Semenjak Rayhan tinggal bersama keluarga pamannya. Keadaannya terlihat semakin membaik. Kesibukan yang dilakukan Rayhan dipesantren membuatnya berangsur melupakan kesedihannya. Di pesantren ini Rayhan membantu mengurus administrasi dan terkadang juga membantu para santri dengan mengajarkan bahasa inggris. Paman, bude, dan Iqbal yang melihat perkembangan Rayhan merasa senang. Namun masih ada sedikit kekhawatiran yang dirasakan oleh Iqbal. Meskipun Rayhan terlihat baik-baik saja. Tetapi Iqbal masih sering melihat Rayhan melamun dimalam hari. Kemudian Iqbal pun mengutarakan kekhawatirannya itu kepada Abahnya.
“Alhamdulillah ya Bah, sekarang Rayhan sudah mulai bisa melupakan kesedihannya.” Kata Iqbal setelah duduk disamping Abahnya.
“Iya Bal, Abah juga sangat bersyukur. Semoga saja Rayhan bisa benar-benar melupakan Annisa. Bagaimanapun juga Annisa sudah menjadi calon istri seseorang.” Jawab Abah dengan senyum tipis.
“Insyaallah Bah. Iqbal percaya pada Rayhan dan Iqbal juga yakin Allah pasti akan memberikan jalan keluar yang terbaik. Tapi Bah….. Iqbal masih sering melihat Rayhan melamun di tengah malam.” Ujar Iqbal mengatakan kegelisahannya.
“Itu hal yang wajar nak. Melupakan seseorang itu memang sangat sulit.” Jawab Abah.
“Bagaiman kalau kita kenalkan saja Rayhan dengan seseorang. Jika ada yang bisa mengganti posisi Annisa dihati Rayhan. Pasti keadaan Rayhan akan kembali seperti semula.” Lanjut Iqbal memberikan ide.
“Maksud kamu menjodohkan Rayhan??” sahut Abah bingung.
“Bukan perjodohan Bah hanya perkenalan saja. Kalau Rayhan merasa cocok baru mereka bisa lanjut kehubungan yang lebih serius. Setau Iqbal luka dihati itu bisa sembuh jika ada seseorang yang menggantikannya.” Jawab Iqbal menjelaskan maksud dari idenya.
“Sepertinya kamu ada benarnya juga. Nanti Abah akan bicarakan dengan Ummimu dulu dan meminta Ummi mencarikan gadis yang tepat untuk Rayhan.” Kata Abah menerima ide anaknya.
“Bagaimana kalau Assyfa saja Bah. Sepertinya dia cocok dengan Rayhan.” Sahut Iqbal. Abah mengerutkan dahinya sembari berfikir.
“Assyfa ya?? Dia memang gadis yang baik. Baiklah Abah akan bicarakan pada Ummi dan orang tua Rayhan dulu. Sekarang istirahatlah malam sudah larut.” Jawab Abah sembari berdiri.
“Iya Bah.” Jawab Iqbal tersenyum pada Abahnya. Kemudian Abah berjalan meninggalkan Iqba dan menuju kamarnya. Begitu pula dengan Iqbal dia segera beranjak memasuki kamarnya dengan perasaan sedikit lega karena idenya diterima oleh Abah.
Sementara itu dikamar Rayhan, dia belum bisa memejamkan matanya. Meski dia telah berusaha namun matanya masih enggan untuk terpejam. Bayangan Annisa masih sayu-sayu menghampirinya. Rayhan tau jika ini tidaklah benar. Bagaimana dia bisa merindukan seseorang yang bahkan sudah menjadi calon istri orang. Bahkan orang itu adalah sahabatnya sendiri. Namun Rayhan juga tidak bisa memungkiri perasaannya sendiri. Jika cinta itu masih bersemayam didalam hatinya. Rayhan terus berusaha memejamkan matanya. Dia terus membaca do’a dan dzikir hingga akhirnya dia terlelap.
Pagi ini, setelah selesai membaca surat Al-Kahfi bersama kakaknya. Seperti kebiasaan yang selalu dilakukan dirinya dan keluarga besarnya pada jum’at pagi. Rayhan berniat pergi kedapur untuk membuat kopi. Sembari melirik jam yang ada ditangannya, Rayhan berjalan menuju dapur. Sesampainya disana dia terkejut melihat ada beberapa santriwati yang sudah sibuk bekerja didalam dapur.
“Padahal ini baru jam 5 lewat, tapi kenapa mereka sudah ada disini.” Batin Rayhan merasa bingung. Namun dia tidak memperdulikan itu. Dia melanjutkan langkahnya menuju meja dan langsung menggambil gelas. Rayhan celingak celinguk mencari tempat kopi dan gula disimpan.
“Maaf mas mencari apa ya? Dan kenapa mas ada disini?” tanya seseorang mengagetkannya.
“Maaf kalau saya mengganggu. Saya hanya ingin membuat kopi tetapi saya tidak dapat menemukan kopi dan gulanya.” Jawab Rayhan masih sibuk membuka setiap laci dan lemari yang ada didekatnya.
“Kalau mas butuh kopi seharusnya mas bilang saja kepada salah satu dari kami. Jangan seenaknya saja masuk kemari. Selain santriwati yang bertugas memasak tidak ada orang lain yang boleh masuk kesini. Hari ini saya yang bertanggung jawab disini. Kalau sampai pak Kiyai tahu bisa-bisa saya yang dihukum.” Celetuk salah seorang santri yang ada disana dengan nada menyindir.
“Maaf saya tidak tahu kalau peraturannya seperti itu. Saya hanya tidak ingin merepotkan orang lain.” Jawab Rayhan merasa bersalah.
“Seharusnya kalau tidak tahu ya bertanya.” Sahut santri itu lagi.
“Ria bicara lebih sopan kepada orang yang lebih tua darimu. Seharusnya sebagai santri senior kamu mencontohkan hal baik kepada adik-adikmu bukan malah seperti itu.” Terdengar suara yang sangat lembut dari belakang wanita itu. Tak lama kemudia terlihat dua sosok gadis menghampiri mereka dengan wajah tertunduk. Wanita yang menegor Rayhan tadi langgung mengangguk dengan sopan kearah mereka.
“Maafkan saya ustadzah, saya tidak bermaksud seperti itu. Saya hanya berusaha menjalankan tugas saya.” Jawab santri itu terlihat takut.
“Lain kali kamu tidak boleh seperti itu. Ayo minta maaf.” Lanjut gadis tadi.
“Maafkan saya mas.” Kata santri itu menundukkan wajahnya didepan Rayhan.
“Sudah tidak apa-apa lagi pula aku juga yang salah.” Jawab Rayhan tersenyum.
“Kembalilah ke tugasmu Ria. Bukannya tugasmu hari ini mengawasi petugas piket. Perhatikan saja tugasmu.” Sahut gadis satunya dengan nada yang lebih tegas.
“Baik ustadzah Fatimah. Assalamualaikum.” Kata santri itu yang langsung meninggalkan mereka.
“Waalaiku salam.” Jawab mereka bersamaan.
“Maafkan kesalahan santri kami mas, karena bersikap tidak sopan pada mas.” Lanjut Fatimah meminta maaf kembali mewakili santrinya.
“Bukankah sudah aku bilang tidak apa-apa. Jangan difikirkan.” Jawab Rayhan.
“Memalukan sekali Ria itu. Sepertinya kita harus menambahkan jam pelajaran Akhla.” Bisik Fatimah kepada teman yang berada disampingnya.
“Sudahlah Fatimah jangan marah-marah.” Jawab gadis itu ikut berbisik.
“Rayhan ternyata kamu disini? Kakak mencarimu sedari tadi.” Kata Iqbal menghampiri Rayhan.
“Maafkah Rayhan kak, Rayhan hanya ingin membuat kopi.” Jawab Rayhan melihat kearah kakaknya datang.
“Kakak???” bisik kedua gadis itu terlihat terkejut mendengar Rayhan memanggil Iqbal dengan sebutan kakak.
“Dia adalah Rayhan adik sepupuku yang datang dari kota beberapa hari yang lalu. O iya kenapa kalian ada disini? Apa ada masalah?” tanya Iqbal yang melihat kebingungan mereka.
“Tidak ada apa-apa Gus, kami kemari hanya ingin mengontrol petugas piket. Maaf kalau kami membuat sedikit keributan. Kami permisi dulu, Assalamualaikum.” Jawab gadis yang bersuara lembut itu. Kemudian mereka semakin menundukkan kepalanya seraya memberi hormat pada Iqbal.
“Waalaikum salam.” Jawab Iqbal dan Rayhan sebelum mereka pergi. Sementara itu para santri piket yang ada disana sangat terkejut mendengar penjelasan Iqbal. Terutama Ria, dia menjadi takut karena tadi sudah berani tidak sopan pada keponakan Kiyainya.
“Apa kamu sudah membuat kopimu?” tanya Iqbal pada Rayhan yang masih memandang kepergian kedua gadis tersebut.
“Aku tidak bisa menemukan kopi dan gulanya. Sepertinya lain kali saja aku membuat kopi.” Jawab Rayhan tersenyum malu.
“Ya sudah ayo kita kedepan biar nanti para santri itu yang membuatkan. Kamu siapa namamu?” lanjut Iqbal menunjuk Ria.
“Saya Ria Gus.” Jawabnya dengan sedikit takut.
“Tolong buatkan 3 kopi dan antarkan ke teras depan.” Kata Iqbal memberikan perintah.
“Baik Gus.” Jawab Ria sedikit bernafas lega karena dia tidak mendapat hukuman dari Iqbal.
“Ayo kita kedepan Abah ingin berbicara padamu.” Kata Iqbal mengajak Rayhan. Rayhan hanya mengangguk dan mengikuti langkah kakaknya. Dia berjalan sembari melamun mengingat gadis pemilik suara yang begitu lembut tadi. Dia hanya sedikit heran kenapa gadis itu selalu menundukkan kepalanya tanpa melihat kearahnya sedikitpun meskipun saat berbicara kepadanya.
Setelah meninggalkan dapur, Fatimah dan temannya menjadi sangat tidak enak hati pada Rayhan atas sikap santinya tadi. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu jika orang itu adalah sepupu dari Gus Iqbal.
“Aku benar-benar tidak enak hati Fat.” Katanya dengan nada menyesal.
“Aku sebenarnya juga malu, bagaimana nanti kalau dia menceritakan semuanya pada Gus Iqbal?” jawab Fatimah malah menambah kecemasan gadis itu.
“Berharap saja mas tadi tidak menceritakan semuanya pada Gus Iqbal dan pak Kiyai.” Lanjut gadis itu penuh harap.
“Eh… tadi kamu lihat tidah wajah sepupu Gus Iqbal? Dia lumayan ganteng loh.” Celetuk Fatima yang langsung membuat temannya mengarahkan pandangan kepadanya.
“Ingat dosa Fat, dia bukan mahrommu.” Sahut temannya itu mengingatkan.
“Tapikan pandangan pertama itu rizqi jadi gak dosa lah.” Jawab Fatimah membela diri.
“Istigfar kamu! Pandangan pertama itu memang rizqi tapi yang kedua dan selanjutnya itu dosa. Apa kamu yakin tadi hanya memandangnya sekali saja.” Lanjut temannya itu menyadarkan Fatimah.
“Astagfirullah, maafkan hamba ya Allah yang telah melakukan dosa.” Sahut Fatimah yang menyadari kesalahannya.
Setelah melihat Iqbal dan Rayhan datang, Pak Kiyai langsung memberikan isyarat kepada mereka untuk duduk didekatnya. Iqbal dan Rayhan pun mengikuti perintah tanpa bertanya. Tak lama kemudian terlihat seorang santri membawakan tiga gelas kopi untuk mereka.
“Ray ada yang paman ingin bicarakan.” Kata Paman setelah santri itu pergi.
“Ada apa Paman?” tanya Rayhan penasaran.
“Paman dan Budemu ingin memperkenalkanmu dengan sesorang. Paman juga membicarakan hal ini dengan mama dan papamu.” Lanjut Paman menjelaskan.
“Maaf Paman maksud Paman, Paman ingin menjodohkan Rayhan?” tanya Rayhan terlihat tidak suka setelah mendengar perkataan Pamannya.
“Bukan menjodohkan Ray hanya perkenalan saja. Tapi kalau kalian saling menyukai, kalian bisa langsung ta’arufan. Tidak ada salahnya kan kamu mencoba membuka hatimu untuk orang lain.” Sahut Iqbal mencoba membuat Rayhan mengerti. Rayhan hanya terdiam tak bergeming.
“Ray Paman dan orang tuamu tidak akan memaksamu. Perkara perasaan itu mutlak hakmu. Jika kamu memang tidak menyukainya kami tidak akan memaksa. Setidaknya kalian bisa menjadi teman.” Kata Paman ikut menjelaskan.
“Baiklah Paman Rayhan akan mencobanya.” Jawab Rayhan dengan pasrah. Dia tau jika dia tidak akan bisa menolak keinginan paman dan orang tuanya. Setidaknya dia hanya perlu berkenalan saja dengan gadis itu fikir Rayhan.
“Ini baru adikku.” Sahut Iqbal merangkul adiknya tersebut. Rayhan hanya tersenyum tipis kearah Iqbal. Dia tidak tau apakah pilihannya ini tepat atau tidak. Tetapi untuk saat ini hanya itu jawaban yang bisa dia berikan kepada pamannya.
Setelah percakapan itu dan setelah menghabiskan kopi mereka masing-masing. Pak kiyai langsung beranjak ke kantor para Ustadz. Sedangkan Iqbal hendak pergi menuju kelas karena hari ini dia ada jadwal mengajar. Sementara itu Rayhan yang sedang tidak ada kegiatan ingin pergi ke masjid. Dia berjalan bersama kakaknya karena kebetulan mereka menuju arah yang sama. Sepanjang perjalanan Rayhan masih merasa penasaran
dengan sosok gadis pemilik suara nan lembut itu. Banyak sekali hal yang menarik dari gadis itu. Ingin rasanya Rayhan bertanya pada Iqbal. Namun dia mengurungkan niatnya.
“O iya Ray, tadi pagi waktu didapur kamu bicara apa saja dengan para ustadzah?” tanya Iqbal yang seolah mengetahui isi fikiran Rayhan.
“Tidak bicara apa-apa kak, mereka hanya menegur seorang santri yang menurut mereka sedikit tidak sopan padaku.” Jawab Rayhan berharap kakaknya itu memberinya informasi tentang gadis itu.
“Apa kamu sudah mengenal mereka?” tanya iqbal lagi penuh selidik.
“Belum kak tadi kami tidak sempat berkenalan. O iya kak apakan semua santriwati disini selalu menundukkan kepalanya bahkan saat berbicara dengan seseorang?” Sahut Rayhan tersenyum tipis.
“Oh… kakak kira kalian sudah saling berkenalan. Maksud kamu kedua Ustadzah tadi? Mereka berdua adalah Hafidzoh (penghafal Qur’an). Jadi bagi mereka menundukkan pandangan adalah hal yang wajib apalagi didepan orang yang bukan mahromnya. Bagaimanapun juga pandangan juga bisa menyebabkan zina, zina mata namanya. Mereka melakukan itu juga untuk menjaga hafalan mereka, karena bisa saja melakukan dosa dari tingkah laku yang tidak mereka sadari yang akhirnya dapat menghilangkan hafalan mereka. Menjaga hafalan itu adalah hal yang harus dilakukan oleh seorang hafidz atau hafidzoh. “ Iqbal mencoba menjelaskan alasan mereka sesuai syariat agama. Rayhan menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
“Apakah diantara mereka ada yang membuatmu tertarik?” lanjut Iqbal berharap jika Rayhan tertarik pada salah satu dari mereka yang sebenarnya akan dijodohkan dengannya.
“Kakak ini bicara apa sih? Baru saja bertemu bagaimana bisa langsung seperti itu.” Sahut Rayhan terlihat sedikit kesal dengan pertanyaan kakaknya yang menurutnya tidak masuk akal.
“Biasa saja kali Ray. Kakak kan hanya bertanya, kenapa kamu jadi marah.” Kata Iqbal saat menyadari adiknya sedang kesal tanpa alasan yang jelas.
“Rayhan tidak marah kak, hanya saja pertanyaan kakak tadi tidak masuk akal bagi Rayhan.” Ujar Rayhan membela dirinya.
“Ya sudah lah terserah padamu saja. Tapi kamu harus ingat tidak ada yang mustahil bagi Allah. Kakak masuk kelas dulu ya.” Kata Iqbal sembari menepuk pelan pundak Rayhan. Kemudian Iqbal berjalan menuju kelas. Sedangkan Rayhana melanjutkan langkahnya menuju masjid.
“Apa maksud dari perkataan kak Iqbal tadi. Aku sungguh tak mengerti.” Batin Rayhan sembari menggelengkan kepalanya. Namun rasa penasarannya tentang gadis itu belum hilang.
Jangan lupa Vote, Like dan Komen ya Readers....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Noer Anisa Noerma
kira kira siapa y
2022-06-23
0
Lasmi Kasman
siapa penasaran
2021-03-15
1
Si Noob
jangan lupa mampir juga ya thor di karya ku
• Angka 8
• Bisakah kau ku gapai?
terimakasih😊
2020-12-27
2