Bab 7- Mengubah Penampilan

Bab 7- Mengubah Penampilan

"Aku mau diapakan?" Nana panik saat rambutnya dipangkas.

"Tenang aja, Mbak. Pokoknya saya bikin Mbak lebih cantik dari ini."

Nana melirik Juna yang saat itu sedang membaca koran.

"Perawatan di sini pasti harganya mahal 'kan? Aku nggak punya banyak uang, jadi yang standard ajalah, perawatan yang paling murah." Suara Nana terdengar seperti sedang berbisik membuat pemilik salon itu tersenyum.

"Mbak takut banget, sih? Semua sudah dibayar sama Mas Juna."

"Oh, gitu...."

Lagi-lagi Nana terhutang, dalam hati ia berjanji akan mengembalikan uang Juna yang sudah ia pakai.

Setelah beberapa jam melakukan perawatan, penampilan Nana sudah sedikit berubah, wajahnya lebih segar dari sebelumnya. Rambut bergelombang yang selama ini menjadi ciri khas Nana sudah tidak ada lagi, berubah menjadi lurus sebatas bahu.

Arjuna terpesona melihat perubahan wajah Nana yang terlihat lebih cantik dipolesi makeup tipis. Namun, ia menahan bibirnya agar tidak memuji Nana di depan wanita itu.

"Sudah selesai? Cepatlah, kita kan mau membeli beberapa pakaian baru untukmu!"

"Tapi baju-bajuku masih banyak, Jun. Aku nggak butuh yang baru." Nana menolak sopan, ia segan kalau harus memakai uang Juna lagi.

"Tapi aku memaksa. Pakaian di lemarimu berukuran besar. Sebentar lagi kamu nggak butuh itu!"

Ketika Nana hendak menjawab, ia dikejutkan tayangan televisi yang menyiarkan acara pernikahan seorang pengusaha yang ia kenal.

Kedua tangan Nana mengepal kuat saat melihat sepasang pengantin yang ada di layar kaca tersebut tertawa bahagia merayakan pernikahan mereka.

"Bagaimana bisa mereka menikah secepat ini?"

Rasanya Nana ingin memu kul wajah Jordy dan Zora, sudah lebih dari tiga bulan ia menutup mata dan telinga agar tidak mengetahui kabar kedua orang itu, tapi hari ini Nana semakin sakit hati melihat acara itu.

"Baiklah, aku tidak sabar memberi mereka pelajaran." Wajah Nana yang semula terlihat tenang berubah penuh dendam dan kebencian.

"Tunggu pembalasanku!" Nana seperti api yang siap membakar kayu lapuk di dalam tungku.

***

Semenjak mengetahui pernikahan Jordy dan Zora, Nana semakin semangat mengubah penampilannya, ia tidak pernah mengeluh bahkan rutin menjalankan perintah Juna termasuk melakukan olah raga untuk membakar kalori di dalam tubuhnya, hingga tidak terasa beberapa bulan berlalu, Nana berhasil mendapatkan bentuk tubuh ideal seperti yang selama ini ia impikan. Meskipun tidak selangsing seperti sebelum menikah, namun ia sangat puas dengan bentuk tubuhnya yang sekarang.

"65 kg! Aku nggak mimpi, kan? Aku langsing, lemak di tubuhku udah hilang, Jun." Nana bersorak di atas timbangan yang baru diberikan Juna. Memang beberapa bulan ini Juna melarang Nana menimbang berat badannya supaya wanita itu tidak semakin insecure.

Karena terlalu senang, Nana terjatuh ke arah Juna yang berdiri di sampingnya. Juna yang tidak sigap menahan Nana pun terjatuh ke lantai.

Buk!!!

Nana menimpa Juna, bagian dada Nana yang memang terlihat lebih padat juga menempel di dada bidang Juna, bahkan bibir Nana sempat menempel di bibir Juna.

"Ma-maf ...." Nana merasa ceroboh dan takut Juna berpikir ia sengaja menggoda Juna.

Juna hanya diam menatap Nana, sentuhan yang sekilas datang berhasil membangkitkan gejolak di dalam dirinya, belum lagi dua benda kenyal itu jelas terasa menggoda, sia* kalau seperti ini ia akan goyah dan besar kemungkinan ia akan menyentuh Nana.

Ketika Nana hendak berdiri seperti semula Juna langsung meraih pinggang Nana dan membalik posisi mereka.

"Minta maaf untuk apa?" Sudah beberapa bulan mereka tinggal satu atap baru sekarang Juna berani menggoda Nana, meskipun awalnya tidak ada niat, namun keberuntungan tidak bisa dihindari. Siapa suruh Nana memancingnya?

Ditatap sedekat ini semakin membuat Nana salah tingkah, hembusan nafas Juna terasa hangat menerpa wajahnya. Nana berusaha bangkit tapi sepertinya Juna tidak mau melepaskannya.

"Ma-maaf karena aku nggak sengaja menciummu. Menyingkirlah, kamu buat aku sesak...." Nana menolak dada bidang Juna, tapi Juna tidak bereaksi malah tersenyum padanya.

Juna meraih ujung handuk kecil yang melingkari leher Nana, lalu menyeka keringat di kening Nana.

"Nggak perlu minta maaf ... bagaimana kalau aku pun menginginkannya?" tanya Juna lirih.

"Hah? Jangan bicara sembarangan, nanti ada yang salah paham." Nana memukul lengan Juna. Baru sekarang Juna membuat ia tidak berkutik.

"Apa urusannya dengan mereka? Kalau kamu mau kita bisa mencobanya?"

Tanpa mendengar jawaban dari Nana, Juna langsung menunduk mendekati wajah Nana. Hembusan nafas Nana yang menerpa wajahnya membuat hasrat Juna semakin bergelora.

Kelopak mata Nana semakin terbuka lebar, dadanya naik turun pertanda jantung berdetak lebih cepat, ia tidak tahu harus melakukan apa, bahkan tenggorokkan pun mendadak kering membuat ia tidak bisa bicara.

Dekat dan semakin dekat, mata Juna tertuju pada bibir ranum Nana, rasanya ia semakin tidak sabar ingin segera menciiumnya.

Namun tiba-tiba.

Prang!!!

Seorang asisten muda terkejut melihat dua orang yang belakangan ini semakin dekat itu tengah berbaring di lantai, bahkan posisinya terlihat sangat in tim, tangannya gemetaran sampai tidak sengaja menjatuhkan gelas berisi jus buah yang ia bawa untuk Nana dan Juna.

Sontak, Nana dan Arjuna sama-sama menoleh dan terkejut melihat pelayan muda itu berdiri tidak jauh dari mereka.

"Minggir!" Nana memukul dada Juna.

Arjuna pun salah tingkah. "Biar aku bantu." Juna meraih tangan Nana dan membantunya berdiri.

"Ma-maaf, saya datang nggak tepat waktu. Kalau gitu saya buatkan jus yang baru untuk Pak Juna dan Bu Nana," ucapnya tidak enak hati.

"Tidak perlu kami sudah selesai. Ehm ... malam ini aku ada acara di luar jadi, sebaiknya kalian jangan menungguku," ucap Juna kemudian ia pergi tanpa melihat Nana di sampingnya.

Nana mengelus dada melihat punggung lebar Juna menghilang di balik pintu, bodoh! Nana tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kalau tadi Juna benar-benar menciumnya.

***

Arjuna malu pada diri sendiri karena tidak bisa mengontrol tindakannya, bagaimana bisa ia lepas kendali dan hampir mencium Nana? Kalau saja asisten rumah tangganya tidak datang, ia tidak tahu apa yang terjadi antara dirinya dan Nana. Yang jelas, saat ini Nana pasti berfikir kalau ia adalah pria berotak mesum.

Di kamar mandi. Juna menanggalkan semua pakaian dan sengaja berdiri di bawah kucuran air shower yang mengalir deras, berharap cara ini bisa mendinginkan hati dan pikiran yang sempat membara karena Nana. Setelah ritual mandinya selesai, ia bergegas berpakaian dan bersiap untuk menepati janji bertemu seseorang di suatu tempat. Meskipun selama beberapa bulan ini Juna fokus melatih dan menemani Nana, namun Juna tidak melupakan tugasnya sebagai pemimpin salah satu perusahaan ternama di ibu kota.

Hingga menjelang petang, Juna pergi tanpa sempat berpamitan kepada Nana. Namun, Juna tidak lupa menitip pesan kepada pelayan agar selalu menjaga Nana.

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

Juna co cuite

2023-06-10

0

Juan Sastra

Juan Sastra

jangan perusahaan yg di pimpin juna justru punya ayahnya nana

2022-10-20

0

Erna Sulastri

Erna Sulastri

gak jdi deh kiss nya😁

2022-03-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!