Sesampainya di pesantren Rayhan disambut hangat oleh kakak sepupunya. Iqbal merasa senang saat melihat Rayhan mau ikut bersama Abah dan Umminya. Akhirnya mereka saling melepas rindu setelah lama tidak bertemu.
“Assalamualaikum, kak.” Kata Rayhan mengucapkan salam.
“Waalaikum salam, Ray. Alhamdulillah akhirnya kita bisa bertemu juga. Bagaimana kabarmu?” sahut Iqbal yang langsung menyambut Rayhan dengan pelukannya.
“Alhamdulillah baik kak. Kakak sehat kan?” jawab Rayhan setelah Iqbal melepaskan pelukannya.
“Alhamdulillah kakak juga baik. Abah, ummi, mari kita masuk.” Lanjut Iqbal tak lupa menyalami kedua orang tuanya. Kemudian mereka masuk kedalam rumah.
“Iqbal mulai hari ini Rayhan akan menginap beberapa hari disini. Jadi Rayhan bisa membantumu mengurus pesantren ini.” Ujar Abah kepada Iqbal.
“Sungguh bah? Alhamdulillah Iqbal senang mendengarnya. Pasti Rayhan akan sangat membantu di pesantren ini.” Jawab Iqbal sembari menepuk lembut pundak Rayhan.
“Kak Iqbal terlalu berlebihan, aku kan tidak sepandai kak Iqbal dalam masalah agama. Justru Rayhan yang akan banyak belajar dari kakak dan santri disini.” Sahut Rayhan merasa tidak pantas menerima pujian dari Iqbal.
“Kamu ini terlalu merendah Ray. Kakak tau kemampuanmu.” Ucap Iqbal dengan yakin.
“Ya sudah nak kamu antarkan Rayhan ke kamarnya biar dia istirahat dulu. Pasti lelah setelah perjalanan jauh.” Sahut Ummi memotong pembicaraan mereka.
“Baik Ummi. Ayo Ray.” Jawab Iqbal yang langsung mengambil alih tas Rayhan dan mengantarkan Rayhan ke kamarnya.
Sesampainya dikamar, Iqbal menyuruh Rayhan untuk beristirahat. Namun Rayhan menolak, dia lebih memilih mengajak kakaknya berkeliling pesantren. Rasanya dia sangat rindu dengan suasana pesantren ini setelah lama tidak berkunjung kemari.
Iqbal yang tidak bisa menolak keinginan Rayhan akhirnya menurutinya. Dia mengajak Rayhan berjalan-jalan mengelilingi pesantren. Sembari mengenang masa kanak-kanak mereka yang pernah dihabiskan dipesantren ini.
“Wah ternyata pesantren ini sudah banyak perkembangannya ya kak. Sudah banyak gedung-gedung baru.” Kata Rayhan seraya mengamati gedung yang berjejer didepannya.
“Iya Ray. Alhamdulillah sekarang pesantren ini banyak peminatnya. Jadi pembangunannya harus tetap dilakukan untuk memenuhi sarana dan prasarana dipesantren ini. Agar para santri juga nyaman tinggal disini.” Jawab Iqbal menjelaskan secara detail.
“Nah ini asrama santriwan (santri putra), disini satu kamar biasanya terdiri dari 10-12 santri. Ada fasilitas ranjang susun dan lemari. Kalo yang diujung itu adalah aula yang biasa digunakan para santri untuk berkumpul atau memurajaah pelajaran mereka. Mari sekarang kita ke kantor para Ustadz.” Lanjut Iqbal menjelaskan setiap gedung yang ada disana. Rayhan mengikuti langkah kakaknya. Namun langkahnya seketika berhenti saat berada disebuah bangku yang ada dibawah pohon mangga.
“Ada apa Ray?” tanya Iqbal saat menyadari Rayhan menghentikan langkahnya.
“Bukankan ini pohon mangga tempat biasa kita belajar mengaji dulu kak? Ternyata pohon ini sudah tumbuh besar. Rasanya waktu itu masih kecil bahkan kalau kita mau mengambil buahnya saja tidak harus naik kepohonnya.” Ujar Rayhan sembari bernostalgia memandangi pohon mangga itu.
“Iya Ray dulu setiap libur sekolah kamu dan Saffa selalu menginap dipesantren ini dan kita belajar mengaji bersama dibawah pohon ini. Tak terasa ya waktu berjalan begitu cepat, sekarang kita sudah beranjak dewasa.” Jawab Iqbal yang ikut memandangi pohon tersebut.
“Enak ya kak kalau jadi anak kecil itu. Tahunya cuman main dan belajar, tidak perlu memikirkan masalah yang membuat kita menjadi bingung. Beda dengan orang dewasa yang selalu memiliki masalah bahkan selalu datang secara bertubi-tubi.” Lanjut Rayhan mimik wajahnya berubah menjadi sendu.
“Ray… setiap manusia itu pasti akan diuji oleh Allah. Tugas kita sebagai hamba-Nya hanya perlu iklas dan tawakal serta berikhtiar melewati dan menghadapi setiap masalah yang datang. Kamu harus ingat Ray Allah tidak akan menguji hamba-Nya diluar batas kemampuannya. Jika Allah memberikan cobaan kepada hambanya. Berarti Allah yakin bila kita dapat menghadapi ujian dari-Nya.” Kata Iqbal yang mulai mengerti jika Rayhan kembali teringat tentang masalahnya.
“Kakak benar, aku tidak boleh terus-terusan terpuruk seperti ini. Sudah saatnya aku bangkit dan melupakan semuanya.” Jawab Rayhan berusaha tersenyum dan menghilangkan rasa sedihnya.
“Ya sudah ayo kita lanjutkan. Katanya mau melihat kantor para ustadz.” Ajak Iqbal kemudian. Rayhan kembali mengikuti langkah kakaknya. Meskipun umur Iqbal satu tahun lebih muda dari Rayhan. Namun Iqbal memiliki sikap yang lebih dewasa dan bijaksana dibanding Rayhan. Status Iqbal yang menjadi anak dari paman Rayhan (kakak dari papa Rayhan) otomatis menjadikannya sebagai kakak.
“Nah ini dia kantor ustadznya, ayo masuk Ray. Assalamualaikum.” Ucap Iqbal sembari membuka pintu kantor. Terlihat beberapa orang ustadz sedang berada didalam. Mereka langsung berdiri saat melihat Iqbal memasuki ruangan tersebut.
“Waalaikum salam, Gus Iqbal.” Seru semua ustadz yang ada disana. Gus adalah panggilan yang biasa disematkan didepan nama anak laki-laki seorang Kiyai.
“Tidak apa-apa ustadz lanjutkan saja pekerjaan kalian. Aku hanya ingin mengajak adikku melihat-lihat pesantren ini.” Kata Iqbal mempersilahkan para ustadz kembali bekerja. Mereka pun mengikuti perintah Iqbal. Tetapi ada satu orang ustadz yang sudah cukup umur menghampiri Iqbal dan Rayhan.
“Ini mas Rayhan kan Gus?” tanya Ustadz itu.
“Benar Ustadz, bagaimana ustadz bisa mengenal saya?” jawab Rayhan merasa heran. Padahal dia merasa baru pertama kali ini bertemu dengannya.
“Apa kamu tidak mengingat ustadz Soleh. Beliau adalah ustadz yang mengajari kita mengaji saat kecil. Beliau adalah ustadz senior disini. Jadi Abah menjadikannya sebagai penanggung jawab di asrama putra.” Sahut Iqbal mencoba mengingatkan Rayhan.
“Masyaallah ustadz Soleh. Maafkan Rayhan yang tidak mengenali ustadz. Bagaimana kabar ustadz?” ujar Rayhan langsung mencium tangan ustadz Soleh.
“Alhamdulillah saya baik mas. Bagaimana kabar mas Rayhan dan mbak Saffana? Sudah lama sekali kalian tidak berkunjung kemari?” tanya Ustadz Soleh sembari mengelus punggung Rayhan.
“Alhamdulillah kami baik ustadz. Saat ini Saffana sedang menyelesaikan studi S1 nya di London. Do’akan semuanya lancar ya Ustadz.” Jawab Rayhan penuh hormat.
“Masyaallah ternyata sekarang mas Rayhan dan mbak Saffana menjadi orang-orang hebat. Insyaallah bapak akan selalu mend’oakan yang terbaik untuk kalian. Kalau begitu saya permisi dulu mas, Gus, masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan.” Kata ustadz Soleh undur diri.
“Baik ustadz, kami juga akan melanjutkan berkeliling. Kami pergi dulu ya ustadz, Assalamualaikum.” Sahut Iqbal langsung berpamitan.
“Waalaikum salam.” Jawab para ustadz secara bersamaan. Kemudian Iqbal dan Rayhan melanjutkan perjalanannya.
Setelah itu mereka berjalan menuju belakang pesantren. Disana terlihat beberapa santri sedang ngobrol dan belajar di gazebo. Ada beberapa gazebo disana dan hampir setiap gazebo terlihat penuh dengan santri. Semua santri langsung menunduk saat melihat Iqbal berada disana. Begitulah sikap para santri biasanya mereka akan sangat menghormati ustadz yang lewat didepan mereka. Mereka akan menunduk sembari memberikan salam.
“Banyak juga ya kak santrinya?” tanya Rayhan sembari mengamati semua santri yang ada disana.
“Alhamdulillah Ray. Sekarang kita kemasjid ya.” Ajak Iqbal kemudian.
“Kak yang dibalik tembok itu masih area pesantren juga?” tanya Rayhan yang penasaran melihat pagar pembatas yang ada di depan mereka.
“Itu area santriwati (santri putri) disana ada asrama, aula, dan kelas untuk mereka belajar. Sama seperti yang ada di sini.” Jawab Iqbal menjelaskan.
“Oh… berarti pesantern ini sangat luas ya kak?” tanya Rayhan lagi terlihat terkesima.
“Iya Ray Alhamdulillah, bahkan ada beberapa warga yang mewakafkan tanahnya untuk pesantren ini.” Lanjut Iqbal menjelaskan.
“Itulah yang selalu Rayhan rindukan dari suasana pedesaan Kak. Warganya selalu saling bahu membahu untuk membantu satu sama lain. Mereka selalu hidup dengan tentram dan tenang secara berdampingan. Beda halnya dengan masyarakat kota, mereka hidup secara individual dan saling cuek satu sama lain. Bahkan ada yang tidak mengenal tetangga samping rumahnya sendiri. Makanya sejak kecil Rayhan sangat ingin tinggal di pedesaan seperti ini.” Ucap Rayhan seraya menghirup dalam udara pedesaan yang terasa segar.
“Kalau begitu carilah istri disini, siapa tau jodoh kamu ada disini.” Sahut Iqbal secara sepontan.
“Kakak ada-ada saja.” Jawab Rayhan sebari berjalan meninggalkan kakaknya. Iqbal hanya tersenyum melihat tingkah laku Rayhan yang terkadang masih kekanak-kanakan. Setelah lelah berkeliling akhirnya mereka memutuskan untuk kembali.
Terus bantu thor untuk like, komen dan vote ya...
Agar thor lebih bersemangat menulisnya
Thor akan berusaha Up setiap hari.
Selamat membaca semoga kalian suka..
maafka jika ada beberapa typo..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
◕EmBul˙❥˙
smpai di sini alur ceritanya masih menarik Thor.... untuk pemula itu sudah luar biasa 👍👍👍
2023-12-28
0
Noer Anisa Noerma
aku suka ceritanya
2022-06-23
0
Widya Swara
ceritanya sangat bagus dan mengalir alami, jarang ada novel begini. Lanjut dan semangat ya Thor
2021-11-30
0