Rayhan melajukan mobilnya tanpa arah. Fikirannya sedang sangat kalut, ada perasaan yang sangat mengganjal dihatinya. Bahkan dadanya terasa sangat sesak. Suasana didalam mobil itu menjadi sangat panas. Padahal Rayhan sudah menghidupkan ac dan menyetelnya ke pengaturan yang paling dingin. Namun sama sekali tak berpengaruh. Kemudian Rayhan menepikan mobilnya sejenak berusaha untuk menjernihkan fikirannya.
“Ya Allah kenapa semua ini harus terjadi padaku? Kenapa kau tak menjodohkannya denganku? Dan kenapa harus Rendy? Apakah aku tidak pantas bersanding dengan Nisa? Padahal selama ini aku selalu setia dan selalu mejaga hatiku untuknya.” Ucap Rayhan merasa sangat kecewa sembari memukuli kemudi mobilnya.
“Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apakah aku harus melupakannya dan membuang jauh-jauh perasaanku selama ini? Iya aku harus melakukan itu meskipun aku tau itu akan sangat sulit.” Lanjut Rayhan mencoba memberi semangat kepada dirinya sendiri. Sejenak dia terdiam didalam mobil sembari menyandarkan kepalanya diatas kemudi. Hingga dia teringat pada kotak merah yang ada disaku celananya
“Ini semua sudah tidak berguna! Kenapa tadirku seperti ini? Aaarrgg!!!!!” teriak Rayhan dengan sangat kesal sembari melemparkan kotak merah tersebut ke kursi belakang dengan sangat keras. Hingga kotak tersebut terjatuh kebawah jok.
“Astagfirullah hal adzim. Apa yang aku lakukan? Kenapa aku menyalahkan takdir? Ini semuan adalah jalan yang harus aku lalui. Maafkan hamba-Mu ini ya Robb yang telah meragukan ketentuanmu. Aku akan berusaha ikhlas menerima semua ini. Ya Allah berikan kekuatan dan ketabahan pada hamba-Mu ini.” Kata Rayhan seraya merendahkan suaranya dan berusaha menerima semuanya dengan lapang dada.
Setelah merasa cukup tenang, Rayhan memutuskan untuk pulang. Tak terasa hari sudah menjelang senja. Rayhan tiba dirumah tepat saat Adzan magrib berkumandang. Dia langsung membersihkan tubuhnya dan bersiap melaksanakan kewajibannya sebagai muslim yang taat. Setelah selesai sholat, Rayhan menghampiri mama dan papanya dimeja makan.
“Malam pa, ma?” sapa Rayhan langsung duduk dengan wajah lemas.
“Kamu kenapa Ray? Kenapa mukamu terlihat kusut sekali. Katanya tadi siang kamu mau melamar Annis, terus kenapa sekarang kamu sedih?” tanya mama merasa khawatir melihat perubahan pada Rayhan.
“Kamu melamar Annisa Ray?” sahut papa terkejut.
“Iya pa tapi Ray sudah terlambat. Nisa sudah menerima lamaran dari pria lain.” Jawab Rayhan dengan lemas dan penuh kekecewaan.
“Kamu tau dari mana?” tanya papa tak percaya. Kemudian Rayhan menceritakan kejadian yang dialaminya hari ini.dia juga menyampaikan permintaan maaf dari orang tua Annis karena tidak mengundang mereka.
“Ya sudah lah Ray, kamu harus mengikhlaskannya. Berarti Nisa bukanlah jodoh yang terbaik untukmu. Yakinlah Allah akan mengirimkan yang lebih baik untukmu.” Kata papa menenangkan putranya. Rayhan hanya mengangguk tanda mengerti.
“Rayhan hanya tidak yakin bisa melewati hari-hari setelah ini. Pasti rasanya akan sangat sulit dan berat untuk bisa melupakan Nisa.” Kata Rayhan dengan nada yang lemah.
“Nak kamu tidak perlu bersedih apa yang dikatakan papamu itu benar. Allah pasti akan mengirimkan jodoh yang terbaik untukmu.” Sahut mama menguatkan Rayhan. Rayhan tersenyum tipis kearah papa dan mamanya. Berusaha menunjukkan jika dia baik-baik saja.
“Ya sudah ayo kita makan malam.” Ucap papa mencoba mengalihkan permbicaraan. Kemudian mereka menyantap hidangan yang telah tersedia di atas meja. Rayhan merasa tak berselera untuk makan, dia hanya mengaduk-ngaduk makanan yang ada dipiringnya. Mama merasa sangat sedih melihat kondisi anaknya saat ini.
Seminggu telah berlalu kondisi Rayhan tak terlihat membaik. Bahkan tak pernah terlihat lagi senyum diwajahnya. Rayhan selalu terlihat murung, dia lebih suka menyendiri dan mengurung diri dalam kamarnya. Hal tersebut membuat mama dan papanya menjadi cemas akan kondisi putranya tersebut.
“Sudah satu minggu ini Rayhan selalu murung pa, mama tidak tega melihatnya.” Ujar mama dengan wajah sedih.
“Sebenarnya papa juga kasihan pada Rayhan. Tapi papa bingung tidak tau harus melakukan apa.” Jawab papa tidak kalah cemas.
“Mama takut pa kalau Rayhan seperti ini terus, jiwanya akan terguncang.” Sahut mama mulai berfikir yang tidak-tidak.
“Mama jangan bicara seperti itu. Papa yakin Rayhan akan baik-baik saja. Dia kan anak yang kuat.” Jawab papa mencoba mengusir fikiran buruk mama.
“Mama rasa kita harus segera mencari solusi pa, kita harus bisa membangkitkan semangat Rayhan lagi agar dia bisa melupakan Nisa.” Kata mama seraya berfikir.
“Bagaimana kalau kita minta bantuan mas Arif saja ma. Siapa tau Rayhan mau mendengarkan nasehat dari mas Arif.” Ujar papa memberikan ide.
“Maksud papa mas Arif kakak papa yang menjadi pengasuh pondok pesantren Darul Iman?” tanya mama seraya mengingat-ingat.
“Iya ma, selama ini Rayhan kan cukup dekat dengan pamannya itu dan kakak sepupunya Iqbal. Jadi tidak ada salahnya kan jika kita coba.” Lanjut papa menjelaskan rencananya kepada mama.
“Iya pa mama setuju.” Jawab mama singkat dengan wajah penuh harap.
“Baiklah besok kita sowan (berkunjung) kerumah mas Arif.” Sahut papa sembari tersenyum. Mama menganggukkan kepalanya berharap ini adalah jalan yang terbaik.
Tanpa menunda lagi, keesokan harinya papa dan mama Rayhan berangkat menuju rumah paman Rayhan. Sebenarnya rumah paman Arif dan Rayhan masih berada dalam satu kota yang sama. Namun rumah paman Arif terletak disebuah pedesaan di pinggiran kota. Tak sampai dua jam papa dan mama Rayhan telah sampai disebuah pondok pesantren asuhan kakaknya itu.
“Assalamualaikum.” Kata papa sembari mengetuk pintu rumah paman Arif setelah memarkirkan mobilnya dihalaman ruman paman Arif. Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki dan pintu pun terbuka.
“Waalaikum salam. Masyaallah Ilham… apa kabar kamu?” ucap paman Arif yang langsung memeluk adiknya itu dan terlihat sangat senang dengan kedatangan mereka.
“Alhamdulillah sehat mas. Mas sendiri bagaimana kabarnya?” sahut papa Rayhan yang tak kalah senangnya.
“Alhamdulillah mas juga sehat. O iya mari masuk.” Ajak paman kemudian setelah melepaskan pelukannya. Lalu paman mempersilahkan mereka duduk.
“Iya mas terimakasih.” Kata mama setelah duduk disamping suaminya.
“Ummi… ini ada Ilham dan istrinya.” Seru paman memanggil Bude yang ada di dalam. Tak lama kemudian Bude keluar menyapa mereka.
“Masyaallah, Ilham, Ningsih. Sudah lama sekali kalian tidak mampir kemari.” Sapa bude sembari memeluk dan cipika-cipiki dengan mama Rayhan.
“Iya mbak yu, maaf belakang ini papanya Rayhan sangat sibuk sekali dengan pekerjaannya. Jadi ndak sempat main-main kemari.” Jawab mama Rayhan tersenyum.
“O walah berarti sudah tambah maju ya usahanya sekarang.” Tanya bude.
“Alhamdulillah mbak.” Sahut papa mengiyakan perkataan bude.
“Ummi tolong buatkan minum untuk mereka.” Kata paman meminta.
“Baik bah.” Jawab ummi yang langsung berlalu masuk kembali.
“Jadi ada perlu apa ini kok kalian kemari? Dan kenapa Rayhan tidak diajak? Mas dengar Rayhan sudah pulang dari London.” Paman bertanya tujuan kedatangan papa dan mama Rayhan.
“Iya mas Rayhan sudah pulang sekitar dua minggu yang lalu. Kami memang sengaja tidak mengajak Rayhan, karena sudah hampir seminggu ini Rayhan mengurung dirinya dikamar.” Jawab papa menjelaskan dan menceritakan kondisi Rayhan.
“Memangnya ada apa dengan Rayhan, Ilham?” tanya paman mulai khawatir.
“Jadi begini mas……” kemudian papa menceritakan semua kejadian yang dialami Rayhan secara detail. Mulai dari rencananya melamar Annisa sampai kondisinya saat ini.
“Terimakasih mbak.” Kata mama setelah bude meletakkan minuman dan beberapa camilan didepan mereka. Bude mengangguk sembari tersenyum.
“Sungguh kasiahan sekali keponakanku itu.” Sahut bude setelah duduk dan ikut bergabung dengan obrolan mereka.
“Maka dari itu mas, mbak. Kami kemari ingin meminta bantuan dari mas Arif untuk membantu kami membujuk dan menasehati Rayhan agar bisa melupakan kesedihannya itu. Selama ini kami sudah berusaha semampu kami. Tapi Rayhan tak pernah mau mendengarkan kami.” Lanjut papa dengan wajah berharap.
“Baiklah mas akan coba membujuk Rayhan. Besok atau lusa mas akan mengunjungi kalian. Sekalian mas ingin ngobrol banyak dengan Rayhan.” Jawab paman seraya tersenyum dan berusaha menenangkan adik dan adik iparnya itu.
“Terimakasih banyak ya mas, mbak karena sudah mau membantu kami.” Sahut mama merasa sangat senang dengan bantuan paman.
“Tidak perlu berterimakasih seperti itu Ningsing. Rayhan sudah kami anggap seperti anak kami sendiri. jadi kalian tidak perlu sungkan.” Jawab bude. Setelah itu mereka menikmati jamuan yang telah disuguhkan pada mereka.
“O iya mas, Iqbal kemana? Sepertinya dia tidak terlihat di rumah?” tanya Ilham saat menyadari ketidak hadiran Iqbal disana.
“Iqbal sedang ada di pesantren. Setelah pulang dari Kairo, Iqbal yang mengurus sebagian besar pesantren ini. Lagi pula mas kan sudah tua jadi sudah saatnya mas pensiun.” Jawab paman tersenyum. Papa hanya mengangguk dan ikut bangga dengan prestasi dan kemandirian keponakannya itu.
“Lalu bagaimana kabar Saffana? Bukankah sebentar lagi dia juga lulus S1?” tanya bude sejenak mengalihkan pembicaraan seputar Rayhan.
“Alhamdulillah mbak Saffana baik-baik saja. Sebenarnya kami sedikit khawatir padanya. Apalagi setelah kakaknya Rayhan menyelesaikan S2-nya. Kami sedikit was-was mbak pada Saffana, dia sekarang harus tinggal sendiri di negri orang.” Ujar mama.
“Mas yakin kalau Saffana pasti akan bisa menjaga dirinya.” Timpal paman. Setelah cukup lama bercengkrama, akhirnya papa dan mama Rayhan memutuskan untuk berpamitan.
“Ya sudah mas, mbak kalau begitu kami pamit dulu. Kami khawatir pada Rayhan jika meninggalkannya terlalu lama.” Kata papa berpamitan.
“Baiklah kalau begitu. Berhati-hatilah di jalan.” Ucap paman menasehati.
“Iya mas. Kami pulang dulu, Assalamualaikum.” Lanjut papa memberi salam sembari bersalaman dan kembali memeluk kakaknya. Begitu pula dengan mama dan bude yang juga saling berpelukan.
“Waalaikum salam warrahmatullahi wa barakatu.” Jawab paman sebelum mereka beranjak keluar dari rumah. Kemudian papa dan mama Rayhan meninggalkan area pesantren tersebut dan kembali ke rumah.
M**aaf ya jika updatenya lama hehe...
Jangan lupa like dan votenya.
Ber**i juga kritik dan sarannya ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Sri Endarti
sangat jelas kok alur ceritanya l lake👍
2023-01-15
0
Noer Anisa Noerma
saya paling suka novel islami
2022-06-23
0
Hafista
aku suka bgt novel reliji sprtnya ceritanya sgt seru, sukses trs ya thour
2022-06-18
0