Bab 20- Foto

Bab 20- Foto

Sebelumnya.

Arjuna hampir menghancurkan tablet berisikan informasi dari Teo beserta beberapa foto Nana dan Jordy yang semakin terlihat akrab. Ya, Nana tidak tahu kalau Juna menugaskan Teo untuk memantau Nana secara diam-diam. Rasanya Juna tidak bisa hidup tenang kalau Jordy terus berkeliaran di dekat Nana. Bukan sekedar cemburu buta, tetapi Juna khawatir Jordy menyakiti Nana seperti dulu.

"Kamu mau pergi kemana, Jun?" Wanita separuh baya yang duduk di kursi roda heran melihat Juna keluar membawa koper kecil milik pria itu.

"Juna harus kembali ke kantor, Bu. Ada pekerjaan yang nggak bisa diwakilkan. Jadi, Juna harus pulang."

"Kali ini kamu akan kembali membawa Nana pulang'kan?" Cairan bening sudah menggenang di pelupuk mata, rindunya kepada anak tercinta sudah tidak bisa dibendung lagi, di hari tua seperti ini ia menyesali egonya yang dulu pindah rumah dan memutuskan hubungan dengan Nana yang memilih menikah dengan Jordy.

Arjuna mendesahkan nafas bingung takut tidak bisa menepati janji. Pria ini pun berjongkok di depan ibu Nana dan memegang tangannya. "Juna usahakan bawa Nana pulang ke rumah, tapi ibu harus janji sembuh dulu. Biar Nana nggak sedih lihat keadaan ibu seperti ini."

"Ibu pasti sembuh, Jun. Tolong bawa Nana pulang, ya. Cuma kamu yang bisa ibu andalkan," ucapnya seraya mengelus lengan kekar Juna yang sudah beberapa hari menetap di rumahnya. Ia sangat bahagia ketika Juna mengatakan Nana ada di rumah pria itu. Juna pun pergi membawa janji akan kembali lagi bersama Nana.

.

.

.

Mobil yang dikemudikan Juna masih berada di pinggir jalan dengan keadaan mesin masih menyala. Ditatapnya wajah Nana yang masih mematung di bangku belakang.

"Kamu ngapain datang ke kantor Jordy sendirian? Gimana kalau dia nyakiti kamu atau berbuat macam-macam sama kamu?" Bentakan Juna membuat Nana terlonjak kaget.

"Ak-aku mau ngambil berkas-berkas penting di sana, Jun. Lagian kamu kok marah sih? Harusnya aku yang marah karena kamu pergi tanpa kabar sama sekali!"

Juna mengusap wajah berusaha meredam emosi. "Tetap aja kamu harus tau tempat. Dia bisa ngelakuin apapun untuk mendapatkan ambisinya. Itulah kenapa aku tugaskan Teo untuk menjagamu selama aku pergi!"

"Ya, kamu bisa memataiku sesuka hati. Sementara kamu sendiri pergi tanpa pamit. Kurang menyebalkan gimana lagi coba?" Nana tidak terima disalahkan. "Tapi kenapa kamu yang marah?"

Arjuna terdiam kemudian melajukan mobilnya lagi. Dia tidak Mau ketahuan kalau sebenarnya sedang cemburu. Juna sadar tidak punya hak apapun kepada Nana terlebih dari awal dia sendiri yang membiarkan Nana berhubungan dengan Jordy lagi.

***

"Aku hampir lepas kendali."

Arjuna mengguyur rambut di bawah air shower yang mengalir deras, begitu sampai di rumah ia dan Nana langsung masuk ke kamar masing-masing. Sepertinya wanita itu masih marah padanya. Juna pun memilih mendinginkan kepala agar lebih tenang dan bisa mengontrol emosinya.

Sementara di kamar lain, Nana menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia masih memikirkan wajah Juna yang sangat marah ketika mdmbahas masalah Jordy. Tapi, Nana tersadar tidak seharusnya ia memarahi Juna lagi, sebab selama ini Arjuna sudah banyak membantunya. Akhirnya Nana berencana meminta maaf kepada Juna.

Sudah dua kali Nana mengetuk pintu kamar Juna, tapi tidak ada sahutan dari dalam. Pintu kamar yang memang tidak dikunci itu ia ayun sampai terbuka lebar dan matanya langsung menangkap pemandangan yang sangat membuat terkejut, ia hampir tidak percaya melihat dinding kamar Juna dihiasi foto-foto dirinya.

"Jadi ini alasan Juna melarangku masuk ke kamarnya? Kenapa Juna memajang foto-fotoku di sini?" gumamnya sembari memerhatikan kamar Arjuna.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***