Dua hari kemudian paman Arif dan istrinya berkunjung ke rumah Rayhan. Selain ingin melihat kondisi Rayhan. Mereka juga ingin mengajak Rayhan untuk ikut bersama mereka. Agar Rayhan mendapatkan suasana baru dan bisa melupakan semua kesedihannya.
“Ummi sudah siap?” tanya paman Arif saat melihat istrinya keluar dari kamar.
“Sudah bah ayo kita berangkat.” Ajak istrinya kemudian.
“Iqbal abah sama ummi pergi dulu ya. Kamu jaga pesantren.” Lanjut paman Arif sembari berjalan menuju teras yang diikuti oleh langkan istri dan anaknya.
“Iya bah, Abah tenang saja. Insyaallah Iqbal akan menjaga pesantren ini dengan segenap hati Iqbal. O iya bah sampaikan salam Iqbal pada Om, Tante, dan Rayhan.” Jawab Iqbal tersenyum meyakinkan Abahnya.
“Insyaallah nanti Abah sampaikan. Ya sudah Abah dan Ummi berangkat dulu. Assalamualaikum.” Ucap Abah memberikan salam.
“Iya bah. Waalaikum salam.” Sahut Iqbal seraya mencium punggung tangan kedua orang tuanya. Setelah itu Paman Arif dan istrinya meninggalkan pesantren tersebut.
Pada saat Papa dan Mama Rayhan sedang duduk bersantai diberanda rumah. Terlihat sebuah mobil memasuki halaman rumahnya. Papa yang sudah tau siapa yang datang langsung berdiri dengan senyum sumringah. Benar saja perkiraan papa Rayhan, yang datang adalah kakaknya dan istrinya.
“Assalamualaikum.” Sapa Paman menghampiri papa dan mama Rayhan yang sudah berdiri.
“Waalaiku salam mas, mbak.” Jawab papa seraya menyalami kakaknya itu. Begitu pula dengan mama yang juga langsung menyalami istri kaka iparnya dan sejenak memeluknya.
“Mari silahkan masuk mas, mbak.” Ajak mama setelah melepaskan pelukannya. Tanpa menunggu lama paman Arif dan istrinya langsung masuk dan duduk setelah papa mempersilahkannya. Sementara itu mama berlalu ke dapur untuk membuat minuman dan membawa beberapa camilan.
“Bagaimana keadaan Rayhan sekarang?” tanya paman langsung pada intinya.
“Yah… masih sama saja mas. Malah sekarang dia jadi susah disuruh makan.” Jawab papa menjelaskan kondisi Rayhan yang semakin memburuk.
“Astagfirullah, apa boleh mas melihatnya?” lanjut paman merasa khawatir.
“Tentu saja mas, mari saya antar ke kamar Rayhan.” Kata papa yang langsung berdiri.
“Ummi disini saja ya.” Ucap Paman sebelum mengikuti langkah adiknya. Istrinya itu hanya mengangguk tanda mengiyakan.
Sembari berjalan menuju kamar Rayhan. Paman Arif mengungkapkan niatnya untuk mengajak Rayhan ke pesantren kepada papa Rayhan. Dengan senang hati papa Rayhan menyetujui rencana kakaknya jika Rayhan juga menyetujuinya. Melihat kondisi Rayhan saat ini sepertinya akan sedikit sulit untuk membujuknya keluar rumah.
Sesampainya didepan kamar Rayhan. Papa mempersilahkan paman masuk. Lalu papa meninggalkan mereka berdua didalam kamar. Sementara itu Rayhan tidak menyadari sama sekali kehadiran pamannya.
“Assalamualaikum Ray.” Sapa Paman yang mengagetkan Rayhan.
“Waalaikum salam. Paman??” seru Rayhan sangat terkejut melihat keberadaan pamannya. Sontak Rayhan langsung menghampiri pamannya dan mencium punggung tangannya. Lalu mempersilahkan pamanya duduk disofa yang ada didalam kamarnya.
“Kamu kenapa nak??” tanya paman dengan lembut.
“Tidak apa-apa paman.” Jawab Rayhan berusaha tersenyum dan menutupi kesedihannya.
“Jangan berbohon pada paman, paman sudah sangat mengenalmu sejak kecil. Jika ada masalah ceritakan saja. Biar hatimu menjadi plong.” Lanjut paman mencoba membuat Rayhan mengatakan isi hatinya dan mengungkapkan kesedihannya.
“Rayhan sendiri juga tidak mengerti paman. Saat ini perasaan Rayhan sangat tidak menentu. Kadang Rayhan merasa sedih dan putus asa.” Kata Rayhan dengan suara bergetar dan wajah tertunduk.
“Astagfirullah Rayhan, istigfar nak. Tidak boleh kamu berbicara seperti itu. Kamu harus ingat nak, putus asa itu adahal yang sangat dibenci oleh Allah. Jangan pernah kamu mencoba menjauh dari Rahmat-Nya. Rayhan sebagai manusia wajar jika kita memiliki rasa sedih, benci, bahkan cinta. Semua itu adalah hal yang lumrah. Tapi kamu juga harus ingat semua itu ada batasnya. Paman rasa kamu pasti juga sudah paham tentang itu. Semua hal yang berlebihan itu tidak baik. Jadi jangan membenci dan mencintai seseorang secara berlebihan. Prioritaskan cintamu kepada sang Khaliq yang maha memberi cinta.” Paman mulai menasehati Rayhan sembari mengusap punggung Rayhan.
“Rayhan mengerti paman. Rayhan sudah berusaha, tapi Rayhan merasa sangat kehilangan kendali. Rayhan tak mampu mengontrol emosi Rayhan sendiri paman. Semua ini sangat berat untuk Rayhan.” ucap Rayhan yang mulai terlihat berkaca-kaca.
“Semua itu hanyalah nafsu setan Rayhan. Jangan kamu terus-terusan menuruti emosimu. Yakinlah jika Allah memiliki rencana yang lebih indah dari rencanamu. Berusahalah menerimanya dengan ikhlas dan tawakal. Tanamkan dalam hatimu jika dia bukanlah jodoh yang disiapkan Allah untukmu. Paman yakin sudah ada wanita yang sangat baik yang dipersiapka oleh Allah untuk mendampingimu.” Paman kembali menasehati dan berusaha membangkitkan semangat Rayhan. Sejenak Rayhan terdiam dia meresapi setiap kata-kata pamannya.
“Rayhan kalau kamu tidak keberatan paman ingin mengajakmu menginap barang sehari atau dua hari di rumah paman. Tadi kakamu juga mengatakan sangat merindukanmu, karena kakamu itu sekarang sangat sibuk mengurus pesantren jadi dia tidak bisa kemari. Bagaimana apakah kamu setuju?” Kata paman mencoba mengalihkan topik perbincangan mereka.
“Baiklah paman, Rayhan akan berkemas dulu.” Jawab Rayhan mengiyakan ajakan pamannya. Rayhan berfikir mungkin dia bisa menenangkan diri disana dan juga bisa bertukar cerita kepada kakak sepupunya itu.
“Ya sudah bersiaplah. Paman tunggu di depan ya.” Lanjut paman sembari berdiri. Kemudian paman keluar dari kamar Rayhan. Sementara Rayhan segera mengemas pakaiannya yang akan dia bawa.
Sesampainya di ruang tamu. Paman langsung menghampiri istri, adik, dan adik iparnya yang sedang mengobrol. Paman langsung mendudukkan tubuhnya disamping istrinya.
“Bagaimana bah?” tanya bude istri paman Arif.
“Alhamdulillah Rayhan bersedia ikut kepesantren.” Jawab paman tersenyum senang.
“Alhamdulillah.” Sahut papa dan mama Rayhan secara bersamaan.
“Semoga saja disana Rayhan bisa kembali menemukan semangat hidupnya.” Lanjut mama Rayhan penuh harap.
“Insayallah ma. Papa yakin Rayhan akan membaik jika berada dilingkungan pesantren.” Jawab papa merasa sangat yakin.
“Iya Ilham, nanti mas juga akan meminta Iqbal untuk mengajak Rayhan membantunya mengurus pesantren. Mudah-mudahan saja kesibukannya nanti berbuah positif.” Ujar paman meyakinkan mereka.
“Aamiin… ya robbal ‘alamin.” Sahut istrinya. Tak lama kemudian Rayhan terlihat menghampiri mereka dengan menjinjing tas ranselnya.
“Sudah siap sayang?” tanya mama melihat kearah Rayhan. Rayhan hanya mengangguk.
“Ya sudah kalau begitu kita berangkat sekarang.” Sahut paman sembari menatap kearah istrinya mengisyaratkan untuk mengajak pamit.
“Kenapa terburu-buru mas?” kata papa Rayhan mencoba menahan kakaknya sebentar lagi.
“Kami tidak bisa berlama-lama meninggalkan pesantren Ham.”jawab kakak iparnya.
“Iya Ham, lagi pula sore nanti para santri akan ada ujian madrasah. Takutnya nanti Iqbal kerepotan mengurusnya seorang diri. O iya mas baru saja ingat tadi Iqbal menitipkan salam untuk kalian.” Lanjut paman menjelaskan.
“Waalaikum salam. Sampaikan salam balik kami mas. Baiklah kalau begitu mas. Terimakasih ya sudah mau membantu kami.” Kata papa merasa bersyukur dengan bantuan kakaknya.
“Kamu ini bicara apa Ham. Kita kan keluarga, jadi harus saling membantu. Jika bukan keluarga yang membantu kita lalu siapa lagi.” Jawab paman menepuk pundak adiknya. Kemudian mereka beranjak menuju mobil paman Arif.
“Rayhan pamit dulu ya pa, ma.” Kata Rayhan berpamitan.
“Iya sayang hati-hati. Ingat jangan menyusahkan paman dan budemu disana. Jangan juga merepotkan kakakmu.” Jawab mama menasehati putra kesayangannya.
“Rayhan sama sekali tidak merepotkan kami Ningsing. Justru kami sangat senang jika dia mau tinggal bersama kami dan mau membantu Iqbal.” Sahut Bude menolak argument mama Rayhan.
“Kami pamit dulu ya Ham. Assalamualaikum.” Kata paman kemudian langsung berpamitan.
“Iya mas. Waalaikum salam.” Jawab papa menjawab salam.
“Papa dan mama tidak perlu mengkhawatirkan Rayhan. Rayhan akan baik-baik saja disana.” Kata Rayhan menenangkan mamanya yang terlihat sedikit cemas. Lalu dia segera mencium tangan kedua orang tuanya dan mengecup kening mamanya berusaha membuat mamanya tenang. Setelah itu mobil paman Arif segera meninggalkan rumah Rayhan yang diiringi dengan lambaian tangan papa dan mama Rayhan. Kedua orang tua Rayhan berharap putranya dapat pulih dan kembali seperti semula.
Jangan lupa Vote, like dan komennya ya.
Biar aku tambah semangat Up nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Sri Endarti
lanjut thor semangat nulisnya
2023-01-15
0
Noer Anisa Noerma
seru juga nih ceritanya
2022-06-23
0
Rosita Husin Zen
bagus jg certanya ..tpi mana Poto visual ya Thor
2021-06-19
1