Pernikahan Annisa dan Rendy berlangsung hari ini. Sebenarnya Rayhan ingin datang bersama dengan orang tuanya pada saat akad nikah dilangsungkan. Tetapi ada meeting penting yang tidak dapat ditunda. Jadi Rayhan memutuskan untuk hadir diacara resepsi pada malam harinya.
Annisa dan Rendy terlihat begitu serasi bersanding dipelaminan. Keduanya terlihat sangat bahagia. Kebahagian itu
terpancar dari senyum mereka yang terkembang dengan sangat tulus.
“Selamat ya Nisa, Rendy. Semoga kalian menjadi keluarga yang Sakinah Mawadah Wa Rahmah. Semoga rumah tangga kalian langgeng dan selalu dipenuhi cinta.” Kata mama Rayhan memberikan beberapa do’a kepada kedua mempelai diatas pelaminan.
“Aamiin. Terimakasih tante, om.” Jawab Annisa bersalaman dan memeluk mama Rayhan.
“Do’akan juga agar Rayhan segera menyusul kalian.” Lanjut papa Rayhan melirik ke arah Rayhan yang berdiri tepat dibelakangnya.
“Tentu saja om, dengan senang hati kami akan mendo’akan Rayhan.” Jawab Rendy tersenyum sembari menganggkat kedua alisnya kearah Rayhan.
“Selamat ya Nis. Sekarang kamu sudah menjadi istri. Kamu harus mematuhi suamimu. Walaupun kadang suamimu itu sedikit konyol. Tetapi dia adalah orang yang sangat baik.” Timpal Rayhan tersenyum setelah kedua orang tuanya turun terlebih dulu.
“Terimakasih Ray, tapi tunggu sebenarnya kamu itu ingin memujiku atau mengejekku sih?” Sahut Rendy merasa sedikit bingung dengan pujian Rayhan. Rayhan hanya mengangkat kedua bahunya.
“Terimakasih ya Ray. Insyaallah aku akan menjadi istri yang berbakti pada suamiku. Kamu harus segera menyusul ya. Aku kira hari ini kamu akan datang bersama seseorang?” jawab Annisa sembari sedikit menggoda Rayhan.
“Sayang jangan bicara seperti itu. Lagi pula apa ada wanita yang mau dengan manusia sedingin dan secuek Rayhan. Kamu tahu sendiri kan dibalik wajah tampannya itu tersimpan banyak misteri.” Sahut Rendy ikut menggoda temannya itu.
“Awas kamu ya! Lihat saja sebentar lagi aku akan kirimkan undangan pernikahanku langsung kerumahmu.” Jawab Rayhan terlihat sedikit kesal.
“Sungguh? Aku akan sangat menantikan hari itu Ray. Semoga saja gadis itu tidak akan kabur setelah melihat sifat aslimu ya.” Kata Rendy tertawa senang saat melihat wajah kesal Rayhan.
“Mas Rendy jangan bicara seperti itu. Kasihan kan Rayhan merasa terpojokkan. Walaupun apa yang dikatakan mas Rendy itu sebagian besar benar. Tetapi kita tidak boleh membicarakan tepat didepannya.” Ucap Annisa yang malah membela Rendy dan ikut tertawa kecil.
“Kalian ini ya kompak sekali saat mengejekku. Aku akan buktikan pada kalian. O iya Nisa kamu jangan keseringan ngobrol sama manusia aneh ini. Nanti bisa–bisa kamu ketularan penyakit anehnya lagi. Aku tidak mau jika sahabatku terkontaminasi dan menjadi aneh sepertinya.” Jawab Rayhan membalas semua ejekan Rendy sembari melirik dan tersenyum simpul kearah Rendy.
“Enak saja kamu bilang aku orang aneh. Jangan dengarkan dia sayang.” Sahut Rendy membela dirinya sendiri.
“Memangnya aneh bagaimana Ray?” tanya Annisa merasa penasaran.
“Kamu lihat saja nanti.” Jawab Rayhan sembari berlalu turun dari pelaminan. Annisa menatap kearah Rendy berusaha mencari jawabannya. Tetapi Rendy hanya tersenyum manis kearah istrinya itu.
Saat mama dan papa Rayhan sedang menikmati hidangan yang telah disiapkan. Kedua orang tua Annisa menghampiri mereka.
“Assalamualaikum. Terimakasih ya pak Ilham dan keluarga telah hadir ke acara ini.” Sapa papa Annisa menghapiri meja mereka.
“Waalaikum salam. Sama-sama pak Rusdi, semoga Nisa dan Rendy selalu hidup bahagia dan langgeng.” Jawab papa Rayhan sembari menyalami papa Annisa. Begitu pula dengan mama Rayhan yang juga mengucapkan selamat sembari memeluk mama Annisa.
“Silahkan dinikmati lo hidangannya. Maaf jika hidangannya hanya ala kadarnya.” Kata mama Annisa mempersilahkan.
“Walah ini sudah sangat mewah dan enak lo bu.” Jawab mama Rayhan memuji.
“Syukurlah kalau kalian suka. O iya pak Ilham bagaimana kondisi bapak? Maaf jika saya tidak sempat menjenguk waktu itu.” Kata papa Annisa merasa tidak enak.
“Tidak apa-apa pak Rusdi. Alhamdulillah sekarang keadaan saya sudah sangat baik. Lagi pula waktu itukan Annisa dan Rendy sudah menemani saya saat operasi.” Jawab papa Rayhan tersenyum.
“Apa Rayhan dan Saffana tidak ikut kemari?” tanya mama Annisa sembari mencari keberadaan mereka.
“Saffana sedang ada di London, kalau Rayhan… itu dia anaknya.” Jawab mama Rayhan sembari menunjuk kearah Rayhan yang datang menghampiri mereka.
“Assalamualaikum tante, om.” Sapa Rayhan sembari bersalaman.
“Waalaikum salam. Wah kamu terlihat sangat tampan dan gagah Ray. Kapan kamu akan cari pasangan? Annisa saja sudah menikah? Apa perlu Om carikan calon untukmu?” tanya papa Annisa.
“Tidak perlu repot om, do’akan saja agar Rayhan cepat menyusul.” Jawab Rayhan kembali tersenyum dengan manis.
“Jangan khawatir pak Rusdi. Rayhan sudah memiliki calon pendamping. Insyaallah sebentar lagi dia akan menyusul Annisa.” Sahut papa dengan senyuman bahagia.
“Alhamdulillah kalau begitu saya ikut merasa senang. Selamat ya Ray.” Jawab papa Annisa menepuk pundak Rayhan. Rayhan hanya bisa tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Sebenarnya dia merasa sangat tidak nyaman ketika papanya mengatakan semua itu.
“Iya Ray, tante juga merasa sangat senang. Coba kamu lihat Annisa dan Rendy mereka terlihat sangat bahagia kan. Jadi kamu jangan ragu lagi untuk segera menikah, karena pernikahan itu akan selalu diiringi dengan kebahagiaan. Bukankah menikah juga merupakan salah satu sunnah Rasul?” Lanjut mama Annisa.
“Tuh dengar Ray.” Sahut mama Rayhan melihat kearah Rayhan.
“Iya ma.” Jawab Rayhan singkat sembari tersenyum.
“Kalau begitu kami parmisi dulu ya. Silahkan dinikmati hidangannya.” Ujar papa Annisa undur diri. Rayhan dan orang tuanya pun hanya menganggukkan kepala sembari tersenyum. Kemudian papa dan mama Annisa pergi menemui tamu undangan yang lainnya.
“Benar apa yang dikatakan tante. Annisa terlihat sangat bahagia. Aku harus bisa benar-benar melepaskannya. Aku tidak ingin merusak kebahagiaannya. Tidak sepantasnya jika kau masih memiliki rasa padanya walaupun hanya seujung kuku. Aku akan coba mencari kebahagiaanku sendiri. aku akan mencoba membuka hatiku untuk Assyfa. Aku sungguh merasa sangat bahagia saat bisa melihat senyum itu dari Annisa. Semoga kau akan tetap bisa terus tersenyum seperti itu Nis.” batin Rayhan tersenyum melihat kearah Annisa dan Rendy.
Tak lama kemudian Rayhan dan orang tuanya meninggalkan pesta tersebut. Setelah sampai dirumah, papa dan mama Rayhan langsung menuju kamarnya untuk beristirahat. Begitu pula dengan Rayhan, dia langsung merebahkan tubuhnya setelah berganti pakaian. Sejenak dia termenung melihat langit-langit kamarnya. Sembari mengingat kembali senyum kebahagiaan Annisa dan Rendy. Mulai saat ini dia sudah memantapkan niatnya untuk mencoba menerima Assyfa.
“Terimakasih ya Allah. Hari ini Kau kembali memantapkan dan meyakinkan hatiku untuk bersama dengan Assyfa. Semoga aku bisa membahagiakannya dan bisa menjadi imam yang baik untuknya. Aku mohon bimbingan-Mu Ya Robb.” Batin Rayhan sebelum menutup matanya.
Bantu author dengan beri Like, Vote, dan komen ya. 😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Noer Anisa Noerma
semangat rey3
2022-06-23
0
Wiji Bajay
jodoh di tangan author yg pasti ye
2021-02-03
4