Episode-12 Bertemu Mantan

Davian?

Alfa akhirnya bisa menemukan wajah suara lelaki yang memanggilnya. Davian melambaikan tangan di seberang sana. Tiara yang kalah tinggi pun tak bisa melihat dengan jelas karena tertutup oleh badan-badan besar yang berlalu-lalang di depannya. Dengan gesit, suaminya menarik tangannya lalu melangkah zig-zag melewati desakan orang-orang yang berjalan.

Sampai di tepian jalan yang cukup lengang Alfa menghentikan langkah. Tiara hanya memperhatikan lelaki itu yang tengah menatap ke depan. Dikenalnya seseorang di depan sana sebagai Davian, teman bekerja Alfa di teamwork fotografi miliknya, lalu, seorang wanita yang tengah asyik berkutat dengan ponselnya tanpa memperhatikan bahwa ada ia dan suaminya yang mendekat.

Alfa menatap Tiara yang juga tengah memandang ke arahnya. Ia sungguh menyesal telah menghampiri Davian kemari. Ia bisa saja pura-pura tak mendengar dan langsung saja enyah dari tempat ini tanpa harus berada dalam situasi yang sungguh tak diharapkannya ini. Tapi, sudah kepalang basah. Mau tak mau ia harus bersikap gentle dengan menghadapi apapun yang ada di depannya kali ini.

Semuanya sudah berlalu dan Alfa tak merasa sakit lagi. Ia telah menutup dengan rapat pintu di dalam hatinya untuk kembali menebar ingatan masa lalu. Ia telah mempunyai shield yang sangat kuat untuk menghadapinya kali ini.

Beberapa detik ketika Davian maju melangkah untuk bersalaman dengan Alfa di depannya, wanita itu menoleh, tubuhnya kaku dan pandangannya tertuju pada lelaki yang sedang membawa kantung kain berisi jas yang tadi baru dibelinya.

Tiara menyadari wanita itu menatap suaminya. Namun ia hanya terdiam menunggu Davian dan Alfa yang sedang mengobrol singkat tentang keperluan apa mereka pergi ke tempat ini.

“Bagaimana kalau kita menghabiskan secangkir kopi dulu sebelum pulang? Kita belum pernah menyempatkan diri untuk berkumpul bersama seperti ini bukan? Ada sesuatu yang harus kusampaikan padamu." Davian tersenyum dan pandangannya beralih menatap Tiara dengan alis terangkat. Jika Alfa bisa menolak, tidak dengan Tiara. Ah, ia bisa membujuknya sebagai alat untuk mendapatkan jawaban 'ya' dari Alfa.

“Tiara? Kau setuju?”

Alfa menolehkan kepala ke arahnya, menunggu jawaban. Tiara yang merasa tersudut tentu saja tak bisa menolak, dengan terbata ia berkata dengan menyuguhkan senyum yang terpaksa karena merasa tidak terlalu akrab dengan dua orang teman suaminya itu.

“Tentu saja … Aku setuju.” Tiara menganggukkan kepala lambat-lambat.

“Baiklah. Ayo.” Davian mengulurkan tangan kepada wanita yang sedari tadi di belakangnya, terdiam tanpa mau berinteraksi dengan Tiara maupun Alfa.

******

Mereka berempat tiba di café tak jauh dari tempat mereka bertemu tadi. Beberapa tamu yang juga sedang menikmati kopinya di sana menolehkan kepala sejenak dan berbisik-bisik. Tiara yang ditatap dengan pandangan mencela tersebut seolah tahu dan berharap acara mendadak mereka menongkrong di café ini segera selesai. Ia sungguh tak nyaman, apalagi berita lokal mengenai dirinya sebagai icon model baru itu masih tersebar luas di mana-mana.

Alfa menghela Tiara untuk duduk di sampingnya. Merangkulkan tangan di pundaknya. Davian dan wanitanya mengambil tempat duduk di seberang tepat di depan mereka berdua. Pelayan dengan buku catatan kecil mendekat, menunggu para pelanggannya memesan minuman.

“Satu Americano.” Alfa memesan terlebih dahulu. “No Macchiato Tiara.” Alfa menggelengkan kepala, lalu mengedikkan pandangan ke arah perut Tiara. Menuntut wanita itu untuk paham bahwa wanita hamil tak boleh meminum kopi meskipun dengan komposisi kopi yang sedikit. Ia tahu Tiara sangat menyukai jenis kopi yang lebih milky, jadi sebelumnya ia akan memperingatkan terlebih dahulu.

“Flavoured Tea dengan blueberry.” Alfa berkata lagi. Kata-kata Tiara yang sudah sampai di pucuk tenggorokan akhirnya berubah menjadi embusan napas. Suaminya bertambah protektif akhir-akhir ini.

“Dua Cappucino.” Davian kemudian menyebutkan pula pesanannya.

Café ini berkonsep minimalis dengan hiasan retro di dinding-dindingnya. Cahaya lampu kuning keemasan dominan memenuhi ruangan. Tempat duduk yang mereka tempati saat ini berada di ujung dekat jendela dengan daun-daun sintetis yang merambat di atasnya. Keempat manusia yang tengah duduk berhadapan itu sibuk dengan angan-angan masing-masing sampai wanita itu membuka suara.

“Alfa .…” Wanita itu menatap tajam dengan tatapan sendu nampak di sana. “Lama tak bertemu denganmu. Apa kau baik?”

“Ya. Seperti yang kau lihat Nelly.” Dengan santai ia menjawab namun tanpa seulas senyum.

Tiara mengamati sekilas dan melebarkan mata.

Nelly? Jadi apakah ini wanita mantan kekasih Alfa sebelum menikah dengannya?

Masihkah Alfa membencinya? kenapa ia dingin sekali seperti ini?

Nelly kecewa karena sebelumnya ia sangat berharap akan bisa bercakap-cakap hangat dengan lelaki itu.

Pesanan datang menyelamatkan situasi. Mereka akhirnya tenggelam dengan gelas di depan mereka.

“Ada job untuk hari Minggu. Satu di kota ini, satu lagi di kota sebelah. Dony menyuruhmu, Alex, dan Brian yang datang. Kami yang ada di studio sedang ada pekerjaan lain. Aku tentu saja tak harus menanyakan kau bisa atau tidak karena kau harus bisa.” Davian membuat pernyataan memaksa di dalamnya, karena tahu, sejak menikah, Alfa seringkali menomorduakan pekerjaan dan mengutamakan istrinya.

“Minggu? Aku tak bisa.” Alfa langsung menjawab tanpa pikir panjang.

Davian mengajukan tubuhnya ke meja lebih dekat dengan Alfa, bersiap untuk memulai perdebatan.

“Kau sungguh enak. Tinggal mengatakan ya, maka semuanya akan menjadi ya, dan berkata tidak, maka semua akan menjadi tidak.” Tatapan sinis muncul, dan bukan Davian yang biasanya.

“Apa maksudmu? Aku akan menghubungi Dony nanti.” Alfa mengerutkan kening mencoba mencerna kata-kata sahabatnya itu.

“Kau sibuk? Bagaimana kabar Mama?” Nelly menimpali. Namun pupus begitu saja karena buru-buru Alfa menjawab.

Tiara yang telah mendekatkan gelas ke mulut untuk menyesap Flavoured Teanya membeku seketika. Ada sayatan-sayatan tak kasat mata yang mulai melelehkan rasa sakit di hatinya. Nelly tampak sangat ingin dekat dengan suaminya ini. Apalagi ia masih memanggil mertuanya dengan sebutan Mama? Ia kesal sendiri akan bayangan-bayangan kemesraan yang dulu sempat dijalani oleh sepasang kekasih itu sebelum Tiara hadir dalam kehidupan Alfa.

“Iya aku sibuk.” Rangkulan tangannya di bahu Tiara terlepas. Lalu merapikan jaket yang dikenakannya sebelum kemudian memandang istrinya dengan senyum. “Habiskan minummu Tiara, kita akan segera pulang.”

“Kau sibuk dari dulu Alfa, tapi aku bangga padamu. Kau selalu menjadi dirimu sendiri. Aku ingin sekali bertemu Mama, sudah lama sekali sejak aku juga tak bertemu denganmu.” Nelly berusaha mencairkan tatapan dingin Alfa dengan kata-kata lembutnya sekuat tenaga. Tapi sepertinya, Alfa yang sekarang memang bukanlah Alfanya yang dulu.

Kesalahannya membuatnya menyesal sedalam-dalamnya begitu ia mengetahui Alfa telah menemukan tambatan hati yang baru, bahkan langsung menikahinya. Ia menyesal pula telah mengulur-ulur waktu hingga menjalin hubungan asmaranya dengan waktu yang cukup lama, tak segera terpikirkan untuk menikah, dan terlena dengan kesenangannya sendiri dengan berselingkuh di belakang lelaki itu. Mata Nelly mulai panas. Dia belum berhasil untuk bangkit. Ditatapnya dengan nanar dua sejoli yang ada di hadapannya ini berganti-ganti.

Dia masih punya kesempatan bukan? Masih punya bukan? Teriaknya dalam hati.

“Untuk apa?” Alfa tahu kedekatan Nelly dengan Mamanya seperti apa. Ia tidak ingin ada insiden Mamanya yang jatuh hati kembali kepada Nelly untuk kedua kali. Walau jika itu terjadi, Alfa tak akan mengubah apapun dan tetap akan bersama Tiara. Ia tak mau memungut kembali apa yang sudah dibuangnya. Tangannya terlalu berharga bahkan untuk mengulurkan tangan kepada Nelly saat wanita itu terjatuh. Nelly menyakitinya. Dan ia bangga kali ini, karena telah sukses membuat Nelly mendongak ke arahnya, memohon kasih.

“Aku hanya ingin berkunjung. Apa itu salah?”

“Terserah padamu.” Alfa berdiri dari tempat duduknya. “Davian, aku pulang dulu. Semoga aku bisa bernegosiasi masalah waktu. Karena aku benar-benar mempunyai acara penting yang harus kuhadiri," ucapnya memandangi sahabatnya yang sedari tadi hanya mengaduk-aduk kopi di depannya itu tanpa meminumnya.

Dengan malas, Davian mendongakkan kepala dan memperlambat polatan matanya untuk menatap Alfa. “Ya ....,” ujarnya perlahan.

“Baik. Aku pulang dulu.” Alfa menggandeng tangan Tiara lagi yang juga tengah ikut berdiri sedari tadi seolah sedang pamer kemesraan. Dengan canggung, Tiara menganggukkan kepala untuk berpamitan. Namun, hanya Davian yang membalasnya dengan senyum. Nelly lebih memilih untuk membuang muka begitu saja ketika mengetahui Tiara memandang ke arahnya.

******

Sepeninggal Alfa dan Tiara dari tempat itu, Nelly yang sudah tak kuat lagi untuk menahan air mata, menangis sejadi-jadinya. Ia tumpahkan segala beban berat yang terasa begitu membebani alam pikiran dan hatinya. Ia sudah lelah. Ia sudah tak ingin sakit hati lagi, tetapi entah mengapa, kesakitan itu masih belum pergi. Seringkali datang begitu saja tanpa permisi. Selalu bergelut dengan hatinya walau ia sudah tak menginginkannya. Ia mengkhianati Alfa. Nelly berpikir bahwa Alfa akan dengan mudahnya memaafkannya dan melanjutkan hubungan mereka, mengingat sifat Alfa yang sabar dan selalu mengasihinya.

Ternyata ia salah besar. Nelly kalah telak. Ia tak bisa menganggap enteng dan seenaknya sendiri atas sikap sabar Alfa terhadapnya dan menganggap Alfa tak bisa marah.

“Aku ingin lupa ingatan saja," ucapnya parau masih dengan air mata yang banjir di pipinya.

Davian yang hanya diam menyaksikan Nelly yang tengah berurai air mata itu, akhirnya mendekatkan kursi duduknya hingga tak berjarak dengan Nelly.

“Semua masih bisa kau raih, sayang.” Davian berkata tegas dengan kerutan di kening yang masih nampak di sana seperti turut bersedih atas kepedihan yang dialami oleh wanita di depannya.

Nelly dengan cepat menoleh dan memindai wajah Davian dengan saksama.

“Asal kau masih mau.” Lelaki itu mengusap sedikit air mata di pipi Nelly dengan jari telunjuknya, membuat Nelly menelan ludah.

Apa maksud Davian ini?

Terpopuler

Comments

es dawet

es dawet

aduhhh...jgn bilang ada pelakor ya

2020-06-14

1

lihat semua
Episodes
1 Episode-1 Pernikahan
2 Episode-2 Rumah Baru
3 Episode-3 Keinginan
4 Episode-4 Perhatian Mama
5 Episode-5 Sakit
6 Episode-6 Kejutan Menyedihkan
7 Episode 7 - Lukisan Wajahmu
8 Episode-8 Kembali Bekerja
9 Episode-9 Kemarahan Alfa
10 Episode-10 Kegembiraan Bersama
11 Episode-11 Periksa Kandungan
12 Episode-12 Bertemu Mantan
13 Episode-13 Sebuah Rencana
14 Episode-14 Teka Teki
15 Episode-15 Kehilangan
16 Episode-16 Air Mata
17 Episode-17 Tersenyum Kembali
18 Episode-18 Gallery
19 Episode-19 Kesempatan
20 Episode-20 Bersekutu
21 Episode-21 Tanpa Sadar
22 Episode-22 Kedua Kali
23 Episode-23 Pertengkaran
24 Episode 24 - Melukis Harapan
25 Episode 25 - Lebih Dekat
26 Episode 26 - Pulang
27 Episode 27 - Kepedihan
28 Episode 28 - Melepas Rindu
29 Episode 29 - Lemah
30 Episode 30 - Bertahan
31 Episode 31 - Mati Bersamamu
32 Episode 32 - Tak Terduga
33 Episode - 33 Kecewa
34 Episode-34 Kembali Pulang
35 Author Menyapa
36 Episode-35 Merawatmu
37 Episode-36 Dilema
38 Episode 37 - Wonder Woman
39 Episode 38 - Hidroterapi
40 Episode 39 - Bukan Kejutan
41 Episode 40 - Kolam Renang
42 Episode 41 - Wanita itu
43 Episode 42 - Berbeda
44 Episode 43 - Menemani
45 Episode 44 - Asisten?
46 Episode 45 - Tanda Kehamilan
47 Episode 46 - Tempat Terbaik
48 Episode 47 - Balas Budi
49 Episode 48 - Bertemu Lagi
50 Episode 49 - Ayah Sejati
51 Episode 50 - Kabar Buruk
52 Episode 51 - Salam Perpisahan
53 Episode 52 - Sepercik Rindu
54 Episode 53 - Rencana Terselubung
55 Episode 54 - Keputusan
56 Episode 55 - Bersandiwara
57 Episode 56 - Menunggu Kabar Baik
58 Episode 57 - Lelaki Penggoda
59 Episode 58 - Mengintai
60 Episode 59 - Permintaan
61 Episode 60 - Bersabar
62 Episode 61 - Langkah Terbaik
63 Episode 62 - Tak Ada Pilihan
64 Episode 63 - Emosional
65 Episode 64 - Wanita dan Cinta
66 Episode 65 - Rencana Terakhir
67 Episode 66 - Kucing Persia
68 Episode 67 - Bahagia
69 Episode 68 - Mencari Kebenaran
70 Episode 69 - Kamuflase
71 Episode 70 - Muara Rindu
72 Episode 71 - Nadia
73 Episode 72 - Mendekap Luka
74 Episode 73 - Secercah Harapan
75 Episode 74 - Romantika
76 Episode 75 - Titik Balik
77 Episode 76 - Melepas Beban
78 Episode 77 - Bertamu
79 Episode 78 - Restu Mama
80 Episode 79 - Antipati
81 Episode 80 - Panik
82 Episode 81 - Memulihkan Diri
83 Episode 82 - Penerimaan
84 Episode 83 - Mimpi Itu
85 Episode 84 - Persiapan
86 Episode 85 - Memaksa Diri
87 Episode 86 - Menjemput Waktu
88 Episode 87 - Akhir Penantian
89 Episode Penutup - Mencintaimu
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Episode-1 Pernikahan
2
Episode-2 Rumah Baru
3
Episode-3 Keinginan
4
Episode-4 Perhatian Mama
5
Episode-5 Sakit
6
Episode-6 Kejutan Menyedihkan
7
Episode 7 - Lukisan Wajahmu
8
Episode-8 Kembali Bekerja
9
Episode-9 Kemarahan Alfa
10
Episode-10 Kegembiraan Bersama
11
Episode-11 Periksa Kandungan
12
Episode-12 Bertemu Mantan
13
Episode-13 Sebuah Rencana
14
Episode-14 Teka Teki
15
Episode-15 Kehilangan
16
Episode-16 Air Mata
17
Episode-17 Tersenyum Kembali
18
Episode-18 Gallery
19
Episode-19 Kesempatan
20
Episode-20 Bersekutu
21
Episode-21 Tanpa Sadar
22
Episode-22 Kedua Kali
23
Episode-23 Pertengkaran
24
Episode 24 - Melukis Harapan
25
Episode 25 - Lebih Dekat
26
Episode 26 - Pulang
27
Episode 27 - Kepedihan
28
Episode 28 - Melepas Rindu
29
Episode 29 - Lemah
30
Episode 30 - Bertahan
31
Episode 31 - Mati Bersamamu
32
Episode 32 - Tak Terduga
33
Episode - 33 Kecewa
34
Episode-34 Kembali Pulang
35
Author Menyapa
36
Episode-35 Merawatmu
37
Episode-36 Dilema
38
Episode 37 - Wonder Woman
39
Episode 38 - Hidroterapi
40
Episode 39 - Bukan Kejutan
41
Episode 40 - Kolam Renang
42
Episode 41 - Wanita itu
43
Episode 42 - Berbeda
44
Episode 43 - Menemani
45
Episode 44 - Asisten?
46
Episode 45 - Tanda Kehamilan
47
Episode 46 - Tempat Terbaik
48
Episode 47 - Balas Budi
49
Episode 48 - Bertemu Lagi
50
Episode 49 - Ayah Sejati
51
Episode 50 - Kabar Buruk
52
Episode 51 - Salam Perpisahan
53
Episode 52 - Sepercik Rindu
54
Episode 53 - Rencana Terselubung
55
Episode 54 - Keputusan
56
Episode 55 - Bersandiwara
57
Episode 56 - Menunggu Kabar Baik
58
Episode 57 - Lelaki Penggoda
59
Episode 58 - Mengintai
60
Episode 59 - Permintaan
61
Episode 60 - Bersabar
62
Episode 61 - Langkah Terbaik
63
Episode 62 - Tak Ada Pilihan
64
Episode 63 - Emosional
65
Episode 64 - Wanita dan Cinta
66
Episode 65 - Rencana Terakhir
67
Episode 66 - Kucing Persia
68
Episode 67 - Bahagia
69
Episode 68 - Mencari Kebenaran
70
Episode 69 - Kamuflase
71
Episode 70 - Muara Rindu
72
Episode 71 - Nadia
73
Episode 72 - Mendekap Luka
74
Episode 73 - Secercah Harapan
75
Episode 74 - Romantika
76
Episode 75 - Titik Balik
77
Episode 76 - Melepas Beban
78
Episode 77 - Bertamu
79
Episode 78 - Restu Mama
80
Episode 79 - Antipati
81
Episode 80 - Panik
82
Episode 81 - Memulihkan Diri
83
Episode 82 - Penerimaan
84
Episode 83 - Mimpi Itu
85
Episode 84 - Persiapan
86
Episode 85 - Memaksa Diri
87
Episode 86 - Menjemput Waktu
88
Episode 87 - Akhir Penantian
89
Episode Penutup - Mencintaimu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!