Keesokan harinya tanpa menunggu lama, mama dan papa Rayhan berkunjung ke rumah kakaknya. Mereka ingin segera bertemu dengan Rayhan dan gadis yang dibicarakan kakaknya melalui telfon. Rasanya mereka sudah sangat merindukan putra mereka. Apalagi saat kakaknya memberikan kabar bahwa keadaan Rayhan sudah membaik. Sesampainya disana mereka langsung disambut oleh kakak, kakak ipar, Iqbal, dan tentu saja Rayhan.
“Assalamualaikum.” Sapa papa dan mama sembari bersalaman dan berpelukan. Papa dan mama Rayhan memeluk Rayhan cukup lama. Sungguh mereka sangat merindukan senyuman Rayhan.
“Waalaikum salam. Mari-mari masuk.” Ajak Ummi mempersilahkan. Kemudian mereka segera masuk dan duduk. Diatas meja sudah terlihat beberapa camilan dan minuman yang telah disiapkan untuk menjamu kedatangan mereka.
“Bagaimana kabarmu nak?” tanya mama dengan bekaca-kaca karena kerinduannya dapat terobati.
“Rayhan baik-baik saja ma, kenapa mama menangis?” sahut Rayhan dengan cemas saat melihat mamanya meneteskan air mata.
“Mama tidak menangis sayang. Mama hanya terlalu senang, akhirnya mama bisa bertemu denganmu. Mama sangat merindukanmu nak.” Lanjut mama sembari mengusap air matanya dan tersenyum bahagia.
“Mama jangan seperti ini, Rayhan juga sangat merindukan mama.” Jawab Rayhan yang langsung mendekap tubuh mamanya. Sejenak mereka saling melepas rindu.
“O iya mas bagaimana selanjutnya tentang percakapan kita kemaren?” tanya papa sudah tidak sabar. Kemudian Rayhan melepaskan pelukannya dan mulai mengerti maksud pertanyaan papanya.
“Percakapan apa pa?” sahut Rayhan pura-pura tidak tahu.
“Soal percakapan yang kemaren Paman dan kakakmu bahas.” Kata Paman mencoba mengingatkan. Rayhan kembali terdiam, sebenarnya Rayhan tidak ingin membicarakan masalah ini.
“Ummi tolong panggilkan Assyfa. Sepertinya adikku ini sudah sangat tidak sabar.” Lanjut paman memerintah istrinya. Ummi hanya mengangguk sembari tersenyum mendengar suaminya menggoda adiknya. Begitu pula dengan papa dan mama Rayhan yang merasa sedikit malu karena terlihat tidak sabaran.
Tak lama kemudian Ummi kembali bersama dengan seorang gadis yang membuat Rayhan sedikit terkejut. Gadis itu terlihat menundukkan kepalanya. Kemudian gadis itu duduk bersimpu disamping Ummi yang sudah kembali duduk ditempatnya semula.
“Bukankan itu dia?” batin Rayhan mengernyitkan dahinya.
“Nah Ilham, Ningsing inilah gadis yang mas bicarakan kemarin. Namanya Assyfa Putri Zaskia. Dia adalah santri kami dan sekarang sudah menjadi pengajar disini. Dia seorang khafidoh, dan dia juga adalah gadis dengan perangai yang sangat baik. Assyfa.... ini adalah keponakan Abah namanya Rayhan Al Ghifari dan mereka adalah orang tua dari Rayhan. Mereka kemari ingin bertemu dan berkenalan denganmu. Kemarin Ummi sudah menjelaskan kepadamu kan?” Kata Paman memperkenalkan mereka. Assyfa hanya mengangguk dengan wajah masih tertunduk.
“Oh…. Jadi namanya Assyfa.” Gumam Rayhan dengan sangat lirih.
“Kemarilah nak, duduk disamping ibu.” Ucap mama Rayhan sembari menepuk sofa kosong disampingnya. Assyfa melihat kearah Ummi seolah meminta izin. Setelah Ummi menganggukkan kepalanya baru Assyfa beranjak menuju sofa yang ditunjuk mama Rayhan.
Sebelum duduk Assyfa terlebih dahulu bersalaman dan mencium tangan mama Rayhan. Setelah itu Assyfa memberikan salam kepada papa Rayhan dengan menyatukan kedua telapak tangannya dan meletakkannya didepan dadanya sembari mengangguk. Namun wajahnya masih tetap tertunduk. Kini posisi Rayhan dan Assyfa sangat dekat, hanya berjarak mama yang duduk diantara mereka. Rayhan sedikit melirik kearah Assyfa namun gadis itu tak sedikit pun melirik kearahnya.
“Apakah dia akan menundukkan kepalanya terus? Padahal dia sudah tahu jika akan diperkenalkan padaku. Apakah dia tidak ingin melihat wajahku? Benar-benar konyol.” Batin Rayhan lagi merasa sedikit heran dengan sikap Assyfa.
“Berapa umurmu nak?” tanya papa.
“23 tahun pak.” Jawab Assyfa singkat tanpa melihat kearah papa Rayhan.
“Dari mana asalmu dan dimana orang tuamu tinggal?” lanjut mama ingin tahu lebih banyak tentang kehidupan Assyfa.
“Saya asli kelahiran sini Bu. Saya yatim piatu, selama ini saya tinggal dipesantren ini dan sebelumnya saya diasuh oleh keluarga Pakde saya.” Jawab Assyfa dengan sangat lembut.
“Oh… maafkan Ibu ya jika membuatmu mengingat kedua orang tuamu.” Sahut mama merasa tidak enak hati karena mengingatkan Assyfa pada orang tuanya yang sudah meninggal.
“Tidak apa-apa Buk.” Jawab assyfa lagi tersenyum.
“Apakah kamu terkejut setelah melihatnya Ray?” bisik Iqbal dengan lirih menggoda adiknya. Rayhan tidak menjawabnya, justru dia memberikan tatapan tajam kepada kakaknya itu. Iqbal yang tahu jika adiknya sedang marah langsung menutup mulut dengan tangannya dan menjauhkan wajahnya dari Rayhan sembari tersenyum.
“Jadi bagaimana Syifa, apakah kamu bersedia berkenalan lebih jauh dengan keponakan Abah?” tanya Paman langsung meminta persetujuan Assyfa.
“Assyfa mempercayakan semuanya pada Abah. Jika Abah dan Ummi menginginkan hal itu, Assyfa bersedia dan akan berusaha menerimanya.” Jawab Assyfa menyerahkan semuanya pada Paman dan Bude.
“Baiklah, Rayhan bagaimana denganmu?” pertanyaan Paman selanjutnya mengarah pada Rayhan dan membuat Rayhan kebingungan.
“Jawablah Ray, kenapa hanya diam saja.” Sahut papa saat melihat Rayhan hanya terdiam.
“Rayhan akan mencobanya Pa, Paman.” Jawab Rayhan akhirnya menyetujui rencana mereka. Walaupun dengan berat hati tetapi dia tidak ingin mengecewakan papa dan mamanya.
“Alhamdulillah jika kalian bersedia. Jadi mulai sekarang kalian bisa saling mengenal satu sama lain. Tapi ingat jangan bertemu hanya berdua saja. Ajak teman, kalau tidak Iqbal yang akan menemani kalian. Bagaimana Iqbal apa kamu bersedia?” lanjut Paman merasa senang mendengar jawaban mereka.
“Iqbal selalu siap Bah membantu adik Iqbal.” Jawab Iqbal sembari merangkul pundak Rayhan. Rayhan langsung melepaskan tangan kakaknya itu dari bahunya dengan pelan. Dia tahu jika saat ini kakaknya itu sedang berusaha menggodanya. Iqbal kembali tersenyum senang melihat adiknya yang merasa kesal.
Sebenarnya Assyfa masih merasa sedikit ragu dengan keputusannya. Tetapi dia tidak ingin menolak permintaan Abah dan Ummi. Dia hanya berusaha menjadi santri yang mentaati setiap perintah Kiyainya. Bagi Assyfa Pak Kiyai dan keluarganya sudah sangat berjasa pada hidupnya. Jadi dia hanya ingin membalas semua budi baik mereka kepadanya selama ini.
Begitu pula dengan Rayhan yang dengan terpaksa menyetujui semuanya. Tetapi walaupun begitu dia akan berusaha untuk menerima Assyfa. Meski dia tahu itu akan sangat sulit dan mungkin juga membutuhkan waktu yang sangat lama. Tapi tidak ada salahnya dicoba terlebih dahulu. Toh Rayhan juga tahu bahwa Assyfa adalah gadis yang sangat baik. Meskipun ada sedikit sikap yang tidak disukai oleh Rayhan. Yaitu ketika dia selalu menundukkan kepalanya bahkan saat ada orang yang berbicara kepadanya. Bagi Rayhan tidak menatap lawan bicaranya adalah hal yang tidak sopan. Namun dia berusaha memahami semua alasan yang sempat dijelaskan oleh kakak sepupunya waktu itu.
Setelah tidak ada lagi yang dibicarakan diantara mereka. Assyfa memberanikan diri untuk pamit pergi karena dia ada jam mengajar. Sebenarnya dia tidak enak hati jika harus beranjak terlebih dulu sebelum Abah dan Ummi memintanya pergi. Namun dia mengingat semua santrinya yang pasti sudah menunggu kedatangannya didalam kelas.
“Afwan Abah, Ummi. Jika tidak ada lagi yang dibicarakan Assyfa ingin undur diri. Assyfa ada jam mengajar saat ini.” Kata Assyfa sedikit takut.
“O iya Assyfa pergilah. Jangan biarkan santrimu terlalu lama menunggu.” Jawab Ummi mempersilahkan Assyfa beranjak.
“Kalau begitu Assyfa permisi terlebih dulu, Assalamualaikum.” Lanjut Assyfa sembari menundukkan kepalanya dengan sangat sopan.
“Waalaikum salam.” Jawab semua yang ada disana. Kemudian Assyfa beranjak pergi dengan membungkukkan tubuhnya.
“Lihatlah pa dia adalah gadis yang sangat sopan. Mama suka padanya.” Kata mama sedikit berbisik pada suaminya.
“Iya ma papa rasa dia adalah gadis yang tepat.” Jawab papa juga dengan suara yang lirih.
“Papa dan mama ini bicara apa sih.” Sahut Rayhan yang mendengar bisikan mereka. Rayhan kembali menunjukkan ekspresi tidak sukanya. Akhirnya papa dan mama pun menghentikan kegiatan bisik-bisik mereka karena mereka tahu saat ini anaknya tidak suka dengan apa yang sedang mereka bicarakan.
Tak lama setelah itu papa dan mama Rayhan berpamitan. Sebenarnya papa dan mama ingin mengajak putranya itu pulang bersamanya. Namun kemudian mereka mengurungkan niatnya. Mereka ingin Rayhan tetap disana agar bisa lebih dekat dengan Assyfa. Entah mengapa papa dan mama Rayhan sangat yakin jika Assyfa adalah jodoh yang terbaik yang dikirimkan Allah atas do’a-do’a mereka selama ini. Rayhan pun tak merasa keberatan untuk tetap tinggal disana karena Rayhan sudah merasa nyaman disana.
Banyak sekali pelajaran yang dia dapatkan disana dan menjadikannya orang yang lebih baik dari sebelumnya. Selain itu Rayhan juga merasa senang bisa membantu para santri disana dengan kemampuan dan pengetahuan yang dia miliki. Meskipun dia sadar ilmu yang dia miliki masih jauh dibawah kakaknya.
“Ray papa dan mama pulang dulu ya. Papa harap kamu benar-benar serius menanggapi hal tadi.” Kata papa sebelum meninggalkan rumah paman Arif.
“Iya Pa.” jawab Rayhan singkat dengan sikap dinginnya.
“Jangan cuma iya iya saja kamu Ray. Mama dan papa sangat berharap kamu bisa kembali membuka hatimu untuk gadis lain. Bukankan dia adalah gadis yang tepat dan sepertinya dia juga masuk kriteria wanita pilihanmu.” Sahut mama menegaskan agar Rayhan menerima semuanya.
“Iya ma Rayhan tahu, Rayhan akan berusaha.” Kata Rayhan sedikit kesal karena mama dan papanya terlihat sangat memaksa sekali.
“Ya sudah mas kami pamit dulu. Kami titip Rayhan disini, sepertinya dia masih sangat betah disini.” Kata papa berpamitan pada kakaknya dan sedikit menggoda Rayhan.
“Iya Ham kamu tenang saja kami akan menjaga Rayhan dengan baik disini.” Jawab Paman Arif sembari melirik kearah Rayhan yang masih terdiam.
“Sampai bertemu lagi ya mas, mbak. Assalamualaikum.” Lanjut papa memberikan salam setelah bersalaman dengan kakaknya.
“Waalaikum salam.” Jawab mereka bersamaan. Lalu Rayhan mencium tangan kedua orang tuanya sebelum mereka masuk kedalam mobil.
“O iya Iqbal jangan lupa hubungi Om dan tante saat kamu akan melamar seseorang nanti.” Ujar mama Rayhan sebelum mobil mereka meninggalkan rumah paman Arif.
“Iya tante pasti Iqbal akan mengabari tante jika waktunya sudah tiba.” Jawab Iqbal tersenyum. Rayhan merasa heran dengan ucapan mamanya, padahal Rayhan sangat tahu jika kakaknya saat ini belum akan melamar siapapun. Jangankan melamar, bahkan kakaknya itu belum memiliki wanita idaman. Lalu mobil papa dan mama Rayhan meninggalkan rumah itu. Rayhan terus menatap kepergian orang tuanya sampai mobil itu tak terlihat lagi.
Terus dukung dan bantu Thor ya... 😍😍
Berikan Like, Vote, dan Komen.
Selamat membaca, semoga terhibur....😄😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Noer Anisa Noerma
semangat dong rey
2022-06-23
0
Lasmi Kasman
Bagus Kak
2021-03-15
1
피롷
santuy lh....utk seorg wanita umur paling muda menikah itu 21 thn itu menurut umur ideal menikah lho....jdi klo pun sampe umur 23 belum nikah ya gpp dong toh jodoh kn ga ada yg tau ada kok yg umur 29 bru nikah umur 31 baru nikah
2021-01-26
1