Sejak tadi pagi perasaan Rayhan sangat tidak enak. Sepertinya ada yang mengganggu fikirannya. Rayhan merasa sepertinya ini adalah firasat buruk. Namun dia tidak tahu mengapa firasat itu datang padanya. Rayhan terus berdzikir dan berdo’a agar tidak terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya dan keluarganya. Perasaannya semakin tidak tenang. Seketika Rayhan langsung teringat dengan kedua orang tuanya. Apalagi selama beberapa hari ini mamanya tidak datang kepesantren seperti kebiasaannya akhir-akhir ini.
Perasaan cemas Rayhan membuatnya menjadi tidak fokus dalam menjalani kegiatannya. Dia terlihat sedikit gelisah
dan sesekali hanyut dalam lamunannya. Seorang santri yang menyadari sikap Rayhan langsung menghampirinya.
“Maaf kak, apakah kakak sedang ada masalah?” tanya santri itu memberanikan diri. Selama dipesantren ini Rayhan enggan dipanggil ustadz oleh para santri. Dia lebih suka jika para santri memanggilnya kakak.
“Iya ada apa?” kata Rayhan yang tidak menyimak pertanyaan santri itu.
“Apakah sedang ada yang kakak fikirkan? Saya lihat dari tadi kakak selalu melamun?” ucap santri itu mengulangi pertanyaannya.
“Tidak ada apa-apa, sepertinya kakak hanya sedikit lelah saja.” Jawab Rayhan tersenyum dan berusaha menutupi kegelisahannya. Tak lama kemudian terdengar suara HP Rayhan berbunyi. Terlihat mama melakukan panggilan telefon.
“Sebentar ya, kakak angkat telfon dulu.” Sahut Rayhan yang langsung beranjak keluar kelas.
“Halo, Assalamualaikum ma. Ada apa ma?” tanya Rayhan setelah menekan tombol hijau pada gawainya.
"............."
“Innalillahi…, papa terkena serangan jantung ma! Sekarang papa dirawat dimana ma?” seru Rayhan yang sangat terkejut setelah mendengar perkataan mama dari sebrang telefon.
"................"
“Baiklah ma sekarang juga Rayhan akan menuju kesana. Mama tenang saja ya Rayhan yakin papa akan baik-baik saja. Rayhan akan berangkat sekarang juga. Assalamualaikum.” Lanjut Rayhan setelah mamanya memberi tahu alamat rumah sakit tempat papanya dirawat. Kemudian dia langsung mengakhiri kelasnya dan meminta para santri untuk kembali ke asrama, karena dia harus pergi. Kemudian dia langsung berlari kencang menuju rumah Pamannya.
Iqbal yang melihat Rayhan sangat terburu-buru merasa bingung. Akhirnya dia bertanya pada Rayhan, alasan dirinya terlihat sangat panik. Apalagi Rayhan mengemasi semua barang miliknya. Lalu Rayhan pun langsung menjelaskan semuanya pada kakaknya itu sembari mengemasi barangnya. Iqbal yang mendengar cerita Rayhan langsung terkejut. Dia menjadi sangat khawatir dengan kondisi papanya Rayhan. Lalu Iqbal pun menawarkan diri untuk mengantar Rayhan menuju rumah sakit. Rayhan pun menerima tawaran kakaknya dengan senang hati, karena saat ini dia memang sedang terburu-buru. Setelah menjelaskan dan berpamitan pada Abah dan Ummi. Iqbal dan Rayhan langsung menuju rumah sakit menggunakan mobil Iqbal. Sebenarnya Abah dan Ummi juga ingin ikut untuk melihat kondisi adiknya. Namun sangat tidak mungkin jika mereka meninggalkan pesantren secara bersamaan. Jadi pada akhirnya Abah dan Ummi memutuskan jika hanya Iqbal yang akan pergi kesana.
Setelah sampai dirumah sakit Rayhan dan Iqbal langsung bergegas menuju ruangan papa Rayhan dirawat. Disana terlihat mama Rayhan yang sangat cemas sedang duduk didepan ruangan itu. Sedangkan papa sedang diperiksa oleh dokter didalam. Rayhan langsung menghampiri mamanya dan duduk bersimpuh didepan mamanya. Rayhan menggenggam tangan mamanya yang terasa sangat dingin dan penuh keringat.
“Ma gimana keadaan papa?” tanya Rayhan sangat khawatir.
“Dokter sedang memeriksa papamu sedari tadi. Mama khawatir Ray.” Jawab mama yang tak mampu lagi menahan air matanya.
“Tenanglah ma. Rayhan yakin papa akan baik-baik saja.” Sahut Rayhan yang langsung duduk disamping mama dan memeluk mamanya.
“Sabar tante dokter pasti akan melakukan yang terbaik untuk om. Kita hanya perlu berdo’a saja pada Allah.” Kata Iqbal ikut menenangkan tantenya sembari mengelus lembut punggung tantenya.
“Bagaimana papa bisa terkena serangan jantung ma?” tanya Rayhan mencari tahu penyebabnya.
“Mama juga tidak tahu Nak. Tadi sekertaris papamu menelfon mama dan mengatakan papamu pingsan. Lalu mereka membawanya kemari. Menurut pemeriksaan awal dokter menyatakan bahwa papamu terkena serangan jantung. Sekarang sedang dilakukan observasi didalam.” Jawab mama Rayhan menjelaskan kronologi kejadiannya.
“Tante apakah sebelumnya Om pernah mengalami serangan jantung?” tanya Iqbal duduk disamping mama Rayhan.
“Setahu tante tidak pernah. Tapi beberapa bulan yang lalu Om kamu sering mengeluh sakit didadanya. Setiap kali tante mengajak periksa kedokter dia selalu menolak. Katanya sakit itu hanya karena kecapekan saja. Kalau saja tante tahu, tante pasti akan memaksanya untuk datang kerumah sakit saat itu.” Jawab mama Rayhan mengingat keluhan suaminya beberapa bulan lalu. Iqbal hanya menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan dari sang tante.
Tak lama kemudian dokter keluar dari ruangan papa. Rayhan, mama, dan Iqbal langsung beranjak menghampiri dokter tersebut. Mereka ingin tahu keadaan papa Rayhan yang sebenarnya.
“Bagaimana dok keadaan papa saya?” tanya Rayhan dengan cemas.
“Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan papa anda memang terkena serangan jantung, dan saya rasa ini bukan yang pertama kalinya. Oleh karena itu serangan kali ini sangat mempengaruhi kondisi fisiknya. Saat ini kondisi fisiknya sangatlah lemah.” Jawab dokter menjelaskan.
“Apakah suami saya bisa disembuhkan dok?” lanjut mama semakin cemas.
“Ibu tenang saja, kami akan berusaha melakukan yang terbaik. Tetapi saran saya setelah ini jangan biarkan suami ibu terlalu lelah atau stress yang berlebihan. Jangan pula melakukan hal yang dapat mengejutkannya, karena saat ini jangtungnya sangatlah lemah.” Lanjut dokter menjelaskan lebih detail.
“Baik dok. Apakah sekarang kami boleh menemui pasien?” tanya Iqbal yang sudah tidak sabar ingin melihat omnya.
“Boleh silahkan saja. Kesadaran pasien juga sudah kembali sepenuhnya. Kalau begitu saya permisi dulu.” Jawab dokter tersebut seraya berpamitan.
“Terimakasih dok.” Sahut Rayhan dan Iqbal bersamaan sebelum dokter meninggalkan mereka. Lalau mereka segera masuk kedalam kamar rawat.
Terlihat papa Rayhan sedang berbaring diatas ranjang. Papa Rayhan terlihat begitu lemas dengan selang oksigen yang masih menempel dihidungnya. Meski begitu papa Rayhan tetap berusaha tersenyum saat melihat keluarganya masuk menghampirinya.
“Bagaimana keadaan papa?” tanya mama menghampiri papa dan langsung menggenggam erat tangan papa sembari berusaha tersenyum.
“Mama jangan khawatir papa baik-baik saja kok.” Jawab suaminya tersenyum.
“Kenapa papa tidak menjaga diri dengan baik. Bukankan selama ini Rayhan selalu mengingatkan papa untuk menjaga makan dan selalu berolahraga?” sahut Rayhan.
“Ray kapan kamu sampai? Apa Iqbal yang mengantarmu kemari.” tanya papa mencoba mengalihkan pembicaraan Rayhan.
“Iya Om Rayhan kemari bersama Iqbal. Bagaimana keadaan Om sekarang?” ucap Iqbal mendekati Omnya.
“Sudah lebih baik dari sebelumnya. Maaf ya Iqbal jika Rayhan selalu merepotkanmu.” Jawab papa merasa tidak enak karena selalu merepotkan keponakannya itu.
“Tidak perlu sungkan Om, Rayhan tidak pernah merepotkan Iqbal. Iqbal senang bisa membantu Rayhan, Om, dan tante. Justru Iqbal akan merasa sangat sedih jika Iqbal tidak bisa membantu kalian saat sedang dalam musibah seperti ini.” Kata Iqbal membuat papa Ray berhenti merasa tidak enak kepada dirinya.
“Mulai sekarang papa harus istirahat. Urusan perusahaan biar Ray yang mengurusnya.” Sahut Rayhan dengan serius.
“Tapi Ray, apa kamu bisa mengurus perusahaan seorang diri?” tanya papa masih merasa ragu.
“Papa tidak perlu risau, Rayhan akan menjalankan perusahaan papa seperti papa menjalankan perusahaan. Tidak akan ada yang berubah pa. Rayhan akan berusaha membuat perusaahan kita semakin berkembang. Percayalah pada Rayhan pa.” jawab Rayhan dengan sangat yakin.
“Iya Om apa yang dikatakan Rayhan itu benar. Sudah saatnya Om istirahan, biarkan Ray yang mengurus perusahaan.” Ujar Iqbal membela Rayhan.
“Sudahlah pa turuti saja perkataan Rayhan. Lagi pula sekarang juga sudah saatnya bagi Rayhan bekerja diperusahaan kita.” Lanjut mama yang ikut membela Rayhan.
“Baiklah kalau kalian semua menginginkan itu. Papa akan mempercayakan semuanya padamu Ray. Nanti papa akan menghubungi pak Budi selaku Wakil Direktur di perusahaan.” Jawab papa Rayhan yang akhirnya menyerah.
“Sekarang biarkan papamu beristirahat Ray.” Kata mama mencoba menghentikan obrolan mereka.
“Iya ma, Ray dan kak Iqbal menunggu diluar saja.” Jawab Rayhan mengajak kakaknya kembali keluar dari ruangan itu.
Tetap semangat readers.....
Bantu thor ya berikan Like, dan Vote
**Berikan komen juga ya... **
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Noer Anisa Noerma
lanjuuutttttt
2022-06-23
0
Sukhana Lestari
mhn maaf Thor.. q kok di bikin salfok sama panggilan Rehan ke kakak nya ortu kok paman... ?? klw panggilan kita ke kakak bpk /ibu kita pakde/ bude.. maaf cuma meluruskan ... harus nya pakde/bude.. bukan paman sama bude... Matur suwun... 🙏🙏🙏
2020-12-06
2
Ana Krinyol
lanjut Thor..Halalkan secepatnya Rayhan...
2020-11-20
2