Johan menancap gas kencang membabat apapun yang menghalangi laju mobil hingga menimbulkan suara mengerikan saat atap mobil ringsek membuat Lala menjerit histeris.
Begitu tiba di jalan raya, Johan memeriksa keadaan Lala sambil memperhatikan jalan. "Hei, kita berhasil kabur. Kamu tidak apa-apa? Pakai sabuk pengamanmu."
Johan melaju dengan cepat dan zig-zag, menyalip setiap mobil di depan lalu membanting setir dengan tajam, memasuki tol.
"Ah! terlalu cepat!"
"Kau lihat dibelakang, ada yang mengikuti."
Hantaman mobil lain dari sisi kanan membuat mobil oleng. Dengan kelimpungan Johan mengembalikan keseimbangan setir. Hantaman datang dari sudut kiri belakang dan mobil Johan bergetar dipepet dua mobil.
"Aaaaaaaaaaaaaaahh!" teriakan Lala sangat nyaring.
"Tenang!"
"Aku belum mau mati!"
Tembakan bertubi-tubi mengenai kaca belakang, membuat Lala langsung membisu dan tertekan. Ia merasakan gerakan tangan kiri Johan yang mendorong kepalanya ke bawah.
"Meringkuk! Sialan terpaksa!" Johan menekan tombol khusus, hingga fitur tenaga jet Aktif. Kecepatan pun langsung meningkat.
"Apa kamu pingsan? Kita sudah aman!" Johan mendapati Lala pucat dan tampak tak bertenaga "Maaf. Kamu pertama kali menghadapi situasi ini y? Kita akan keluar tol. Beristirahat saja dan tenangkan dirimu."
"A-aku kira sudah mati?"
...****************...
Udara dingin menerobos melalui lubang-lubang jendela plafon yang rusak. Setengah jam baru kemudian mobil keluar dari tol.
"Kenapa lama sekali?" Tanya Lala dengan suara serak namun terlihat semakin lucu dimata Johan.
Pemuda itu sedikit tertawa karena Lala terlihat manis. Lalu tawa itu langsung senyap karena melihat kekesalan di raut wajah Lala. "Kau sudah bangun? Tadi kamu tidur!"
"Kamu membawaku kemana?" Lala berusaha merapikan rambut yang acak-acakan dengan jemarinya yang begitu dingin.
"Ini, ke rumah Bibi ku. Maaf kita tak bisa pulang. Aku sangat mengantuk. Kamu hubungi orang rumah, kita pulang besok pagi."
"Pinjamkan aku ponselmu. Tasku jatuh di hotel," pinta Lala sambil menarik baju Johan.
"Apa di hotel? Bodoh!" Johan menggeleng kepala, dia tidak percaya jika gadis itu begitu ceroboh. Percuma aku membawa mu kabur kalau begitu.
"Sudahlah kita istirahat dulu," sahut Johan, seraya mengarahkan mobil masuk ke halaman rumah kuno yang terawat.
Johan membukakan pintu mobil. "Ayo turun!"
Mereka berjalan melewati taman yang dikelilingi bunga rumput yang kena sorot lampu kuning. Sangat cantik.
Seorang lelaki tua berlari menutup gerbang lalu memutari mobil sambil mengamati dengan heran. "Den, sudah lama tidak kemari. Aden baik-baik saja? Mobilnya sangat parah."
"Aku tak apa. Ini insiden kecil, Pak Fuad." Johan menggandeng Lala, sebelum Pak Fuad makin banyak pertanyaan.
Setelah melewati ruang tamu bergaya klasik dan berakhir di ruang yang yang luas. Tampak di atas meja tersedia beberapa makanan yang masih mengepul.
Johan celingak-celinguk. "Paman dan Bibi belum pulang?"
"Oh, mereka sering pulang larut malam."Pak Fuad menatap gadis itu daei atas ke bawah. Lalu berbicara dengan sopan. "Silahkan Nona makan malam dahulu. Laku beristirahat di kamar. Jadi selamat beristirahat Den Johan dan Nona, saya pamit." Pak Fuad memberi hormat.
"Terimakasih Pak Fuad," sahut mereka bersamaan.
...****************...
Johan meminjamkan baju milik sepupu perempuan nya tanpa dalaman kepada Lala. Dia merasa malu bila meminjam sesuatu yang menggelikan .
Ketika Johan di kamar, Lala menghubungi ayahnya lewat hp Johan. "Halo Ayah selamat malam maaf ponsel ku hilang. Jangan khawatir, besok pagi Lala pulang. Aku akan jaga diri."
...****************...
Dua sofa bersebrangan itu ditiduri Lala dan Johan. Di tengah mereka sebuah karpet lembut berserakan bungkus chiki. Di ujung sofa terdapat TV menyala.
"Tidur sana!" perintah Johan. Dia sendiri mengantuk dan terus menguap.
"Nanti," sahut Lala dengan suara parau.
Mereka asik rebahan dan berselimut tebal. Lala berselimut biru laut, sedangkan Johan berselimut hijau. Mereka menyembunyikan tubuh rapat-rapat. Johan pun tidak tahu mengapa dirinya ikut menyembunyikan diri dalam selimut sambil menonton 'LORD OF THE RING'.
"Kamu dapat beasiswa, di Universitas Melalang Buana?" tanya Johan masih tidak percaya.
"Iya, aku berhasil mendapatkannya," lirih Lala dengan mata terasa berat.
Johan menengok ke kiri, melihat Lala yang sudah tidur. Dia memindahkan ke kamar. "Gadis ini terlihat lucu."
"Tuhan mempertemukan ku dengan gadis seunik ini tetapi sayang kamu mengusik dunia orang yang paling kejam. Petinggi perusahaan Saint Mariano Grup." Johan menghela nafas kasar lalu menggelengkan kepala dengan kasian. "Gadis bodoh dan tidak beruntung."
Johan menyentuh rambut itu sampai dia mendengar suara tegas dari belakang.
"Singkirkan tanganmu Jo!"
“Bibi sakit!" pekik Johan dan menahan tangan Bibi yang menjewer telinganya dengan keras
"Kau nakal sekali ya, berani-beraninya!"
"Johan ... " Gadis itu terjaga.
"Ah! bibi membangunkannya," keluh Johan saat Lala langsung duduk.
"Apa yang kamu lakukan bocah tengik?" Bibi masih butuh penjelasan.
"Lepaskan dulu tangan mu malu sama Lala."
"Emang kamu masih punya malu padahal kamu mau ganggu gadis yang tidur ini kan! dasar, playboy cap kapak!"
"Johan?" Lala menatap Johan tak percaya.
"Ini salah paham, biar saya jelasin. Aku ya La ... di rambutmu ada remahan wafer, jadi aku mengambilnya," ucapnya setenang mungkin.
"Beneran begitu? Kamu tidak sedang mengibulin Bibi lagi?" Bibi menteot tangan Johan, dengan tatapan menyelidik.
"Sakit Bi! Kapan Jo bohong?" Johan berlagak polos sambil berusaha melepaskan jeweran.
"Maaf kamu jadi bangun karena keributan kecil ini. Jangan kaget, ini amat memalukan," kata bibi sambil tertawa.
"Saya yang harusnya berterima kasih, karena Bibi mengijinkan saya istirahat disini." Lala merasa tak enak.
"Ah jangan sungkan Bibi suka dengan kedatanganmu, baru kali ini bocah ini membawa gadis kesini," kata bibi sambil tertawa membuat Lala merasakan sesuatu yang sangat dirindukannya.
"Tidurlah dan kunci dari dalam. Jangan sampai bocah tengil ini masuk ke kamarmu diam-diam." Bibi mengelus kepala Lala.
"Bibi keterlaluan memang aku ngapain!" dengus Johan.
"Selamat tidur Lala," ucap Johan dengan senyum mautnya, membuat sang bibi meneplak pantat Johan dengan keras. Namun sedetik kemudian bibi menggandeng tangan keponakan kesayangannya menjauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 267 Episodes
Comments
Dewi Masitoh
♥️♥️♥️
2022-04-14
1
ApriL
seruu.. Johan tahan yaa, jangan main serobot aja, anak orang itu heey.. 😂
2022-04-01
1
♚Qų¡ղ♕🅠🅡🅕
lanjut kak
2022-04-01
1