Didepan ruang operasi terlihat mama, Rayhan serta paman dan budenya menunggu dengan cemas. Disana juga ada Assyfa dan Fatimah, paman dan bude memang sengaja mengajak mereka. Sudah hampir satu jam lebih papa Rayhan berada diruang operasi. Rayhan terlihat sangat tegang menunggu papanya keluar dari ruang operasi. Assyfa yang melihat ketegangan diwajah Rayhan berusaha menenagkannya.
“Mas Rayhan jangan khawatir. Percayalah Allah pasti akan menyembuhkan papa mas Rayhan. Allah pasti akan memberi kelancaran dalam operasi ini mas, karena Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan umatnya.” Kata Assyfa mendekati Rayhan.
“Aku hanya merasa sedikit khawatir.” Jawab Rayhan masih dengan kecemasannya.
“Berdzikir dan berdo’a lah pada Allah mas. Insyaallah hatimu akan menjadi semakin tenang.” Lanjut Assyfa memberikan saran.
“Terimakasih ya karena sudah membuatku sedikit tenang.” Jawab Rayhan tersenyum kearah Assyfa. Namun Assyfa kembali menundukkan wajahnya. Dia enggan bertatapan secara langsung dengan Rayhan.
“Rayhan, tante, bagaimana keadaan om Ilham?” terdengar suara seseorang yang langsung mengalihkan pandangan mereka. Terlihat Annisa datang bersama Rendy.
“Annisa? Bagaimana kamu tahu jika papa dirawat disini?” tanya Rayhan merasa heran karena selama ini dia tidak pernah memberi tahu Annisa atau pun keluarganya.
“Tadi aku dan Annisa datang kerumahmu. Kata bi Ani, kalian sedang ada disini dan om Ilham sedang melakukan operasi.” Jawab Rendy menjelaskan.
“Iya kalau bi Ani tidak memberi tahu pasti kami tidak akan tahu tentang kabar ini. Kamu jahan sekali Ray kenapa tidak memberi tahuku?” sahut Annisa merasa kesal karena Rayhan tidak memberi tahu dirinya.
“Maaf aku sunggu tidak terfikirkan soal itu. Setelah papa sakit aku sibuk mengurus perusaan.” Jawab Rayhan memberikan alasan. Namun Annisa tak menggubris perkataannya.
“Tante yang sabar ya, Nisa yakin Om pasti akan baik-baik saja. Maafkan Nisa karena baru sempat menjenguk sekarang.” Kata Annisa menghampiri mama Rayhan.
“Tidak papa nak, maafkan tante juga karena tidak mengabarimu.” Jawab mama Rayhan.
“Tidak apa tante. Asalamualaikum Pak Kiyai, Ummi.” Sapa Annisa yang baru menyadari keberadaan paman dan Bude Rayhan disana.
“Waalaikum salam. Bagaimana kabarmu dan orang tuamu Nisa?” tanya paman. Memang keluarga Annisa sangat dekat dengan keluarga besar Rayhan sejak Annisa masih kecil.
“Alhamdulillah kami baik Pak Kiyai.” Jawab Anisa tersenyum.
“Ummi dengar kamu akan menikah? Tidakkan kamu mengundang kami?” tanya Ummi sembari terseyum pada Annisa.
“Tentu saja Ummi, Nisa akan mengundang pak Kiyai dan Ummi beserta Gus Iqbal juga. O iya Pak kiyai, Ummi perkenalkan dia adalah calon suami Nisa. Namanya Rendy.” Jawab Annisa memperkenalkan Rendy pada mereka.
“Assalamualaikum pak Kiyai, Ummi.” Sapa Rendy memberikan salam.
“Waalaikum salam.” Jawab mereka bersamaan. Kemudian mereka kembali terdiam sembari menunggu papa Rayhan.
Sejak ketadangan Annisa tadi, Assyfa selalu memperhatikan Annisa. Sepertinya wajah itu terlihat tidak asing baginya. Tetapi Assyfa tidak bisa mengingat dimana mereka pernah bertemu. Assyfa merasa sangat penasaran dengan sosok Annisa. Tetapi tidak dengan Annisa, saat dia melihat Assyfa yang berada diantara mereka. Seketika Annisa tersenyum dan langsung menghampirinya.
“Syfa? Kamu Assyfa kan??” tanya Annisa menghampiri Assyfa sembari tersenyum.
“Iya saya Assyfa, maaf mbaknya siapa ya?” jawab Assyfa yang masih belum bisa mengingat Annisa.
“Aku Annisa, Annisa Zahra Aulia. Kita dulu pernah bertemu saat acara MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur'an) dan kita mendapatkan kamar yang sama.” Kata Annisa mengingatkan Assyfa.
“Masyaallah Annisa? Maafkan Syfa karena tidak bisa mengenalimu.” Sahut Assyfa yang langsung memeluk tubuh Annisa.
“Bagaimana kabarmu?” tanya Annisa setelah melepaskan pelukannya.
“Alhamdulillah aku baik, bagaimana denganmu? Sepertinya kamu akan segera menikah?” jawab Assyfa tersenyum pada Annisa.
“Alhamdulillah aku juga baik. Insyaallah do’akan lancar sampai hari H ya Syfa.” Kata Annisa meminta do’a Assyfa.
“Aamiin, pasti aku akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu.” Jawab Assyfa.
“Apakah dia temanmu?” tanya Annisa melihat kearah Fatimah yang berada disamping Assyfa.
“O iya kenalkan dia Fatimah sahabatku. Fatimah dia Annisa.” Kata Assyfa memperkenalkan mereka. Kemudian Annisa dan Fatimah saling bersalaman dan cipika-cipiki.
“Eh… kenapa kalian ada disini? Apa kalian juga termasuk keluarga Rayhan? “ tanya Annisa merasa heran dengan keberadaan Assyfa disana.
“Tidak bukan seperti itu. Aku dan Fatimah adalah santri di pondok pesantren Pak Kiyai yang tidak lain adalah pamannya mas Rayhan. Tadi pak Kiyai dan Ummi mengajak serta kami kemari untuk menjenguk papa mas Rayhan.” Jawab Assyfa menjelaskan.
“Oh… seperti itu. Kenapa semuanya bisa serba kebetulan ya. Tapi tidak apa aku senang bisa bertemu denganmu kembali.” Lanjut Annisa menunjukkan wajah senangnya.
“Aku pun begitu Nisa.” Sahut Assyfa tersenyum lebar.
Sejenak Rayhan memperhatikan mereka. Rayhan sangat tidak menyangka jika Annisa dan Assyfa saling mengenal. Mungkinkah ini sebuah kebetulah atau memang ini menjadi suatu pertanda.
Tak berselang lama, terlihat dua orang perawat pria mendorong ranjang papa Rayhan keluar dari ruang operasi. Semua orang yang ada didepan langsung mendekati papa Rayhan yang masih terpejam karena obat bius. Lalu dokter pun keluar dan memberikan kabar gembira jika operasinya berjalan lancar. Dokter juga mengatakan bahwa kondisi papa Rayhan sangat stabil setelah operasi dilakukan. Semua yang ada disana mangucapkan syukur kepada Allah. Kemudian mereka lekas menyusul papa Rayhan yang sudah dibawa kembali ke kamar rawatnya oleh kedua perawat tadi.
Kini wajah kecemasan yang sempat ada pada wajah mereka berubah menjadi senyum bahagia. Terutama Rayhan dan mamanya mereka merasa sangat senang. Assyfa yang bisa kembali melihat senyum Rayhan merasa sangat senang. Entah sejak kapan Assyfa menjadi peduli pada Rayhan. Namun dia tak pernah berani menunjukkan semua itu pada Rayhan.
Beberapa saat kemudian paman dan bude berpamitan, karena waktu sudah menjelang sore. Setidaknya paman merasa tenang karena kondisi adiknya dalam keadaan baik. Sebenarnya paman dan bude ingin menunggu sampai papa Rayhan siuman. Namun mereka ingat jika mereka memiliki tanggungan di pesantren.
“Kami pamit dulu ya Ningsih. Sampaikan salam mas pada Ilham.” Kata paman berpamitan.
“Apa tidak menunggu papanya Rayhan siuman dulu mas?” tanya mama Rayhan.
“Sebenarnya mas juga ingin menunggu Ilham siuman. Tapi mau bagaiman lagi kami juga ada tanggung jawab dipesantren.” Jawab paman memberikan penjelasan.
“Baiklah kalau begitu mas. Insyaallah nanti akan Ningsih sampaikan salam dari mas dan mbak. Terimakasih ya mas, mbak karena sudah menjenguk papanya Rayhan.” Kata mama mencoba memahami.
“Sama-sama Ningsih. Kamu juga harus jaga kesehatan ya. Kami langsung pamit ya, Assalamualaikum.” Lanjut bude menasehati mama Rayhan.
“Iya mbak. Hati-hati ya mas, mbak. Waalaikum salam.” Jawab mama sembari tersenyum.
“Assyfa, Fatimah mari kita kembali ke pesantren.” Ajak bude menghampiri mereka.
“Baik Ummi.” Sahut mereka bersamaan seraya menundukkan kepalanya.
“Maaf Ummi, tunggu sebentar.” Kata Annisa menghentikan langkah bude.
“Maaf jika Annisa kurang sopan karena memberikannya disini. Ini undangan pernikahan Annisa dan mas Rendy. Annisa harap Ummi dan Pak Kiyai bisa hadir dan memberikan restu pada kami.” Kata Annisa seraya menyodorkan undangan.
“Tidak perlu sungkan Nisa. Insyaallah Ummi dan Abah akan hadir. Kalau begitu Ummi duluan ya. Assalamualaikum.” Ucap Ummi menerima undangan tersebut.
“Waalaikum salam.” Jawab Annisa yang diikuti oleh yang lainnya.
“Mas Rayhan, Annisa, mas Rendy kami pamit dulu ya.” Kata Assyfa berpamitan pada mereka.
“Terimakasih ya Syfa karena sudah menjenguk papa.” Sahut Rayhan menatap Assyfa.
“Iya mas sama-sama.” Jawab Assyfa tersenyum manis.
“Ibu, Assyfa dan Fatimah pamit dulu.” Lanjut Assyfa saat mama Rayhan menghampiri mereka.
“Hati-hati ya Nak.” Jawab mama Rayhan seraya memeluk Assyfa.
“Assalamualaikum.” Kata Assyfa dan Fatima bersamaan setelah bersalaman pada mama Rayhan.
“Waalaikum salam.” Sahut mereka semua. Lalu Assyfa dan Fatimah segera menyusul Abah dan Ummi yang terlabih dulu beranjak dari sana. Mereka sedikit berlari karena takut membuat Abah dan Ummi menunggu.
“O iya Ray. Sebenarnya aku tadi kerumahmu ingin memberikan undangan pernikahanku. Kamu datang ya.” Kata Annisa mengulurkan undangan.
“Minggu depan ya? Insyaallah akan aku usahakan.” Jawab Rayhan setelah membaca waktu yang tertera dalam undangan tersebut.
“Hey kamu harus datang Ray. Apa perlu aku sendiri yang menjemputmu?” sahut Rendy bergurau.
“Wah… aku akan merasa sangat tersanjung jika pengantinnya sendiri yang menjemputku.” Jawab Rayhan membalas gurauan Rendy.
“Ingat ya Ray aku tidak akan menerima alasan apapun. Jadi kamu harus datang, ok. Harus!!!” lanjut Rendy memberi penekanan.
“Iya iya bawel sekali kamu ini.” Sahut Rayhan mengiyakan.
“Kalau begitu kami langsung pamit ya. Tante kami pulang dulu.” Kata Annisa berpamitan pada Rayhan dan mamanya.
“Iya Nisa hati-hati ya.” Sahut mama Rayhan.
“Iya tante. Assalamualaikum.” Ucap Rendy.
“Waalaikum salam.” Jawab Rayhan dan mamanya. Kemudian Annisa dan Rendy meninggalkan kamar rawat papa Rayhan. Setelah semuanya pergi, kini hanya tersisa Rayhan dan mamanya yang ada disana. Mama Rayhan kembali duduk didekat papa sembari menunggu suaminya sadarkan diri. Sementara Rayhan duduk di sofa dan membaringkan kepalanya pada sandaran sofa.
Masih semangatkan??
Nih thor Up ya untuk menemani ngabuburit kalian
Jangan lupa juga beri Like, Vote, dan Komennya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Noer Anisa Noerma
masih semangat author
2022-06-23
0
Prapti Handayani
Sebenarnya si Rayhan dan Annisa itu dulunya berpacaran gag sih.kok kayaknya si Nissanya biasa az ke rayhan atau keluarganya.kyk gag ada kejadian gitu.atau hanya si Rayhannya az yg cinta sm nissa,smntra nisany hanya menganggap si Rayhan hanya sbts sodara atau sahabat ms kecil azh.itu yg msih lom jls🤔🤔🤔
2021-03-17
5
Eka Sulistiyowati
lnjut
2020-11-26
4