Episode-18 Gallery

Tiara berjalan menuruni tangga depan rumahnya. Menyusul Alfa yang tengah berdiri di belakang gerbang. Tubuhnya lebih segar sekarang setelah hampir menghabiskan waktu tiga puluh menit berendam dalam bathtub. Baru empat puluh lima menit yang lalu Tiara tiba di rumah sepulang dari bekerja. Namun, warna jingga keemasan di ujung barat ternyata telah menyambutnya, pertanda waktu yang akan berganti malam sebentar lagi. Wanita itu bekerja ekstra waktu hari ini. Biasanya pada pukul dua siang, Tiara telah tiba di rumah dan beristirahat.

Alfa menoleh sejenak ke arah Tiara. Menatap betapa berkilaunya istrinya itu yang turut terkena cahaya senja. Rambut cokelat keemasan yang menghias di kepalanya membuatnya nampak semakin menawan.

“Sedang menunggu seseorang?” Tiara memperhatikan suaminya yang tak berkedip sedari tadi menatap entah apa ke depan. Dua tangan ia sakukan ke kantong celana dan tubuh tegapnya itu … mengapa terlihat begitu memesona di mata Tiara? Ah, ya. Hanya dia bukan yang berhak berkata seperti itu karena Alfa adalah suaminya. Tetapi mengapa Alfa malah sekarang berdiri di sini, di pinggir jalan depan rumahnya seolah sedang memamerkan pesonanya kepada siapa saja yang melihat?

“Tidak," jawabnya singkat.

“Apa baru saja ada seseorang yang datang?” Tiara menanyakan lagi karena Alfa sama sekali tak memperhatikannya dan seperti tak berniat menjelaskan apapun.

“Tidak sayang.” Lelaki itu akhirnya merangkul Tiara dengan senyum hangatnya. “Kau lihat bangunan yang ada tepat di seberang?” Alfa mengacungkan tangannya ke depan diikuti arah pandang Tiara yang mengekor ke sana.

“Rumah bercat putih itu? Iya. Ada apa?” Tiara mengerutkan kening.

“Aku sudah membelinya," ucapnya dengan nada bangga yang menguar.

“Membeli? Kau membeli rumah lagi? Ah, tolong jelaskan padaku agar aku tak terlalu banyak bertanya," ketus Tiara dengan ekspresi judesnya yang mulai terlihat. Alfa terkekeh.

“Aku mencari bangunan rumah yang bisa kutempati sebagai gallery. Kau tahu? Aku sudah terlalu banyak melukis dan ingin merumahkan sendiri lukisanku. Ya. Kurasa lebih baik, aku juga bisa menampilkan hasil jepretan kameraku di sana. Besok kita lihat," ujarnya sambil sesekali menolehkan kepala ke arah istrinya yang hanya manggut-manggut saja menanggapi ucapannya.

“Mengapa kau tak memberi tahuku sebelumnya? Apa kau sudah mempersiapkan semuanya?” Wanita itu bertanya lagi.

Alfa menggelengkan kepala. “Belum apa-apa. Aku sedang mencari seorang asisten untuk membantuku mengurus segalanya, seorang laki-laki yang tangkas dan mau bekerja keras. Tetapi entah kenapa begitu banyak pelamar perempuan yang mendaftar, padahal, aku tak mau ada wanita lain yang dekat-dekat denganku. Oleh karena itu, bagaimana jika kau saja yang menjadi asistenku? Aku tak perlu sungkan-sungkan lagi untuk dekat dengan asistenku seperti ini.” Alfa mulai menggoda dan menghadapkan tubuhnya pada Tiara. Menarik pinggang wanita itu untuk mendekat erat ke tubuhnya. Memompa degup jantung menjadi semakin cepat.

Perempuan itu mulai merasakan ada gelenyar yang mulai merambat ke punggungnya. Namun kali ini, lebih ke rasa malu yang semakin memerah di pipinya, mengingat mereka sedang berada di tempat terbuka saat ini.

“Tetapi sayangnya aku menolak.” Tiara tersenyum miring dengan nada ejekan.

Alfa mengangkat kedua alisnya meminta jawaban. “Apakah itu akan menambah beban pekerjaanmu?” Laki-laki itu tersenyum masam.

Oh, sungguh Tiara tak tahu apa yang sedang dipikirkan lelaki ini. Ia bahkan tak tahu apakah Alfa sedang mencandainya atau benar-benar bersungguh-sungguh dengan perkataannya.

“Tak usah kau pikirkan Tiara.” Alfa melepaskan pelukannya dan kembali menghadap ke arah depan, masih dengan senyum misteriusnya. “Aku tentu tak setega itu menyuruh kau bekerja. Aku bahkan sangat ingin kau duduk manis saja di rumah dan menikmati hidupmu sebagai istriku.” Lelaki itu menatap tajam, tetapi dengan ekspresi lembut. “Aku tidak sedang menampilkan diriku sebagai orang kaya yang arogan. Aku ingin kau menyaksikan bagaimana aku bekerja keras untukmu.”

"Tentu saja. Lelakiku harus hebat." Tiara tersenyum lalu turut serta menikmati pemandangan senja di depan mereka dan menyandarkan kepala ke dada bidang lelaki itu

Rumah tepat di depan seberang jalan rumah mereka itu bercat putih bersih, dengan tanaman-tanaman hijau di pot-pot yang tumbuh subur serta daun-daun yang merambat di pilar-pilar kecilnya. Pintu depan rumah itu terbuat dari dua pintu kaca besar yang tak tertembus karena tertutup dengan kelambu dengan warna putih pula. Halaman depan nampak sedikit luas dan tertata rapi dengan taman-taman kecil di sudutnya. Dinding pembatas dihias menyerupai dinding lereng dengan rumpu-rumput kecil yang tersebar pada beberapa tempat. Membuatnya tampak alami namun elegan.

Tiara pun tersenyum sendiri ketika menyadari bahwa bangunan rumah di depan mereka sangatlah sesuai dengan seleranya.

"Kau suka?" Alfa memiringkan kepalanya.

"Ya. Rumah itu cocok dengan seleraku dan sesuai dengan karaktermu." Tiara mengangguk-angguk menyetujui ucapannya sendiri.

"Tapi, bagaimana rumah itu bisa nampak terawat padahal tak ditinggali?" Tiara mengangkat kedua alisnya.

"Pemiliknya melakukan pembersihan berkala setiap dua minggu sekali." Alfa memandangi Tiara lalu mendaratkan bibirnya di pelipis istrinya. "Kau penasaran? Tapi kusarankan besok saja kita ke sana, aku tak mau kau peluk terus menerus karena kau takut gelap." Alfa merenges. Tiara mencubit pelan tangan kiri suaminya dengan gemas.

******

"Bagaimana? Aku diterima bukan?" Davian tersenyum penuh percaya diri.

"Apa kau sungguh-sungguh dengan niatmu? Aku tak mau pekerjaan kita saling berantakan bersamaan karena ini. Dan sekarang kau mau membantuku mengurus gallery? Jika kau membantuku mencari orang saja untuk bekerja padaku, maka aku baru akan berterima kasih." Alfa mengabaikan senyum yang terus menerus tersungging di wajah sahabatnya itu.

"Ah kau. Kau tetap tak bisa menolakku sebelum tahu bagaimana aku bekerja."

Alfa tak habis pikir. Apa yang sebenarnya Davian mau. Lelaki itu sangat bersikeras untuk membantu mengurus gallery barunya, padahal kesibukan mereka sama. Dan tujuan Alfa mencari orang yang dapat membantunya tentu saja karena dia harus bisa menyelesaikan semua urusannya tanpa terkendala pembagian waktu.

Alfa mengerjapkan matanya mengusir kepusingan yang mendadak melandanya. Tentu saja ia tak mau menolak peluang ini bukan? Bagaimanapun Davian sahabatnya yang sudah ia kenal dengan waktu yang cukup lama. Anggaplah ini solidaritas Davian karena sudah mau mengerti dengan keadaannya. Mungkin ini lebih baik daripada harus merekrut orang baru yang akan memerlukan waktu lebih lama untuk saling mengenal. Walau tak menutup kemungkinan, Alfa akan lebih banyak lagi meng-hire beberapa orang lagi sebagai panitia untuk pembukaan galerinya.

"Baiklah." Dengan tatapan tak bersemangat akhirnya Alfa menyetujui permintaan Davian untuk menjadi asistennya. Tak mau berlama-lama berdebat dengan rekannya yang jago bersilat itu. "Aku percaya padamu. Jadi jangan kecewakan aku." Lelaki itu menatap kembali dengan ekspresi bersungguh-sungguh lalu menyesap tegukan kopi terakhirnya yang masih sedikit hangat.

"Aku bisa sedikit mengesampingkan dulu Blueict untuk membantumu."

Alfa menolehkan kepala dengan cepat.

"Gila kau." Alfa sedikit membanting gelas yang dipegangnya sebelum berucap, "Aku pulang terlebih dulu, besok kita bertemu untuk membahas kelanjutan apa yang harus dikerjakan. Oke asisten?" Ucapnya dengan nada mengejek diselai senyum miring mencandai Davian.

"Oke Bos." Davian mengacungkan jempol sebagai tanda persetujuan.

Tanpa menunggu lama, Alfa segera berjalan menuju pintu keluar cafe tempat mereka bertemu ini.

Setelah tak nampak lagi Alfa di pelupuk matanya, seringaian licik mulai terkembang di sana.

Bodohnya kau Gheo Alfa

Episodes
1 Episode-1 Pernikahan
2 Episode-2 Rumah Baru
3 Episode-3 Keinginan
4 Episode-4 Perhatian Mama
5 Episode-5 Sakit
6 Episode-6 Kejutan Menyedihkan
7 Episode 7 - Lukisan Wajahmu
8 Episode-8 Kembali Bekerja
9 Episode-9 Kemarahan Alfa
10 Episode-10 Kegembiraan Bersama
11 Episode-11 Periksa Kandungan
12 Episode-12 Bertemu Mantan
13 Episode-13 Sebuah Rencana
14 Episode-14 Teka Teki
15 Episode-15 Kehilangan
16 Episode-16 Air Mata
17 Episode-17 Tersenyum Kembali
18 Episode-18 Gallery
19 Episode-19 Kesempatan
20 Episode-20 Bersekutu
21 Episode-21 Tanpa Sadar
22 Episode-22 Kedua Kali
23 Episode-23 Pertengkaran
24 Episode 24 - Melukis Harapan
25 Episode 25 - Lebih Dekat
26 Episode 26 - Pulang
27 Episode 27 - Kepedihan
28 Episode 28 - Melepas Rindu
29 Episode 29 - Lemah
30 Episode 30 - Bertahan
31 Episode 31 - Mati Bersamamu
32 Episode 32 - Tak Terduga
33 Episode - 33 Kecewa
34 Episode-34 Kembali Pulang
35 Author Menyapa
36 Episode-35 Merawatmu
37 Episode-36 Dilema
38 Episode 37 - Wonder Woman
39 Episode 38 - Hidroterapi
40 Episode 39 - Bukan Kejutan
41 Episode 40 - Kolam Renang
42 Episode 41 - Wanita itu
43 Episode 42 - Berbeda
44 Episode 43 - Menemani
45 Episode 44 - Asisten?
46 Episode 45 - Tanda Kehamilan
47 Episode 46 - Tempat Terbaik
48 Episode 47 - Balas Budi
49 Episode 48 - Bertemu Lagi
50 Episode 49 - Ayah Sejati
51 Episode 50 - Kabar Buruk
52 Episode 51 - Salam Perpisahan
53 Episode 52 - Sepercik Rindu
54 Episode 53 - Rencana Terselubung
55 Episode 54 - Keputusan
56 Episode 55 - Bersandiwara
57 Episode 56 - Menunggu Kabar Baik
58 Episode 57 - Lelaki Penggoda
59 Episode 58 - Mengintai
60 Episode 59 - Permintaan
61 Episode 60 - Bersabar
62 Episode 61 - Langkah Terbaik
63 Episode 62 - Tak Ada Pilihan
64 Episode 63 - Emosional
65 Episode 64 - Wanita dan Cinta
66 Episode 65 - Rencana Terakhir
67 Episode 66 - Kucing Persia
68 Episode 67 - Bahagia
69 Episode 68 - Mencari Kebenaran
70 Episode 69 - Kamuflase
71 Episode 70 - Muara Rindu
72 Episode 71 - Nadia
73 Episode 72 - Mendekap Luka
74 Episode 73 - Secercah Harapan
75 Episode 74 - Romantika
76 Episode 75 - Titik Balik
77 Episode 76 - Melepas Beban
78 Episode 77 - Bertamu
79 Episode 78 - Restu Mama
80 Episode 79 - Antipati
81 Episode 80 - Panik
82 Episode 81 - Memulihkan Diri
83 Episode 82 - Penerimaan
84 Episode 83 - Mimpi Itu
85 Episode 84 - Persiapan
86 Episode 85 - Memaksa Diri
87 Episode 86 - Menjemput Waktu
88 Episode 87 - Akhir Penantian
89 Episode Penutup - Mencintaimu
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Episode-1 Pernikahan
2
Episode-2 Rumah Baru
3
Episode-3 Keinginan
4
Episode-4 Perhatian Mama
5
Episode-5 Sakit
6
Episode-6 Kejutan Menyedihkan
7
Episode 7 - Lukisan Wajahmu
8
Episode-8 Kembali Bekerja
9
Episode-9 Kemarahan Alfa
10
Episode-10 Kegembiraan Bersama
11
Episode-11 Periksa Kandungan
12
Episode-12 Bertemu Mantan
13
Episode-13 Sebuah Rencana
14
Episode-14 Teka Teki
15
Episode-15 Kehilangan
16
Episode-16 Air Mata
17
Episode-17 Tersenyum Kembali
18
Episode-18 Gallery
19
Episode-19 Kesempatan
20
Episode-20 Bersekutu
21
Episode-21 Tanpa Sadar
22
Episode-22 Kedua Kali
23
Episode-23 Pertengkaran
24
Episode 24 - Melukis Harapan
25
Episode 25 - Lebih Dekat
26
Episode 26 - Pulang
27
Episode 27 - Kepedihan
28
Episode 28 - Melepas Rindu
29
Episode 29 - Lemah
30
Episode 30 - Bertahan
31
Episode 31 - Mati Bersamamu
32
Episode 32 - Tak Terduga
33
Episode - 33 Kecewa
34
Episode-34 Kembali Pulang
35
Author Menyapa
36
Episode-35 Merawatmu
37
Episode-36 Dilema
38
Episode 37 - Wonder Woman
39
Episode 38 - Hidroterapi
40
Episode 39 - Bukan Kejutan
41
Episode 40 - Kolam Renang
42
Episode 41 - Wanita itu
43
Episode 42 - Berbeda
44
Episode 43 - Menemani
45
Episode 44 - Asisten?
46
Episode 45 - Tanda Kehamilan
47
Episode 46 - Tempat Terbaik
48
Episode 47 - Balas Budi
49
Episode 48 - Bertemu Lagi
50
Episode 49 - Ayah Sejati
51
Episode 50 - Kabar Buruk
52
Episode 51 - Salam Perpisahan
53
Episode 52 - Sepercik Rindu
54
Episode 53 - Rencana Terselubung
55
Episode 54 - Keputusan
56
Episode 55 - Bersandiwara
57
Episode 56 - Menunggu Kabar Baik
58
Episode 57 - Lelaki Penggoda
59
Episode 58 - Mengintai
60
Episode 59 - Permintaan
61
Episode 60 - Bersabar
62
Episode 61 - Langkah Terbaik
63
Episode 62 - Tak Ada Pilihan
64
Episode 63 - Emosional
65
Episode 64 - Wanita dan Cinta
66
Episode 65 - Rencana Terakhir
67
Episode 66 - Kucing Persia
68
Episode 67 - Bahagia
69
Episode 68 - Mencari Kebenaran
70
Episode 69 - Kamuflase
71
Episode 70 - Muara Rindu
72
Episode 71 - Nadia
73
Episode 72 - Mendekap Luka
74
Episode 73 - Secercah Harapan
75
Episode 74 - Romantika
76
Episode 75 - Titik Balik
77
Episode 76 - Melepas Beban
78
Episode 77 - Bertamu
79
Episode 78 - Restu Mama
80
Episode 79 - Antipati
81
Episode 80 - Panik
82
Episode 81 - Memulihkan Diri
83
Episode 82 - Penerimaan
84
Episode 83 - Mimpi Itu
85
Episode 84 - Persiapan
86
Episode 85 - Memaksa Diri
87
Episode 86 - Menjemput Waktu
88
Episode 87 - Akhir Penantian
89
Episode Penutup - Mencintaimu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!