelaki Penggoda
59 Episode 58 - Mengintai
60 Episode 59 - Permintaan
61 Episode 60 - Bersabar
62 Episode 61 - Langkah Terbaik
63 Episode 62 - Tak Ada Pilihan
64 Episode 63 - Emosional
65 Episode 64 - Wanita dan Cinta
66 Episode 65 - Rencana Terakhir
67 Episode 66 - Kucing Persia
68 Episode 67 - Bahagia
69 Episode 68 - Mencari Kebenaran
70 Episode 69 - Kamuflase
71 Episode 70 - Muara Rindu
72 Episode 71 - Nadia
73 Episode 72 - Mendekap Luka
74 Episode 73 - Secercah Harapan
75 Episode 74 - Romantika
76 Episode 75 - Titik Balik
77 Episode 76 - Melepas Beban
78 Episode 77 - Bertamu
79 Episode 78 - Restu Mama
80 Episode 79 - Antipati
81 Episode 80 - Panik
82 Episode 81 - Memulihkan Diri
83 Episode 82 - Penerimaan
84 Episode 83 - Mimpi Itu
85 Episode 84 - Persiapan
86 Episode 85 - Memaksa Diri
87 Episode 86 - Menjemput Waktu
88 Episode 87 - Akhir Penantian
89 Episode Penutup - Mencintaimu
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Episode-1 Pernikahan
2
Episode-2 Rumah Baru
3
Episode-3 Keinginan
4
Episode-4 Perhatian Mama
5
Episode-5 Sakit
6
Episode-6 Kejutan Menyedihkan
7
Episode 7 - Lukisan Wajahmu
8
Episode-8 Kembali Bekerja
9
Episode-9 Kemarahan Alfa
10
Episode-10 Kegembiraan Bersama
11
Episode-11 Periksa Kandungan
12
Episode-12 Bertemu Mantan
13
Episode-13 Sebuah Rencana
14
Episode-14 Teka Teki
15
Episode-15 Kehilangan
16
Episode-16 Air Mata
17
Episode-17 Tersenyum Kembali
18
Episode-18 Gallery
19
Episode-19 Kesempatan
20
Episode-20 Bersekutu
21
Episode-21 Tanpa Sadar
22
Episode-22 Kedua Kali
23
Episode-23 Pertengkaran
24
Episode 24 - Melukis Harapan
25
Episode 25 - Lebih Dekat
26
Episode 26 - Pulang
27
Episode 27 - Kepedihan
28
Episode 28 - Melepas Rindu
29
Episode 29 - Lemah
30
Episode 30 - Bertahan
31
Episode 31 - Mati Bersamamu
32
Episode 32 - Tak Terduga
33
Episode - 33 Kecewa
34
Episode-34 Kembali Pulang
35
Author Menyapa
36
Episode-35 Merawatmu
37
Episode-36 Dilema
38
Episode 37 - Wonder Woman
39
Episode 38 - Hidroterapi
40
Episode 39 - Bukan Kejutan
41
Episode 40 - Kolam Renang
42
Episode 41 - Wanita itu
43
Episode 42 - Berbeda
44
Episode 43 - Menemani
45
Episode 44 - Asisten?
46
Episode 45 - Tanda Kehamilan
47
Episode 46 - Tempat Terbaik
48
Episode 47 - Balas Budi
49
Episode 48 - Bertemu Lagi
50
Episode 49 - Ayah Sejati
51
Episode 50 - Kabar Buruk
52
Episode 51 - Salam Perpisahan
53
Episode 52 - Sepercik Rindu
54
Episode 53 - Rencana Terselubung
55
Episode 54 - Keputusan
56
Episode 55 - Bersandiwara
57
Episode 56 - Menunggu Kabar Baik
58
Episode 57 - Lelaki Penggoda
59
Episode 58 - Mengintai
60
Episode 59 - Permintaan
61
Episode 60 - Bersabar
62
Episode 61 - Langkah Terbaik
63
Episode 62 - Tak Ada Pilihan
64
Episode 63 - Emosional
65
Episode 64 - Wanita dan Cinta
66
Episode 65 - Rencana Terakhir
67
Episode 66 - Kucing Persia
68
Episode 67 - Bahagia
69
Episode 68 - Mencari Kebenaran
70
Episode 69 - Kamuflase
71
Episode 70 - Muara Rindu
72
Episode 71 - Nadia
73
Episode 72 - Mendekap Luka
74
Episode 73 - Secercah Harapan
75
Episode 74 - Romantika
76
Episode 75 - Titik Balik
77
Episode 76 - Melepas Beban
78
Episode 77 - Bertamu
79
Episode 78 - Restu Mama
80
Episode 79 - Antipati
81
Episode 80 - Panik
82
Episode 81 - Memulihkan Diri
83
Episode 82 - Penerimaan
84
Episode 83 - Mimpi Itu
85
Episode 84 - Persiapan
86
Episode 85 - Memaksa Diri
87
Episode 86 - Menjemput Waktu
88
Episode 87 - Akhir Penantian
89
Episode Penutup - Mencintaimu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!