PERINGATAN PEMICU !
Bab berikut berisi adegan-adegan yang mungkin menurut sebagian pembaca mengganggu dan tidak cocok untuk anak dibawah umur, termasuk adegan kekerasan. Mohon kebijaksanaan pembaca.
_____________________________________
"Kevin, aku melupakan keranjang jualanku!" teriak Lala menengok ke belakang.
"Pengawal saja." Kevin dengan nada tidak ramah.
Setelah lima jam cuma dua kata itu yang keluar dari mulut lelaki itu?
Kevin membuka pintu mobil mewah putihnya, dan Lala masuk dengan gugup. Lelaki itu lalu menjalankan mobilnya.
"Saya sudah bilang tadi pagi agar kau siapkan dirimu malam ini, kenapa setelah di rumah kau malah keluar lagi, langsung jualan!"Kevin menggelengkan kepala.
"Apa yang salah dengan dagang? Aku bisa menabung. Kamu juga tahu, satu tahun ini aku jualan bahkan sebelum kita bertemu sebagai Vino dan Lisa, aku sudah jualan."
"Kenapa Vino selama tiga bulan tidak pernah datang lagi ke danau? setelah muncul malah jadi Kevin." Lala dengan frustasi setelah tahu Vino adalah orang yang kejam.
'Vino yang dulu selalu ramah hilang ditelan bumi. Bahkan tega menjualku ke pasar lelang. Apakah diriku barang dan sebegitu rendahkah aku di matamu?' (Lala)
'Sejak kapan kamu tahu aku adalah Lisa? di ruang meeting, rumah atau di sini? Kau tetap akan menjerumuskan ku! Apa kamu manusia? Bahkan hewan memiliki rasa kasihan!' Batin Lala bercampur aduk.
"Aku sungguh minta maaf padamu, aku salah melakukan kesalahan besar. Saat itu aku juga sangat marah, seorang caster memberitahu ku, kalau pemilik Agency XX berjas biru navy dan kebetulan kamu menggunakan warna yang sama. Aku memahami bila kamu sangat marah."
Dingin dan kelam tergurat jelas di wajah Kevin. Namun pria itu tak menjawab bahkan sama sekali tidak menghiraukan gadis yang larut dalam isaknya.
"Bila terjadi sesuatu denganku. Tolong jaga ayahku. Setidaknya jangan melukai Ayahku. Aku minta tolong kepadamu Vino. Seperti kamu yang berharap pada teman kecilmu. Aku pun berharap pada ayahku, berharap ayahku terus hidup dengan aman."
Sepanjang perjalanan lelaki itu hanya diam memasang raut kelamnya. Jam enam sore mereka sampai di rumah besar Kevin.
"Persiapkan dia," titah Kevin dengan sorot mata kebencian ke pelayan. Lelaki kejam itu meninggalkan Lala begitu saja.
...****************...
Mata Kevin yang sudah terasa berat itu menoleh ke arah pintu putih. "Masuk"
Pintu terbuka, pelayan mendorong kasar Lala melewati pintu membuatnya nyaris jatuh. Satu kode tangan Kevin, membuat pelayan undur diri dan menutup pintu.
Berdiri dan beranjak dari sofa empuknya, dingin AC tidak mampu mendinginkan tubuhnya yang kepanasan.
Berjalan ke depan terasa ringan, bumi terlihat sedikit bergoyang, pandangan sedikit kabur.
'Kau, kau hanya penjual air mineral di danau Permata.'
Tangan kanan bersandar ke tembok. Tangan kiri menunjuk wajah Lala tanpa menyentuh.Kevin mengendus aroma di sekitar dengan bau mawar. "Kamu masih pe*awan? mengapa kau tak menggoda Johan? Atau kau berharap -saya Kevin- yang kasar atau -saya Vino- yang lembut untuk mengurungkan niatku? JANGAN MIMPI!"
Lelaki dengan sorot mata membunuh, mencengkeram leher gadis itu membuat Lala lemas, baru Kevin melepasnya.
Lala terengah-engah mengambil nafas dalam, lehernya kembali sakit.
Kevin berjalan ke sofa. Di sana terlihat Kevin sudah menghabiskan dua botol minuman keras dan satu botol lagi tinggal setengah. Ia terlihat sangat mabuk. "Sana pergi! Malam ini, terakhir kita bertemu, kan?"
"Ayolah Lisa, Lala, kau tak mau mengucapkan kata-kata perpisahan? Asal kamu tahu, nyawamu akan berakhir malam ini! Kalo tau mau mati untuk apa masih jual gorengan? idiot!"
"Tuan mereka sudah datang!" Terdengar panggilan dari luar.
"Jadi anak baik ya, saya akan menjaga Ayahmu, Vino ini yang akan menjaganya," kata Kevin dan menatap Lala dengan senyum kemenangan.
"Pergilah! Sesuatu menunggu mu!" Kevin menyandarkan kepalanya yang sudah pening ke sofa, menatap ke atas langit kamar. "Samantha."
Lala berjalan gemetar ketakutan. Biadap Kevin !
Ayah, selamat tinggal ... aku tau aku akan mati, asalkan ayah baik-baik saja.
Di pintu empat orang berbadan besar berkemeja hitam berdiri di sana, mereka memberikan Lala jalan.
...****************...
"Mereka membawanya ke markas distrik B, Tuan!" kata ahli pelacak yang sibuk di depan laptop.
"Turunkan semua anggotamu, Twenty! Aku sudah membayar mahal kalau tidak kutuntut bosmu!" tegas Johan
"Siap, Tuan Hamar," jawab Twenty, si ketua team memberikan baju anti peluru kepada pelanggannya.
Johan dan team menaiki helikopter menuju distrik B. Lima belas menit kemudian mendarat di tengah hutan. Lalu pindah ke mobil menyusuri pinggiran hutan dengan jurang di kanan-kirinya.
Markas ini luas, di kelilingi oleh hutan belantara. Beberapa bekas tentara bayaran yang biasa beroperasi di negara konflik juga diterjunkan Hamar. Diantaranya ada Pedro, orang kepercayaan Algio.
Beberapa titik sudah dilumpuhkan dengan gas klorin tapi gedung markas ini sangat luas dan banyak ruangan, beberapa anggota Hamar juga sudah terlibat perkelahian. Johan mulai menyusup bersama Pedro.
Pasukan yang dikirim Lewis dibagi ke dalam lima regu :
-A(pengalihan)
-B(penyerangan)
-C(pencarian)
-D(eksekusi)
-E(penyelamatan)
Masing-masing regu terdapat 20 anggota utama, mereka sangat terlatih dengan jam terbang yang sudah tinggi, sangat jarang ada yang berhasil melawan pasukan Lewis yang telah lama malang melintang di dunia gelap.
Mereka berpencar, menyusup, menyerang diam-diam di setiap sisi gedung, mencari tumpukan jarum di lumbung jerami. Ada ribuan kamar di gedung itu dan semua dijaga oleh penjaga terlatih.
...****************...
Seseorang berbadan tinggi bertato di leher, memasuki kamar, lalu menutup dan mengunci pintu. Tampak Lala yang sesenggukan gemetaran.
Setiap Langkah laki-laki itu semakin menyiratkan kebengisannya, berjalan membawa cambuk emas dengan kaki kanan yang terseret.
Cambuk itu terlihat bergerigi kecil tajam-tajam di seluruh anak cambuknya, hanya pegangannya saja yang tanpa duri.
Lala semakin gemetar melihat cambuk berdiameter enam senti yang di letakan di sebelahnya. Ia sesenggukan dan mual.
"Mari kita bermain."Pria gendut itu memainkan nada menggoda. Ia mengambil borgol emas dari saku, memborgol kedua tangan lala ke belakang.
"Ruang ini kedap suara. Kita habiskan sampai pagi dan keluarkan suara indahmu gadis manis." Pria berkemeja itu berjalan sambil menggulung lengan kemejanya memperlihatkan tato tengkorak ular dengan beberapa bekas luka.
Sesampainya di meja, pria itu mengambil minuman beralkohol, meminumnya langsung seraya menatap Lala dengan tak sabar.
Menghampiri Lala, penjahat itu menyiram minuman alkohol itu ke kepala Lala membasahi sebagian tubuh, baju dan pinggiran kasur yang diduduki.
Tangan dengan bekas luka di tangan kekar itu membuat Lala ngeri. Pria membungkuk dan mendapati sesuatu di leher Lala yang memancing kemarahannya.
Prang!
Di banting botol tebal itu sampai hancur.
"Apa ini? kau sedang bermain-main denganku?"Jempol penjahat itu menggesek-gesek leher Lala, sangat tidak suka dengan bekas merah yang ia pikir gigitan seseorang.
Diambilnya pecahan botol yang paling runcing, dihadapkan di wajah Lala. Lala semakin gemetar, beberapa rambut Lala dipotong tak beraturan dengan potongan botol itu, di depan mata Lala.
Lima menit kemudian,
"Sakii iii iitt ! hik hik ..." raung Lala.
"Kita belum mulai, jangan menangis, menangislah saat klimaksnya." Pria berkulit gelap itu tertawa keras dengan tatapan bengis.
bersambung ...
___________________________________
Hai Pembaca yang Budiman terimakasih sudah membacanya.
Semoga kalian selalu dalam keadaan sehat dan bahagia.
Kira-kira apa yang akan terjadi pada Lala?
Berhasilkah Johan menemukan Lala?
Dimana Kevin sekarang?
Baca kelanjutan ceritanya ya! akan semakin seru menemani waktu mu.
Sampai jumpa di Bab berikutnya.
Jangan lupa tinggalin jejak ya!
Like, comment, kritik dan saran.
Bahkan Author suka dimarahin, jadi semakin semangat😘
Caiao.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 267 Episodes
Comments
𝕮𝕽𝕽.𝕽 𝖋𝖙. [𝐻𝐼𝐴𝑇𝑈𝑆]
semangat!
2022-05-20
3