Episode-17 Tersenyum Kembali

Tiara kembali menginjakkan kakinya di rumah. Wanita itu tersenyum masam begitu memasuki pintu ruang depan. Tiara teringat bagaimana Ia bertengkar dengan Alfa ketika akan memberitahukan kejutan mengenai kehamilannya. Terasa sangat singkat sampai dengan saat ini. Wanita itu berusaha untuk tegar karena ada orang-orang yang dia sayangi dan selalu memberi suntikan semangat dan optimis untuknya. Tentunya, ia tak akan mengecewakan mereka dengan terus menerus bersedih bukan?

Wanita bertubuh ramping itu mungkin akan kembali bekerja besok. Alfa mengultimatumnya agar di rumah saja hari ini dan tak bepergian kemanapun. Tak bisa membayangkan bagaimana pekerjaannya menumpuk karena rasa-rasanya, setelah menikah, ada saja alasannya untuk tidak berangkat bekerja. Alfa akan pergi ke studio hari ini. Ia memutuskan untuk bersantai sejenak di ruang belakang sebelum menghubungi rekan kerjanya dan mencicil pekerjaannya di rumah.

Langkahnya terhenti sejenak ketika sampai di penghujung ruang di mana ada lukisan dirinya dengan seorang bayi kecil di pangkuannya yang tergores dengan cat warna merah.

Alfa melukis itu … kapan?

Tanpa ia tahu, Alfa sudah berdiri di sampingnya dan turut mengarahkan pandangannya ke lukisan dinding beberapa malam lalu. Ia lupa belum menyelesaikan lukisannya. Penyesalan langsung menghampirinya ketika ia melihat Tiara memandangi lukisan itu tiada henti. Teringat akan hal yang tak seharusnya dengan lukisan itu Tiara menjadi sedih kembali.

“Bayinya cantik, tetapi mengapa ada warna merah berantakan di sana? Apa kau tahu kalau ... dia akan pergi?” Tiara bertanya sambil menoleh ke arah suaminya. Senyum tersungging di bibir merah mudanya.

“Oh, jangan dipikirkan Tiara. Aku akan memperbaiki nanti. Malam itu aku sedang melukis di sini dan tanpa sengaja menggoreskan cat merah karena terkejut mendengar suara pecahan di kamarmu.” Alfa lalu memegang pucuk dagu Tiara agar wanita itu memandang ke arahnya.

“Oh," jawabnya singkat lalu turut memandangi wajah Alfa yang semakin dekat dengannya.

Lelaki itu menempelkan dahinya ke dahi Tiara dan terpejam. “Kau jangan lagi terbebani masalah anak. Biarkan itu mengalir saja. Tak peduli dengan omongan orang. Ini hanya antara kau dan aku.” Alfa mengembuskan napas panasnya berulang-ulang, berharap Tiara paham makna tersirat dalam ucapannya. Tentu saja ia ingin istrinya tak menggubris Mamanya yang setelah mengetahui informasi langsung dari Dokter Jeni, entah akan seperti apa. Tiara hanya terdiam. Menikmati kedekatan yang lelaki itu ciptakan.

Alfa semakin mendekatkan bibirnya ke bibir Tiara. Mulai meraup bibir mungilnya ke dalam bibirnya yang hangat. Menyesap dan menarik kuat rasa nikmat yang timbul akibat pertautan bibir mereka. Salah satu tangan mendorong punggung Tiara agar semakin menempel dengan tubuhnya. Napas yang semakin tak karuan memburu dan detak jantung yang berdebar semakin kencang menandakan dorongan hormon testosteron dan estrogen dalam tubuh mereka yang semakin meningkat. Alfa mendorong tubuh Tiara hingga terpepet ke tembok di belakangnya dan seolah ingin segera menyatukan diri.

Sadar bahwa ia tak boleh melanjutkan aksinya, Alfa mengurangi intensitas ciumannya dan mencium mesra dengan hanya menempelkan bibirnya.

“Aku tak boleh ...," ucapnya parau dengan napas berat dan akhirnya melepas Tiara yang sudah tampak penuh gairah dengan rambut yang lecek dan berantakan yang nampak semakin menggoda. Wanita itu masih memelukkan tangannya ke pundak suaminya dan rasa kosong memenuhi dadanya.

“Maafkan aku Tiara.” Alfa membuka matanya perlahan dan mengelus pipi istrinya dengan lembut. Dengan wajah merona malu, Tiara menundukkan kepalanya.

“Maafkan aku …” Masih dengan menunduk dan tak berani menatap suaminya. Ia sangat paham dengan apa yang tengah bergejolak di diri suaminya sekarang. Ia pun masih belum bisa memberikan apa yang Alfa minta darinya. Ia masih belum pulih. Dan ia merasa bersalah. Tak mampu menjaga calon anaknya yang bahkan mereka belum tahu seperti apa. Mungkin sekarang Alfa tak apa-apa, namun bagaimana jika esok hari ternyata ia harus menghadapi hal yang sama? Tiara tak bisa mengandung dengan benar. Lalu, bagaimana reaksi mertuanya setelah ini?

“Sudah. Aku harus membersihkan diri dulu sebelum berangkat. Sungguh berat sebenarnya harus pergi hari ini. Tapi-”

“Iya, berangkatlah.” Tiara menganggukkan kepala menyatakan tak keberatannya jika Alfa harus pergi.

Ketukan pintu membuyarkan keintiman mereka. Alfa dengan segera menoleh ke arah belakangnya lalu bergegas berjalan membuka pintu ruang depan.

“Mama.” Berta berdiri membelakangi pintu dan Alfa pun segera menyapa begitu ia melihat.

Berta tersenyum lalu memeluk putra menantunya itu sebagai ucapan perjumpaan setelah sekian lama.

“Tiara ada di belakang.” Alfa langsung berjalan mengantar ke tempat Tiara yang sedang duduk di kursi teras.

Melihat Tiara yang tengah sendiri melamun, Berta tersenyum dengan kening berkerut. “Tiara ….” Wanita itu memanggil dengan suara rendah, tetapi berhasil mengusik pendengaran anaknya hingga membuat Tiara menoleh dengan cepat dan terkejut.

“Mama ….” Secepat kilat Tiara berdiri dan menghambur ke pelukan mamanya. Memeluk dengan erat.

******

“Halo Al?” Dony menyapa ketika dering telepon akhirnya diangkat oleh Alfa.

“Iya. Sebentar lagi aku datang. Ada tamu di rumah," jawabnya tanpa menunggu pernyataan dari sang penelepon.

“Oh. Oke. Kutunggu.” Dony menekan tombol merah untuk mengakhiri sambungan singkatnya.

"Jadi mereka meminta tema apa untuk kita persiapkan?" Brian langsung menyambung dengan pertanyaan ketika Dony mengakhiri panggilan.

"Mereka meminta konsep musim gugur. Kostum pakaiannya semi formal."

"Kita akan menggunakan lokasi yang seperti biasa?" Alex menyambung.

"Iya. Kita ke lokasi yang biasa. Ekstra part hari ini. Ada tiga pemotretan lain yang harus kita lakukan. Dua lainnya sebenarnya besok, tapi mereka meminta hari ini. Satu lagi meminta untuk di studio saja. Konsepnya lebih sederhana. Yogi, Fathan, Reinan, dimana mereka?" Ujarnya menyapu pandang dan berkali-kali melihat waktu melalui jam tangan yang melingkar di tangan kirinya.

"Prepare akomodasi yang harus kita bawa." Brian mengangsurkan beberapa lembar kertas ke hadapan Dony yang langsung dibaca olehnya.

"Dua orang sudah membayar setengahnya. Satu lagi akan langsung melunasi begitu pemotretan selesai." Lelaki berambut pirang itu menjelaskan kembali isi kertas yang diangsurkannya.

"Baik. Kita tinggal berangkat saja." Dony menyahut.

"Sudah siap?" Alfa yang baru muncul dan berdiri di pucuk tangga mengalihkan perhatian.

Dony menganggukkan kepala.

"Ayo kita berangkat." Alfa langsung membalikkan badannya begitu saja saat mendapatkan jawaban diikuti teman-temannya yang turut serta membubarkan diri.

******

"Bagaimana keadaanmu Tiara?"

Mereka berdua duduk bersandingan di kursi kayu teras belakang rumah milik Alfa. Hendak menikmati waktu bersama dengan secangkir teh hangat serta kue aneka rasa yang tertata rapi di piring kecil di sampingnya.

Kebetulan yang menyenangkan. Tiara berpikir ia akan menghabiskan waktu sendirinya di rumah dengan berkutat pada layar laptop yang penuh akan pekerjaannya yang tertunda. Namun, sepertinya ia memang harus bersantai saja di rumah seperti ucapan Alfa sebelum lelaki itu akhirnya menancapkan gas untuk pergi bekerja.

"Baik Ma ... Mama tak perlu mengkhawatirkanku. Apa Mama tidak sibuk? Aku tak enak kalau harus menjadi alasan Mama mengosongkan waktu." Tiara tersenyum dengan ekspresi penuh kasih. "Sebenarnya aku hendak mengunjungi Mama bersama Alfa jika ada waktu luang bersama, tetapi sepertinya, ikatan ibu dan anak itu memang kuat ya. Rinduku membawamu kemari." Tiara mengelus punggung tangan ibunya.

"Aku pun rindu padamu. Tak ada yang lebih membahagiakanku kecuali melihatmu baik-baik saja." Berta tersenyum dengan getaran kasih yang sama.

"Kandunganku lemah. Aku tak bisa mengandung dengan baik. Aku takut Alfa akan kecewa padaku." Tiara mengungkapkan dengan jujur apa yang dirasakannya akhir-akhir ini. Terlontar begitu saja. Tak tahu lagi harus kepada siapa ia mempercayakan semua selain pada ibunya, dan tak tahan untuk memendam.

Berta mengamati wajah putrinya sekilas sebelum kembali berujar, "Kau tak boleh menyerah. Alfa sangat menyayangimu, dan Mama tahu, dia bukan tipe lelaki yang akan dengan seenaknya memainkan perasaan perempuan. Kau pun punya Mama. Aku tak akan merasa terbebani dengan apapun. Bicara padaku jika kau mendapat kesulitan Tiara." Berta mengelus punggung anaknya perlahan.

"Mama ... terima kasih." Wanita itu memeluk mamanya lagi. Terharu.

"Em ... Apa hubungan Mama dengan Mama Helmia baik?" Tiara melepas pelukannya demi dengan berani bertanya sesuatu yang telah lama mengganjal di hatinya.

Berta mengangkat alisnya dan berkerut mendengar pertanyaan tak terduga itu.

Apa Helmia memperlakukanmu dengan buruk Tiara?

Terpopuler

Comments

es dawet

es dawet

semangaattt mba

2020-06-17

1

lihat semua
Episodes
1 Episode-1 Pernikahan
2 Episode-2 Rumah Baru
3 Episode-3 Keinginan
4 Episode-4 Perhatian Mama
5 Episode-5 Sakit
6 Episode-6 Kejutan Menyedihkan
7 Episode 7 - Lukisan Wajahmu
8 Episode-8 Kembali Bekerja
9 Episode-9 Kemarahan Alfa
10 Episode-10 Kegembiraan Bersama
11 Episode-11 Periksa Kandungan
12 Episode-12 Bertemu Mantan
13 Episode-13 Sebuah Rencana
14 Episode-14 Teka Teki
15 Episode-15 Kehilangan
16 Episode-16 Air Mata
17 Episode-17 Tersenyum Kembali
18 Episode-18 Gallery
19 Episode-19 Kesempatan
20 Episode-20 Bersekutu
21 Episode-21 Tanpa Sadar
22 Episode-22 Kedua Kali
23 Episode-23 Pertengkaran
24 Episode 24 - Melukis Harapan
25 Episode 25 - Lebih Dekat
26 Episode 26 - Pulang
27 Episode 27 - Kepedihan
28 Episode 28 - Melepas Rindu
29 Episode 29 - Lemah
30 Episode 30 - Bertahan
31 Episode 31 - Mati Bersamamu
32 Episode 32 - Tak Terduga
33 Episode - 33 Kecewa
34 Episode-34 Kembali Pulang
35 Author Menyapa
36 Episode-35 Merawatmu
37 Episode-36 Dilema
38 Episode 37 - Wonder Woman
39 Episode 38 - Hidroterapi
40 Episode 39 - Bukan Kejutan
41 Episode 40 - Kolam Renang
42 Episode 41 - Wanita itu
43 Episode 42 - Berbeda
44 Episode 43 - Menemani
45 Episode 44 - Asisten?
46 Episode 45 - Tanda Kehamilan
47 Episode 46 - Tempat Terbaik
48 Episode 47 - Balas Budi
49 Episode 48 - Bertemu Lagi
50 Episode 49 - Ayah Sejati
51 Episode 50 - Kabar Buruk
52 Episode 51 - Salam Perpisahan
53 Episode 52 - Sepercik Rindu
54 Episode 53 - Rencana Terselubung
55 Episode 54 - Keputusan
56 Episode 55 - Bersandiwara
57 Episode 56 - Menunggu Kabar Baik
58 Episode 57 - Lelaki Penggoda
59 Episode 58 - Mengintai
60 Episode 59 - Permintaan
61 Episode 60 - Bersabar
62 Episode 61 - Langkah Terbaik
63 Episode 62 - Tak Ada Pilihan
64 Episode 63 - Emosional
65 Episode 64 - Wanita dan Cinta
66 Episode 65 - Rencana Terakhir
67 Episode 66 - Kucing Persia
68 Episode 67 - Bahagia
69 Episode 68 - Mencari Kebenaran
70 Episode 69 - Kamuflase
71 Episode 70 - Muara Rindu
72 Episode 71 - Nadia
73 Episode 72 - Mendekap Luka
74 Episode 73 - Secercah Harapan
75 Episode 74 - Romantika
76 Episode 75 - Titik Balik
77 Episode 76 - Melepas Beban
78 Episode 77 - Bertamu
79 Episode 78 - Restu Mama
80 Episode 79 - Antipati
81 Episode 80 - Panik
82 Episode 81 - Memulihkan Diri
83 Episode 82 - Penerimaan
84 Episode 83 - Mimpi Itu
85 Episode 84 - Persiapan
86 Episode 85 - Memaksa Diri
87 Episode 86 - Menjemput Waktu
88 Episode 87 - Akhir Penantian
89 Episode Penutup - Mencintaimu
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Episode-1 Pernikahan
2
Episode-2 Rumah Baru
3
Episode-3 Keinginan
4
Episode-4 Perhatian Mama
5
Episode-5 Sakit
6
Episode-6 Kejutan Menyedihkan
7
Episode 7 - Lukisan Wajahmu
8
Episode-8 Kembali Bekerja
9
Episode-9 Kemarahan Alfa
10
Episode-10 Kegembiraan Bersama
11
Episode-11 Periksa Kandungan
12
Episode-12 Bertemu Mantan
13
Episode-13 Sebuah Rencana
14
Episode-14 Teka Teki
15
Episode-15 Kehilangan
16
Episode-16 Air Mata
17
Episode-17 Tersenyum Kembali
18
Episode-18 Gallery
19
Episode-19 Kesempatan
20
Episode-20 Bersekutu
21
Episode-21 Tanpa Sadar
22
Episode-22 Kedua Kali
23
Episode-23 Pertengkaran
24
Episode 24 - Melukis Harapan
25
Episode 25 - Lebih Dekat
26
Episode 26 - Pulang
27
Episode 27 - Kepedihan
28
Episode 28 - Melepas Rindu
29
Episode 29 - Lemah
30
Episode 30 - Bertahan
31
Episode 31 - Mati Bersamamu
32
Episode 32 - Tak Terduga
33
Episode - 33 Kecewa
34
Episode-34 Kembali Pulang
35
Author Menyapa
36
Episode-35 Merawatmu
37
Episode-36 Dilema
38
Episode 37 - Wonder Woman
39
Episode 38 - Hidroterapi
40
Episode 39 - Bukan Kejutan
41
Episode 40 - Kolam Renang
42
Episode 41 - Wanita itu
43
Episode 42 - Berbeda
44
Episode 43 - Menemani
45
Episode 44 - Asisten?
46
Episode 45 - Tanda Kehamilan
47
Episode 46 - Tempat Terbaik
48
Episode 47 - Balas Budi
49
Episode 48 - Bertemu Lagi
50
Episode 49 - Ayah Sejati
51
Episode 50 - Kabar Buruk
52
Episode 51 - Salam Perpisahan
53
Episode 52 - Sepercik Rindu
54
Episode 53 - Rencana Terselubung
55
Episode 54 - Keputusan
56
Episode 55 - Bersandiwara
57
Episode 56 - Menunggu Kabar Baik
58
Episode 57 - Lelaki Penggoda
59
Episode 58 - Mengintai
60
Episode 59 - Permintaan
61
Episode 60 - Bersabar
62
Episode 61 - Langkah Terbaik
63
Episode 62 - Tak Ada Pilihan
64
Episode 63 - Emosional
65
Episode 64 - Wanita dan Cinta
66
Episode 65 - Rencana Terakhir
67
Episode 66 - Kucing Persia
68
Episode 67 - Bahagia
69
Episode 68 - Mencari Kebenaran
70
Episode 69 - Kamuflase
71
Episode 70 - Muara Rindu
72
Episode 71 - Nadia
73
Episode 72 - Mendekap Luka
74
Episode 73 - Secercah Harapan
75
Episode 74 - Romantika
76
Episode 75 - Titik Balik
77
Episode 76 - Melepas Beban
78
Episode 77 - Bertamu
79
Episode 78 - Restu Mama
80
Episode 79 - Antipati
81
Episode 80 - Panik
82
Episode 81 - Memulihkan Diri
83
Episode 82 - Penerimaan
84
Episode 83 - Mimpi Itu
85
Episode 84 - Persiapan
86
Episode 85 - Memaksa Diri
87
Episode 86 - Menjemput Waktu
88
Episode 87 - Akhir Penantian
89
Episode Penutup - Mencintaimu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!