Jika di mansion sedang terjadi kegaduhan karena ulah Rolando yang tiba-tiba menghilang. Lain halnya yang dilakukan oleh anak lelaki tersebut saat ini sedang menunggu seseorang yang tengah membersihkan diri.
Tentunya anak lelaki tersebut merupakan Rolando yang membuat semua orang kalang kabut mencari keberadaannya.
Tak lama kemudian orang di tunggu-tunggu pun telah selesai membersihkan diri yang mana ia juga menyuruhnya untuk mandi membersihkan diri.
“Maaf ya, Sayang, apa kamu menungguku terlalu lama?” Araela menghampiri Rolando sambil menggosok rambutnya yang masih basah dengan handuk.
“Tidak.”
“Kalau begitu kamu juga harus membersihkan tubuhmu karena aku akan menyiapkan makan malam untukmu. Mau?” Araela bertanya seraya menawari anak lelaki itu makan bersama dengannya.
Mengangguk kepala Rolando pun akhirnya menurut setelah ia sempat berperang batin dengan menerima handuk yang disodorkan untuk dirinya.
“Itu kamar mandinya ada di sebelah sana,” ucap Araela sambil menunjuk ke arah kamar mandi.
Setelah tak melihat punggung anak lelaki tersebut dengan cekatan Araela membuat nasi goreng seperti biasa yang tak lupa ia membuat salad buah kesukaannya.
“Semoga dia suka dengan makanan yang ku masak ini.” Araela bergumam lirih sambil melirik ke arah kamar mandi yang sedang dipakai olehnya.
Sementara itu di dalam kamar mandi Rolando pertama kali harus membiasakan diri dengan kehidupan yang baru ditemui. Sebagai seorang anak yang didewasakan oleh waktu kini Ando mulai mengerti tak selamanya ia berada di atas.
Apa yang dia temui mengajarkannya untuk tetap bersyukur dengan kehidupan yang dipunyai oleh Ando.
Membutuhkan sekitar waktu empat puluh menit. Baik Araela mau pun Ando telah selesai dengan urusan masing-masing.
“Sayang, maaf ya, Kakak hanya bisa menyediakanmu ini. Kalau kamu tak suka langsung bilang saja.” Araela tanpa menolehkan kepala dengan cekatan kedua tangannya itu pun menata piring yang atasnya terdapat dua porsi nasi goreng, dan tak lupa dengan salad buah kesukaannya.
Rolanda menggeleng kepala. Tanda ia tak terlalu memprotes perihal makanan yang tersaji di atas piring tersebut. Tak lupa manik matanya pun menatap ke arah salad buah yang membuat ia mendadak menelan ludah dengan kasar.
Yang tak lain sajian sandwich itu pun merupakan salah satu dari sekian makanan yang disukai oleh dirinya.
“Apa kamu juga suka dengan salad buah yang ku buat?” Araela tanpa sengaja menatap pandangan mata aneh dari anak lelaki tersebut. Namun, ia tak mendapat jawaban tapi bisa ditebak bila Ando juga menyukai sandwich sederhana yang menyegarkan mata.
“Makan-lah di atas piring itu untuk mengisi perutmu yang sudah meronta-ronta.” Tanpa merasa canggung dan malu Araela mengunyah nasi goreng begitu rakus di depan anak lelaki yang tersenyum tipis melihatnya.
Tak lama kemudian Rolando pun akhirnya menikmati nasi goreng yang berbeda dari masakan neneknya. 'Enak sekali! Lebih dari masakkan milik oma.' batin Ando yang sedang memuji masakan orang yang telah menolongnya ini.
Lalu selesai menikmati nasi goreng bersama di depan ruang tamu yang berukuran kecil. Ando mendudukkan bokongnya di atas sofa sederhana dengan Araela menyusul yang tak lupa di kedua tangannya itu membawa semangkuk salad buah.
“Sekarang kamu harus cerita pada Kakak. Apa yang membuatmu kabur dari rumah?” Araela bertanya seraya di dalam mulutnya itu sedang mengunyah buah.
“Aku tak kabur dari rumah, Kak.” Rolando menjawabnya yang juga sedang mengunyah buah segar yang begitu nikmat.
“Apa kamu tak membuat kedua orang tuamu cemas?”
Orang tua? Miris sekali kehidupan Rolando yang merasa keberadaannya tak diakui oleh dadynya sendiri. Tanpa sadar air matanya tiba-tiba menetes dengan sendiri.
Gerakan tangan Araela terhenti tak kala ia mendengar suara isakan pelan yang ditahan oleh anak lelaki tersebut. “Sayang, apa pertanyaanku melukai hatimu?”
“Aku hanya rindu momyku.”
Tak tega Araela pun memberinya sebuah pelukan hangat yang selama tak pernah dirasakan oleh Rolando.
“Tumpahkan semua kesedihanmu di sini. Jangan kamu pendam sendiri.” Penghiburan Araela tak membuat Rolando lega. Ia saat ini benar-benar membutuhkan sesosok yang mampu menyayangi dan mencintainya tanpa syarat apa pun.
“Sejak aku dilahirkan oleh momy. Dady sama sekali tak pernah mau mengurusku. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri. Bahkan aku selalu mendengar semua perkataannya yang tak mau melihatku karena wajah ini sangat begitu mirip dengan momy.”
Mendengar cerita yang begitu menyakitkan membuat Araela membenci ketidakadilan yang terjadi pada diri anak lelaki tersebut karena ia sendiri juga mengalami hal yang sama dengannya.
Mengapa nasib kehidupanmu sepertiku? Apa kamu benar-benar terluka? Jika, iya maka aku akan mengisi kekosongan direlung hatimu. Aku akan melindungi dan menjagamu selalu.
“Apa hatimu sudah tenang?” Araela bertanya sambil mengurai dekapan yang tak lupa menghapus air mata yang mengalir di kedua pipinya.
Rolando menggeleng. Ia masih belum rela melepaskan dekapan yang membuat hatinya merasa lebih tenang.
“Bisakah aku tidur denganmu di sini, Kak,” pinta Ando dengan tatapan polos.
Bukannya Araela tak mengerti tatapan memelas dari anak lelaki itu. Namun, sangat menginginkan Rolando pulang dengan selamat ke rumahnya.
“Sayang, maaf bukannya aku menolakmu untuk tidur di sini. Akan tetapi lebih baik kamu pulang, ya. Kasihan keluargamu pasti kalang kabut mencarimu.”
“Dady pasti tak akan mencariku!” ketus Rolando. Tak lupa dengan raut wajah yang terlihat sangat menggemaskan.
“Astaga, Sayang! Kamu kenapa bisa menggemaskan begini.” Araela tergelak lucu dengan raut wajah Rolando. “Kalau begitu bagaimana Kakak mengantarmu pulang. Apa mau?”
Sambil menunduk Rolando pun hanya bisa mengangguk dengan pelan karena sejujurnya ia sendiri takut opanya marah dengannya.
“Ya sudah kalau begitu mumpung belum terlalu larut. Sebaiknya aku harus segera mengantarmu pulang.” Araela sendiri bertekad akan melakukan apa pun untuk anak lelaki yang kini menjadi adiknya.
Kini keduanya pun berada di dalam taksi yang mengarah ke tujuan rumah Rolando karena adiknya itu enggan memberikan alamat tempat tinggalnya. Namun, Araela sendiri tak kehilangan akal rayuan dan akal bulus berhasil ia lancarkan begitu mendapatkan alamat yang saat ini sedang menuju ke arah tersebut.
“Kenapa, Pak?” Araela begitu risih ditatap oleh sopir taksi yang membawanya ke arah rumah Rolando.
“Apa itu anakmu, Neng?” tanya Pak sopir taksi.
“Bukan anak tapi adik, Pak! Kenapa memangnya?” Araela balik bertanya.
“Kau terlihat begitu menyayanginya tapi yang saya lihat dia sepertinya tertekan.”
Tak menjawab pertanyaan dari sopir taksi. Araela pun tersenyum tipis karena ia juga sepemikiran dengan perkataan dari sopir taksi tersebut.
Begitu taksi yang di tumpanginya sampai ke tempat tujuan. Araela pun tak lupa terus menatap wajah polos yang saat ini sedang bersandar dipundaknya.
“Kita sudah sampai, Neng.”
“Apa, Bapak, bisa menanyakan pada mereka?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Dewi Anggya
nasibnya mirip yaaa
2024-01-17
0
Nur Hayati
Rolando kok aku bacanya Ronaldo 😁😁😁
2022-07-27
0
Nurlinda
jgn sampai araela dituduh nyulik Ronaldo
2022-06-13
0