Bab 3-Kegugran
Nana ingin berlari dan cepat-cepat pergi dari tempat terkutuk itu, tapi apalah daya tubuhnya yang gendut tidak bisa diajak kompromi. Alhasil Nana hanya bisa berjalan tergesa-gesa menuju gerbang besi yang menjulang tinggi di depan mata, tapi belum sempat Nana menjangkaunya gerbang sudah tertutup secara otomatis.
"Kau nggak bisa ke luar dari sini tanpa ijinku!" teriak Jordy dari ambang pintu, ia melemparkan remote kontrol ke sembarng arah kemudian mendekati Nana.
Nana berusaha membukanya secara paksa, lengan dan punggung ia gunakan untuk mendorong gerbang itu, namun apa yang dilakukan berakhir sia-sia. Gerbang besi bercat putih itu tidak mau terbuka untuknya.
"Hapus foto-foto itu, atau kau terkurung di sini untuk selamanya!" ancam Jordy yang kini sudah berdiri di belakang Nana.
Nana menyembunyikan handpone di balik punggungnya, ia terjebak tidak bisa pergi ke mana-mana.
"Apa kamu takut aku menyebarkan bukti perselingkuhanmu ini? Kalau gitu kembalikan apa yang sudah kamu curi dariku!"
"Hey Nana! Aku lebih pintar dan lebih pantas memimpin perusahaan,sudahlah ikhlaskan saja untukku!"
Jordy mencekal pergelangan tangan Nana, ia berusaha merebut benda itu.
"Suatu hari nanti, kamu pasti menyesali perbuatanmu, Mas. Kamu akan datang dan mengemis maaf dariku!"
Nana tidak kehabisan akal, hanya sekali tindakan,ia sudah bisa membuat Jordy merintih kesakitan, wanita berambut ikal tersebut menendang selangka ngan Jordy, kemudian berlari ke belakang villa untuk mencari jalan tikus yang tersembunyi diantara semak belukar.
"Sia*! Tunggu pembalasanku, Nana!" Jordy terseok-seok mengejar Nana.
Sementara Zora, selesai berpakaian seperti semula, ia ikut mengejar Nana. Dilihatnya wanita gendut itu berlari ke arah lain, sedangkan Jordy terlihat mengejar sambil memegang pangkal pahanya.
"Kamu kenapa?"
Jordy menggeleng dan menunjuk Nana.
"Kejar dia, jangan biarkan dia melewati jembatan itu!"
"Iya!" Zora mengejar Nana yang sudah mulai menyebrangi jembatan kayu.
***
Tepat di belakang Villa, terdapat anak sungai yang mengalir deras, ada juga jembatan kayu menuju hutan-hutan di mana terdapat jalan tikus yang sudah jarang dilalui orang. Bahkan, Nana saja sudah lama tidak menginjakkan kaki di sana, tapi hari ini demi buah hati dan harga diri yang sudah diinjak tanpa ampun, Nana rela menerobos rintangan yang ada di depan mata.
"Akh... bertahanlah, Nak! Mama akan bawa kamu ke luar dari sini."
Perut Nana terasa kram, nafasnya pun tersenggal-senggal, letih, lelah, haus yang ia rasakan.
"Bertahanlah sayang, jangan khawatir ada Mama di sini." Dengan tertatih dan menahan sakit ia tetap berjalan di atas jembatan yang sudah rapuh tersebut.
Jordy dan Zora pun tidak mau kalah, mereka tidak mau menyerah sampai berhasil menghadang Nana.
"Mau ke mana, huh?" Zora menarik tangan Nana. "Dasar gendut, nggak semudah itu pergi dari sini!"
"Zora lepaskan, aku."
"Lepaskan? Yakin mau aku lepaskan?"
Zora menertawakan Nana.
"Sudah jangan banyak cerita, berikan ponselmu!" Jordy mengulurkan tangan.
"Mas... tolong bawa aku ke rumah sakit, perutku sakit," rintih Nana, wajahnya terlihat pucat pasih.
"Alasan, kau pergilah sendiri!" sentak Jordy.
"Tolong, demi anak ini ... selamatkan bayiku, Mas. Aku janji tidak akan mengganggu kalian."
"Hei gendut! Kamu nggak bisa bodohi kami, kamu pikir kami perduli sama kamu? Jangan harap!" Zora merebut ponsel Nana lalu melemarkan benda pipih itu ke sungai yang mengalir deras.
"Kenapa dibuang?" tanya Jordy seakan ponsel itu lebih berharga daripada nyawa anak dan istrinya sendiri.
Nana berusaha menahan sakit sembari memegang tangan Jordy dan Zora.
"Yang penting kita udah berhasil singkirkan bukti itu!"
Zora menghemaskan tangan Nana lalu menarik tangan Jordy. "Ayo kita pulang!" ajaknya tanpa mengkhiraukan Nana.
"Nggak! Sekali saja tolong aku, Mas. Aku sudah kehilangan semuanya hanya anak ini yang aku punya sekarang, aku nggak mau kehilangan dia juga. Tolong bawa aku ke rumah sakit."
Nana menahan Jordy dan mengiba agar suaminya mau mengantarkan ke rumah sakit, tapi Jordy dan Zora tidak perduli, mereka terus menghindar sampai Nana terjatuh ke sungai.
BYUR!!!!
"Nana!!!" Jordy menjerit melihat Nana terombang-ambing di air, semakin lama hanya tangan Nana yang terlihat.
"Apa dia bisa selamat? Gimana kalau dia ngelaporin kita ke polisi?"
Jordy semakin ketakutan, sorot matanya mencari tubuh Nana yang sudah hilang dari pandangan.
"Nana hamil anakku ... aku sudah membunuh mereka." Zordy gemetaran.
Zora merengkuh wajah Jordy.
"Dengarkan aku, kita bukan pembunuh! Kalau dia mati nggak ada hubungannya sama kita. Jadi kamu jangan khawatir lagipula nggak ada saksi yang lihat kejadian ini, lebih baik kita pergi dan lupakan semuanya!"
"Tapi_
"Sudahlah, ini lebih baik untuk hubungan kita. Satu-satunya penghalang sudah kita singkirkan, ayo kita pergi dari sini!"
Zora terus mensugesti Jordy sampai berhasil membujuk Jordy pergi dari lokasi kejadian.
***
Sementara Nana merasakan sakit saat punggungnya terbanting di sungai, pandangan Nana menjadi buram, bahkan air keruh itu mengisi paru-paru yang mengakibatkan ia kesulitan bernafas. Ketika masih sadarkan diri ia berusaha menjangkau apapun yang bisa diraih untuk menahan tubuhnya, tapi bobot tubuhnya yang berat semakin menarik dan menenggelamkan dirinya.
Sekilas, bayangan Zora dan Jordy yang sudah menghabisinya terlintas hingga akhirnya mata Nana terpejam dan ia pun kehilangan kesadarannya.
***
Dua hari kemudian.
Kelopak mata pasien wanita yang sudah dua hari terbaring di rumah sakit mulai terbuka lebar. Petugas rumah sakit yang berjaga langsung memanggil pria yang mengaku sebagai walinya.
"Pasien sudah sadar, Pak," ucap suster pada seorang pria yang menunggu di depan ruangan.
"Benarkah?" Wajahnya terlihat lebih ceria dari sebelumnya. "Akhirnya dia sadar juga. Boleh saya masuk?"
"Silahkan, Pak. Saya permisi memanggil dokter ahli yang menangani pasien."
Suster itu pergi.
"Aku janji, tidak akan membiarkanmu sendirian menahan penderitaan yang diakibatkan suamimu itu!"
Gerahamnya mengeras menahan amarah mengingat kondisi Nana yang mengenaskan saat pertama kali ditemukan di sungai. Bahkan, saat itu Arjuna pikir Nana sudah tidak bisa diselamatkan lagi, tapi ternyata Tuhan masih memberikan kesempatan Nana menikmati hidup.
Ceklek!
Dari ambang pintu Arjuna melihat Nana berusaha bangkit. Arjuna cepat-cepat mendekati tempat tidur pasien.
"Tetaplah berbaring seperti ini."
Arjuna menahan kedua pundak Nana melarang wanita bertubuh subur itu duduk sembarangan.
"Kamu masih lemah," imbuhnya sambil membenarkan letak bantal di kepala Nana. "Namaku Arjuna, aku bukan orang jahat."
Nana tidak menjawab sepatah katapun, bibirnya terasa keluh untuk berucap, matanya menatap sayu pada pria asing bertubuh tegap yang juga menatapnya.
"Minumlah." Arjuna menyodorkan pipet putih yang terhubung ke dalam segelas air putih. "Jangan khawatir, kamu ada di rumah sakit," terang Juna lagi.
"Rumah sakit?" Nana meraba perutnya. "Anakku ...anakku baik-baik saja, kan?"
Arjuna terdiam.
"Jawab ...kenapa diam saja?"
Nana histeris saat sadar kalau janinnya sudah tidak ada di dalam rahimnya.
"Jangan bilang kalau anakku nggak bisa diselamatkan!"
"Aku nggak mau kehilangan anakku!"
"Kenapa kalian pisahkan kami? Kenapa kalian ambil dia dariku?"
"Kenapa takdir sekejam ini?"
"Kembalikan anakku! Cepat kembalikan anakku!" Kehilangan terdalam membuat hidup Nana seakan mati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Kamiem sag
Alhamdulillah yaAlloh Engkau kabulkan doaku utk menggerakkan hati penulis spy ceritanya Nana kehilangan benih dari iblis Jordy spy kedepannya tdk ada ikatan apapun lagi antara Nana dan iblus Jordy
2023-06-10
0
Novianti Ratnasari
tinggal tunggu pembalasan Nana
2022-06-17
0
Shin Gao
bagus lah keguguran.buat apa pny ank dari cowok berengsek kyk Jordy
2022-03-26
0