“Apa, Bapak, bisa menanyakan hal ini pada mereka?” pinta Araela.
Kemudian sopir taksi itu pun turun untuk menanyakan apakah alamat itu benar dan ketika bertanya para penjaga gerbang tersebut enggan memercayai. Namun, sopir taksi terus mengatakan ciri-ciri tinggi Rolando yang hanya sekitar sepuluh menit kemudian taksinya diizinkan masuk ke dalam halaman mansion.
Saat sampai di halaman mansion. Araela tak tega membangunkan Rolanda dengan pelan ia menggendong layaknya seorang anak kecil yang benar-benar membutuhkan kasih sayang.
Hal tersebut membuat seluruh isi mansion gempar dengan kepulangan Tuan Muda Kecil mereka berada dalam gendongan seseorang yang tak mereka kenal.
“Jangan dibangunkan biarkan dia tidur dengan pulas.” Araela menolak keras karena ia begitu menikmati perannya sebagai seorang kakak.
“Kalau begitu mari ikut saya ke dalam, Nona.”
Langkah kaki Araela mengikuti penjaga gerbang tadi yang mana di dalam mansion ia mendapat sambutan tatapan dingin dari seorang pria paruh baya. Namun, ia sama sekali tak pernah takut dengan tatapan mata tersebut.
“Permisi, Tuan Besar, saya hanya mengantarkan Nona yang sedang menggendong Tuan Muda Kecil pada, Anda.”
Pramana menghampirinya sembari tetap menatap dingin untuk memindahkan Rolando ke dalam gendongannya. Akan tetapi sang cucu memberontak ia seakan enggan melepas dekapan yang membuatnya merasa nyaman.
Mbok Iyem yang kebetulan selesai berberes pekerjaannya terpaksa mengantarkan Araela untuk menidurkan Rolando yang begitu betah berada dalam gendongannya.
“Saya, berterima kasih pada, Anda Neng.” Mbok Iyem membuka suara sambil mengucap syukur Tuan Muda Kecil selamat sampai mansion.
“Jangan berterima kasih denganku, Mbok! Ini tak ada apa-apanya untukku. Karena aku senang bisa mengantarkan Ando pulang dengan selamat.” Araela merasa sungkan dengan Mbok Iyem yang mengucap terima kasih padanya
Mereka terkejut mendengar suara igauan yang terlontar dari Rolando. “Momy, jangan pergi, Ando takut ….”
“Apa dia selalu seperti itu, Bi?” Tanpa canggung dan malu demi Rolando. Araela berusaha menempatkan diri dengan baik di mansion yang pertama kali ia datangi.
“Benar, Neng, setiap hari Tuan Muda Kecil selalu menginggau ketika tidur sendiri dan saya sendiri yang menemaninya.”
Araela menghela napas gusar ketika mendengar penjelasan dari Mbok Iyem yang membuatnya mau tahu mau menemani Rolando kembali. “Permisi, Mbok, maaf kalau lancang bolehkah aku menemani Ando sebentar saja?”
“Silakan, Neng!”
Nalurinya dengan lembut membelai pucuk kepala Rolando penuh kasih sayang, dan hal tersebut membuat Mbok Iyem bersyukur bisa bertemu dengan seorang gadis yang mampu membuat cucu kesayangan sang majikan menjadi lebih tenang.
Nyonya sudah tujuh tahun kematian Anda. Saya baru bertemu dengan orang yang begitu sangat memahami putra Anda. Semoga kamu adalah orang yang selalu Tuan Muda Kecil doakan.
Lalu Mbok Iyem berpamitan dengan Araela yang terlihat senang membelai rambut Rolando. “Neng, kalau begitu saya pamit ke dapur.”
Ketika Mbok Iyem melangkahkan kakinya. Panggilan dari Tuan Besar menghentikan langkahnya.
“Mbok ….”
“Iya, Tuan Besar!”
“Mengapa gadis yang membawa cucuku pulang tak keluar dari kamar Ando?” Pramana terlihat heran dengan cucunya yang begitu akrab dengan orang baru dikenalnya.
“Begini, Tuan, setiap malam saya sering kali melihat Tuan Muda Kecil menggigau ketika tidur, dan Neng tadi meminta izin pada saya.”
“Nanti suruh dia menemui saya dan istriku, Mbok!” titah Pramana dingin.
“Baik, Tuan Besar.”
Di dalam kamar Rolando. Araela tengah menemaninya tidur tak lupa ia mengucap kata maaf untuk adik kecilnya. “Apa pun masalahmu tetap jadilah seorang anak yang kuat. Semoga kita bertemu kembali. Mimpi yang nyenyak adikku Sayang.”
Tak lupa memberi kecupan hangat dikening begitu lama. Lalu dia sendiri telah menyiapkan diri untuk menghadapi sorot mata dingin itu.
“Selamat malam, Om dan Tante ….” Tanpa merasa takut dan canggung Araela menyalami punggung tangan sepasang suami istri yang sedang menatapnya.
“Duduklah, Nak!” Dahlia dibuat heran dengan seorang gadis yang tanpa malu mau mencium punggung tangannya. “Siapa namamu?”
“Araela itu nama saya, Tante.” Gadis bar-bar dengan tutur kata lembut yang begitu sopan menjawab. “Mohon maaf kedatangan saya mengganggu Anda Tante, dan saya bertemu Ando di jalan ketika hendak diculik oleh dua orang preman.”
Penjelasan dari Araela membuat Pramana dan Dahlia terkejut. Mereka tak menyangka cucu kesayangannya akan menjadi korban penculikan.
“Kau anak yang baik. Mungkin tanpamu aku dan suamiku tak akan bertemu dengannya.” Dahlia memuji keberanian dari gadis yang baru saja menyebutkan namanya.
“Sudah kewajiban saya membantu sesama. Kalau begitu saya pamit pulang karena sudah sangat malam. Takutnya besok terlambat masuk kerja.” Araela tanpa berbasa-basi ia berpamit karena teringat pekerjaannya yang sudah mulai masuk pagi kembali.
“Kalau begitu biar sopir pribadiku yang mengantarmu, Nak.” Dahlia menawarkan untuk mengantar gadis itu pulang.
“Tak usah, Tante. Terima kasih tawaran Anda.” Araela menolak halus bukan karena tak ingin dianggap memanfaatkan keadaan. Akan tetapi ia memang benar-benar merasa sungkan bila menerimanya.
Selesai mencium kedua punggung tangan dan berpamitan Araela melangkahkan kakinya meninggalkan mansion yang tak di sadari Rolando bangun kembali sambil menatap Araela menghilang dari pandangan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Dewi Anggya
pertemuan pertama yg mmbuat trkesaan
2024-01-17
1
Nurlinda
hadeuh untungnya Ando ketemu araela yg nolongin
2022-06-13
0
☠⏤͟͟͞Revina
oooo iya ya Pramana itu kan nama Kakek Ando...
waaduuuuh berarti saya td salah sebut nama donk....
maaangaaap yaaak
2022-06-11
0