Episode-14 Teka Teki

Pagi-pagi sekali ketika Tiara sudah mengambil seribu langkahnya di dalam rumah. Wanita itu terus bergerak ke sana kemari dengan gesit, melakukan segala pekerjaan rumah dengan ceria. Alfa hanya duduk diam menatap layar laptop dan sesekali memandang aktivitas istrinya dengan sekilas demi sekilas ketika Tiara berjalan melewati mejanya lagi dan lagi.

“Stop.” Alfa berkata dengan sedikit meninggikan nada suaranya ketika wanita itu telah melangkah jauh darinya. Tiara yang telah menghilang di balik tembok, kemudian hanya memunculkan kepalanya demi mendengar teriakan suaminya di meja kerja. Kedua alisnya terangkat.

Apa?

Tiara masih terdiam di tempat menunggu reaksi dari suaminya.

“Apa kau sedang berolahraga dengan berjalan kaki di dalam rumah?” Alfa menopangkan dagu dengan punggung tangannya, menatap kepala istrinya yang terlihat lucu dengan cepol rambutnya yang berada hampir di atas kepala dan anak-anak rambut yang berantakan karena sedari tadi beraktivitas.

Tiara akhirnya memperlihatkan seluruh tubuhnya dan sedikit berjalan mendekat dengan satu pelukan besar baju-baju yang hendak dibawanya.

“Boleh dianggap seperti itu. Membereskan rumah sambil berolahraga. Bukankah itu baik?” Bibirnya mengerucut, dihakimi dengan pandangan suaminya yang tak berkedip.

“Kenapa kau imut sekali sepagi ini?” Masih dengan tatapan mata misteriusnya.

“Eh … Apa?" Tiara menyentuh anak rambutnya dan menyibakkan ke belakang telinga, canggung dan gugup karena pertanyaannya malah ditanggapi dengan jawaban yang melenceng seratus delapan puluh derajat dan membuatnya merona malu.

“Kau semakin cantik ketika hamil.” Alfa sudah berdiri di depannya. Turut menyibakkan anak rambut seperti yang dilakukan Tiara tadi, kemudian tersenyum. “Aku yang akan menyiapkan sarapan kali ini. Duduklah. Buat dirimu rileks. Kau pasti lelah.” Lelaki itu memegangi kedua lengan Tiara lalu menuntunnya untuk duduk di kursi meja makan dekat dengan kitchen set, lalu mengambil setumpuk baju yang dibawa istrinya tadi.

“Duduk. Oke? Boleh bergerak untuk berpindah kursi. Tidak untuk yang lain.” Alfa berkata sambil menunjuk-nunjuk Tiara dengan jari telunjuknya, memerintah dengan candaannya yang membuat Tiara terkekeh.

“Siap.” Tiara melakukan sikap hormat tanpa diberi aba-aba.

Wanita itu menatap suaminya yang memunggunginya di meja dapur, menyibukkan diri dengan kegiatan memasaknya.

“Bukankah kau harus berangkat pagi hari ini ke kantor Papa untuk melakukan pertemuan?” Tiara yang mendadak mengingat bahwa hari ini ia tidak bekerja, spontan menanyakan hal tersebut dan berdiri hendak menggantikan aktivitas memasak suaminya.

Bagaimana jika Alfa terlambat?

Alfa menolehkan kepalanya dalam tiga detik lalu tersenyum dan kembali menghadap ke arah drill pan.

“Iya. Aku akan bersiap-siap setelah ini.”

Tiara duduk kembali.

Bau panggangan yang menyeruak membuat Tiara sadar bahwa ternyata ia butuh mengisi perutnya yang mulai beralarm tak henti-henti.

Tak lama kemudian, Alfa mulai menata makanan yang diolahnya ke atas meja makan. Dimulai dari meletakkan dua ayam panggang untuk dirinya dan Tiara, menata sayur-sayuran yang hanya dimasaknya dengan dikukus, lalu meletakkannya di mangkuk yang berbeda dan mengambil sepiring nasi dari penanak nasi Pressure IH nya dan didekatkan ke depan istrinya. Tak lupa scrumble egg dengan saus tomat. Alfa masih kembali lagi ke meja dapur dan terlihat mengambil dua gelas highball dan menuang dua minuman berbeda. Setelah mengangsurkannya ke depan Tiara, Alfa masih berkutat lagi mengambil cangkir porselen dan menuangkan kopi dengan air panas yang masih mengepul asapnya.

Lelaki itu lalu membanting tubuhnya di kursi makan. Terlihat berkeringat. Namun, seperti menahan rasa lelah, Alfa kembali menatap Tiara yang tengah memindai makanan di atas meja dengan takjub dan duduk tenang di sana.

“Kau seperti ini setiap hari? Lelah menyiapkan sarapan untukku?” Tanya Alfa dengan wajah berkerut.

“Ini terlalu banyak.” Tiara menopangkan sebelah kepalanya dengan tangan dan menggembungkan pipinya. Tak menanggapi pertanyaan Alfa untuknya malah berkata lirih seperti menggumam. Alfa mengangkat alis demi mendengar perkataan istrinya.

“Aku tidak lelah. Aku sudah terbiasa," ujarnya kemudian.

“Makanlah. Ibu hamil membutuhkan gizi tiga kali lipat dari orang biasa. Kau harus terus sehat.” Alfa berkata setelah memasukkan suapan pertama ke dalam mulutnya.

“Bolehkah aku makan dengan mencicilnya saja?” Tiara mulai mengambil garpu dan meletakkan sayuran di piringnya. “Perutku tak akan muat memakan semua ini sekaligus.”

Alfa terkekeh. “Apa hidupmu sungguh berat Tiara, sampai-sampai kau harus membayar makanan yang kubuat dengan mencicil?”

“Bagaimana kalau aku bertambah gendut?” Mulai mengunyah dengan satu suapan besar.

“Asal Kau sehat. Lagi pula, Kau memang harus menambah sedikit berat badanmu agar semakin seksi.” Lelaki itu tak memperhatikan wanitanya yang hampir terbatuk-batuk, tetapi ditahannya oleh Tiara ketika mendengar Alfa berkata demikian.

“Baik, aku akan makan banyak.” Tiara melanjutkan makan dan minumnya dengan lahap namun dengan gerak tubuh yang kesal dan bersungut-sungut.

Alfa tertawa dan menatap Tiara dengan gemas, ingin melahap wanitanya seketika itu juga.

******

“Kau sedang terpesona kepadaku.” Alfa berdiri di depan cermin yang hampir sama dengan tinggi tubuhnya, mengamati Tiara di sampingnya yang sedang menatapnya. Lelaki itu berpura-pura tak melihat. Namun, ucapannya tadi berhasil membuat Tiara terpojok. “Karena aku lebih tampan dengan penampilan seperti ini?" Tanyanya telak yang langsung diberi nilai seratus oleh Tiara di dalam hatinya karena pertanyaan retorik itu benarlah adanya. Tiara hanya mengangguk malu dan tersenyum.

Alfa mengenakan jas berwarna hitam kelam dengan kemeja berwarna abu tua dan dasi navy blue yang membuatnya tampak berbeda dan begitu tampan hari ini. Rambut hitamnya disisir rapi seperti biasa dan kakinya terbalut oleh sepatu senada dengan warna jas. Sungguh Tiara memang terpukau oleh penampilan Alfa hari ini.

“Kau menyukai penampilanku yang seperti ini atau yang seperti biasa?” Tanyanya sambil lalu membenarkan dasi yang dipakainya.

“Aku lebih suka kau yang biasa.” Tiara menyahut sambil membenarkan kancing jas suaminya.

“Aku tahu. Ternyata, aku memang tak perlu menjadi kaya untuk bisa mendapatkanmu, karena yang kau butuhkan adalah hatiku. Bukan atribut yang menggelari namaku," ucapnya kemudian menghadapkan tubuh ke arah Tiara.

Tiara terenyuh bukan main. Wanita itu paham, anak orang kaya ini, meskipun dengan rendah hati mau memulai usahanya sendiri dalam hal pekerjaan, ia sangat tahu bahwa di luar sana, banyak orang mengenalnya tetap saja sebagai anak seorang pengusaha kaya yang sedikit banyak hal itu mendongkrak popularitasnya sebagai seorang fotografer dan pelukis.

Tiara memandang suaminya tanpa suara.

“Aku akan pulang malam hari ini. Banyak yang harus kuselesaikan. Baik-baiklah di rumah.” Alfa mengecup bibir Tiara dengan intensitas yang cukup untuk membuat tubuh wanita itu mengerang karena gairah. Alfa menjauhkan bibirnya dan tersenyum miring melihat Tiara yang tergagap.

Tiara terperangah karena dicium secara mendadak, lalu dengan napas yang belum teratur, ia berkata. “Ya. Semoga kau berhasil menjalankan rencanamu hari ini.” Tiara tersenyum. Rasa bahagia membuncah di hatinya.

******

Para CEO telah berkumpul di sebuah ruangan besar yang menjadi lokasi pertemuan. Mereka saling bercakap satu sama lain di meja bundar yang banyak tersedia di sana. Alfa yang tengah melangkahkan kaki memasuki ruangan, mendapat banyak tatapan penuh tanya.

“Alfa!" Salah seorang laki-laki dengan usia yang cukup terpaut jauh darinya, mendekat.

“Beny.” Setelah memindai beberapa lama, akhirnya Alfa mengenali lawan bicaranya tersebut.

“Kau datang sendiri? Dimana papamu?” Beny mengusap punggung lelaki muda itu dan menunjuk dengan sebelah tangan di mana ia duduk dan menghela Alfa ke sana.

“Papa tidak bisa hadir. Dia sedang overload hari ini.”

“Walau hari Minggu? Ah, ya dia memang selalu tenggelam dalam pekerjaan yang tiada habisnya.”

Keduanya lalu duduk berdampingan sembari menyimak ke arah panggung di mana MC telah mulai membuka acaranya. Alfa pun menikmati perjamuan makan itu dan sederet rupa acara hingga pertemuan tersebut selesai.

******

Alfa berada di ruang IT perusahaan ayahnya, seperti yang direncanakannya semula. Lelaki itu datang ke tempat ini membawa misi. Ia harus menemukan siapa sebenarnya pelaku pencuri foto Tiara ketika ia sedang berada di perusahaannya. Ia sudah siap untuk mengetahui siapapun pelakunya dan akan menghajar habis orang yang telah berani mengusik istrinya.

Berhadapan dengannya banyak layar LED komputer yang menyala dengan terangnya. Alfa lalu mulai memasukkan card kecil ke dalam reader yang tersedia di sana.

Muncullah foto Tiara dengan tulisan-tulisan kecil di sampingnya seperti exif viewer pada umumnya. Namun dengan teknologi yang dimiliki oleh perusahaan ayahnya dalam mengelola produksi alat pengambil gambar, dalam satu klik, ia bisa mendapatkan semua informasi mendetail mengenai satu foto.

Jantungnya berdebar, ketika ia mulai menscroll banyak tulisan yang tertampil di sana. Tubuhnya semakin menegang ketika mengetahui bahwa foto itu ternyata diambil dari sebuah kamera mini berbentuk kancing baju yang sama sekali akan membuat orang tak sadar bahwa ia sedang diintai.

Dugaannya benar. Ada orang yang sengaja ingin menaikkan rating nama perusahaan Tiara Fashion, tetapi dengan menjatuhkan nama istrinya karena dianggap telah menyalahgunakan wewenangnya untuk menjadi model rahasia yang menilai hasil produksi perusahaannya. Mengabaikan para supervisi dalam bidangnya.

Alat di komputer itu bahkan bisa menunjukkan GPS di mana kamera tersebut kemungkinan berada.

Nihil. Pelaku sepertinya begitu cerdik karena telah berhasil mematikan sinyal GPS kamera mininya.

“Ah.. Shit! " Alfa mengumpat karena hampir saja ia berhasil. Namun, kecewa karena tak mendapat petunjuk yang berrarti.

Siapa dia? Apakah orang intern perusahaan istrinya? Atau … siapa?

Alfa benar-benar putus asa didera rasa penasaran.

Terpopuler

Comments

es dawet

es dawet

tiara kok sepertinya terlalu kaku ya...🤔🙄

2020-06-14

1

lihat semua
Episodes
1 Episode-1 Pernikahan
2 Episode-2 Rumah Baru
3 Episode-3 Keinginan
4 Episode-4 Perhatian Mama
5 Episode-5 Sakit
6 Episode-6 Kejutan Menyedihkan
7 Episode 7 - Lukisan Wajahmu
8 Episode-8 Kembali Bekerja
9 Episode-9 Kemarahan Alfa
10 Episode-10 Kegembiraan Bersama
11 Episode-11 Periksa Kandungan
12 Episode-12 Bertemu Mantan
13 Episode-13 Sebuah Rencana
14 Episode-14 Teka Teki
15 Episode-15 Kehilangan
16 Episode-16 Air Mata
17 Episode-17 Tersenyum Kembali
18 Episode-18 Gallery
19 Episode-19 Kesempatan
20 Episode-20 Bersekutu
21 Episode-21 Tanpa Sadar
22 Episode-22 Kedua Kali
23 Episode-23 Pertengkaran
24 Episode 24 - Melukis Harapan
25 Episode 25 - Lebih Dekat
26 Episode 26 - Pulang
27 Episode 27 - Kepedihan
28 Episode 28 - Melepas Rindu
29 Episode 29 - Lemah
30 Episode 30 - Bertahan
31 Episode 31 - Mati Bersamamu
32 Episode 32 - Tak Terduga
33 Episode - 33 Kecewa
34 Episode-34 Kembali Pulang
35 Author Menyapa
36 Episode-35 Merawatmu
37 Episode-36 Dilema
38 Episode 37 - Wonder Woman
39 Episode 38 - Hidroterapi
40 Episode 39 - Bukan Kejutan
41 Episode 40 - Kolam Renang
42 Episode 41 - Wanita itu
43 Episode 42 - Berbeda
44 Episode 43 - Menemani
45 Episode 44 - Asisten?
46 Episode 45 - Tanda Kehamilan
47 Episode 46 - Tempat Terbaik
48 Episode 47 - Balas Budi
49 Episode 48 - Bertemu Lagi
50 Episode 49 - Ayah Sejati
51 Episode 50 - Kabar Buruk
52 Episode 51 - Salam Perpisahan
53 Episode 52 - Sepercik Rindu
54 Episode 53 - Rencana Terselubung
55 Episode 54 - Keputusan
56 Episode 55 - Bersandiwara
57 Episode 56 - Menunggu Kabar Baik
58 Episode 57 - Lelaki Penggoda
59 Episode 58 - Mengintai
60 Episode 59 - Permintaan
61 Episode 60 - Bersabar
62 Episode 61 - Langkah Terbaik
63 Episode 62 - Tak Ada Pilihan
64 Episode 63 - Emosional
65 Episode 64 - Wanita dan Cinta
66 Episode 65 - Rencana Terakhir
67 Episode 66 - Kucing Persia
68 Episode 67 - Bahagia
69 Episode 68 - Mencari Kebenaran
70 Episode 69 - Kamuflase
71 Episode 70 - Muara Rindu
72 Episode 71 - Nadia
73 Episode 72 - Mendekap Luka
74 Episode 73 - Secercah Harapan
75 Episode 74 - Romantika
76 Episode 75 - Titik Balik
77 Episode 76 - Melepas Beban
78 Episode 77 - Bertamu
79 Episode 78 - Restu Mama
80 Episode 79 - Antipati
81 Episode 80 - Panik
82 Episode 81 - Memulihkan Diri
83 Episode 82 - Penerimaan
84 Episode 83 - Mimpi Itu
85 Episode 84 - Persiapan
86 Episode 85 - Memaksa Diri
87 Episode 86 - Menjemput Waktu
88 Episode 87 - Akhir Penantian
89 Episode Penutup - Mencintaimu
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Episode-1 Pernikahan
2
Episode-2 Rumah Baru
3
Episode-3 Keinginan
4
Episode-4 Perhatian Mama
5
Episode-5 Sakit
6
Episode-6 Kejutan Menyedihkan
7
Episode 7 - Lukisan Wajahmu
8
Episode-8 Kembali Bekerja
9
Episode-9 Kemarahan Alfa
10
Episode-10 Kegembiraan Bersama
11
Episode-11 Periksa Kandungan
12
Episode-12 Bertemu Mantan
13
Episode-13 Sebuah Rencana
14
Episode-14 Teka Teki
15
Episode-15 Kehilangan
16
Episode-16 Air Mata
17
Episode-17 Tersenyum Kembali
18
Episode-18 Gallery
19
Episode-19 Kesempatan
20
Episode-20 Bersekutu
21
Episode-21 Tanpa Sadar
22
Episode-22 Kedua Kali
23
Episode-23 Pertengkaran
24
Episode 24 - Melukis Harapan
25
Episode 25 - Lebih Dekat
26
Episode 26 - Pulang
27
Episode 27 - Kepedihan
28
Episode 28 - Melepas Rindu
29
Episode 29 - Lemah
30
Episode 30 - Bertahan
31
Episode 31 - Mati Bersamamu
32
Episode 32 - Tak Terduga
33
Episode - 33 Kecewa
34
Episode-34 Kembali Pulang
35
Author Menyapa
36
Episode-35 Merawatmu
37
Episode-36 Dilema
38
Episode 37 - Wonder Woman
39
Episode 38 - Hidroterapi
40
Episode 39 - Bukan Kejutan
41
Episode 40 - Kolam Renang
42
Episode 41 - Wanita itu
43
Episode 42 - Berbeda
44
Episode 43 - Menemani
45
Episode 44 - Asisten?
46
Episode 45 - Tanda Kehamilan
47
Episode 46 - Tempat Terbaik
48
Episode 47 - Balas Budi
49
Episode 48 - Bertemu Lagi
50
Episode 49 - Ayah Sejati
51
Episode 50 - Kabar Buruk
52
Episode 51 - Salam Perpisahan
53
Episode 52 - Sepercik Rindu
54
Episode 53 - Rencana Terselubung
55
Episode 54 - Keputusan
56
Episode 55 - Bersandiwara
57
Episode 56 - Menunggu Kabar Baik
58
Episode 57 - Lelaki Penggoda
59
Episode 58 - Mengintai
60
Episode 59 - Permintaan
61
Episode 60 - Bersabar
62
Episode 61 - Langkah Terbaik
63
Episode 62 - Tak Ada Pilihan
64
Episode 63 - Emosional
65
Episode 64 - Wanita dan Cinta
66
Episode 65 - Rencana Terakhir
67
Episode 66 - Kucing Persia
68
Episode 67 - Bahagia
69
Episode 68 - Mencari Kebenaran
70
Episode 69 - Kamuflase
71
Episode 70 - Muara Rindu
72
Episode 71 - Nadia
73
Episode 72 - Mendekap Luka
74
Episode 73 - Secercah Harapan
75
Episode 74 - Romantika
76
Episode 75 - Titik Balik
77
Episode 76 - Melepas Beban
78
Episode 77 - Bertamu
79
Episode 78 - Restu Mama
80
Episode 79 - Antipati
81
Episode 80 - Panik
82
Episode 81 - Memulihkan Diri
83
Episode 82 - Penerimaan
84
Episode 83 - Mimpi Itu
85
Episode 84 - Persiapan
86
Episode 85 - Memaksa Diri
87
Episode 86 - Menjemput Waktu
88
Episode 87 - Akhir Penantian
89
Episode Penutup - Mencintaimu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!