Bab 18- Buaya Berkepala Singa

Bab 18-Buaya Berkepala Singa.

Amarah menguasai wanita yang berada di luar Kafe yang sebagian dinding dan seluruh pintunya terbuat dari material berbahan kaca. Kedua tangan wanita itu terkepal kuat melihat dua orang berlainan jenis yang dudik di dalamnya terlihat sangat mesra, bahkan wanita yang memakai blezer warna hitam itu jelas duduk di pangkuan sang pria dan sangat berani mencium pipinya. Zora tentu tau siapa dua orang itu, awalnya ia mengira salah melihat. Tetapi ternyata wanita dan pria itu memang Mirna dan suaminya Jordy. Zora sungguh tidak terima dengan apa yang dilihatnya. Sialnya suaminya itu terang-terangan mencium tangan Mirna di depan umum.

"Tidak, sebaiknya aku pura-pura tidak tahu apapun sampai aku bisa buktikan kalau wanita itu memang Nana, bukan Mirna."

Zora yang semula ingin melabrak Mirna tiba-tiba mengurungkan niatnya, sebab tidak mau kegabah karena tahu Jordy akan marah bila dirinya membahas tentang Nana. Akhirnya ia kembali ke rumah membawa semua emosi yang masih membara. Sesampainya di rumah pun Zora masih memikirkan bagaimana cara bisa membuat Nana mengakui identitas yang sebenarnya.

"Kalau wanita itu memang Nana, aku yakin dia pasti mau balas dendam dan sekarang sedang menjalankan rencana untuk mengambil semua asetnya lagi. Tapi, kalau dia bukan Nana pasti sedang berusaha merebut Jordy dariku." Zora mondar-mandir di balkon kamarnya, ia mendadak takut kehilangan harta yang sudah menyenangkan hidupnya belakangan ini.

"Aku tahu seperti apa sifat Jordy. Kalau sampai dia tergoda sama Nana lagi, dia pasti suka rela kembali sama wanita itu dan mencampakkan aku." Zora hampir menjerit tidak terima, mebayangkan hal buruk itu membuat ia sakit kepala.

"Lebih baik aku bertindak sebelum terlambat!" Zora kembali masuk ke dalam kamar, setelah menikah ia hanya menguasai rumah dan butik tanpa mengubah nama kepemilikannya. Zora tidak mau senasib dengan Nana, hingga ia berencana membujuk Jordy agar mau mengubah surat-surat penting itu menjadi namanya, namun betapa terkejutnya Zora saat tidak menemukan surat-surat penting itu.

"Siska! Siska!" teriak Zora memanggil pelayannya. Siska pun berlari ke kamarnya. "Siapa yang bersihkan kamar ini?" teriaknya.

"Sa-saya, Bu."

"Siapa suruh kamu mindahin koper ini dari atas lemari? Lancang kamu berani sentuh-sentuh barang di kamar ini, jangan-jangan kamu lagi yang ambil sertifikat di dalam koper ini? Mau dipecat?" Zora tidak tahu sejak kapan koper itu berpindah tempat.

Suara Zora hampir memekakan telinga Siska, wanita itu langsung membantah ucapan sang majikan. "Bukan saya yang ambil koper itu dari atas lemari. Bukan saya juga yang ambil sertifikat itu, Bu." Siska takut dituduh lebih jauh lagi, Zora semakin kesal melihatnya. "Pak Jordy yang ngambil, Bu. Saya cuma disuruh bersihkan kamar ini aja."

"Jo-Jordy?" Wajah Zora menjadi pucat pasih, ketakutan semakin menyelimuti diri hingga akhirnya ia berlari ke ruang kerja Jordy. Tapi, apa yang dicari tidak ia temukan di semua tempat.

"Jordy nggak mungkin sebodoh itu." Zora menolak pikirannya tentang kemungkinan Jordy mengulangi hal yang sama seperti yang pernah dilakukan kepada Nana dulu.

***

Sebagai seorang pria dewasa yang normal, tentu Jordy sangat berna*su dengan Mirna. Jangankan duduk berdekatan, melihat bibir dan lekuk tubuh wanita itu saja sudah membuat sesuatu di dalam dirinya berkedut dan mendamba, tapi sepertinya Jordy harus sabar menunggu sebab Mirna masih terkesan malu-malu dan tidak seagresif Zora.

"Kenapa sih daritadi liatin aku terus?" tanya Mirna, pura-pura tidak tahu apa yang diinginkan suaminya. Dari tatapan mata saja sudah menjelaskan kalau pria itu sedang berpikiran mesum.

Tadi, Jordy sengaja mengajak Mirna ke kantor agar mereka bisa leluasa ngobrol berdua tanpa dicurigai orang lain. Mirna terpaksa mengiyakan karena sangat merindukan tempat ini. Dan akhirnya sampailah Nana di ruangan yang dulu menjadi tempatnya mencari uang.

Jordy berpindah duduk ke sisi Mirna dan langsung merangkul pinggang ramping Mirna yang bak gitar spanyol tersebut, tindakannya membuat wajah mereka nyaris tanpa jarak, bahkan hembusan nafas Mirna begitu terasa hangat menerpa wajah Jordy.

"Kenapa kamu bisa secantik ini? Rasanya aku ingin mengurungmu di sini sampai besok pagi," bisik Jordy sengaja menggoda Mirna. Jordy mencoba memancing gair*h Mirna. Siapa tahu kali ini umpan yang dilepas dimakan ikan.

Mirna menelan ludah ketika tangan Jordy meremas pinggangnya, sentuhan itu membuat ia meremang seketika, namun batin Mirna menolak bisikan Jordy yang membuat ia teringat akan masa lalu yang pernah mereka lewati berdua di rumah dan tempat ini.

"Berani mengurungku, hem?" Tangan Mirna sengaja meraba rahang Jordy agar menciptakan sedikit jarak diantara mereka. "Memangnya mau melakukan apa sampai besok?"

Jordy sekilas memejamkan mata. "Tentu saja melakukan hal yang seharusnya dilakukan orang dewasa." Kemudian ia membuka mata dan meraba bibir ranum Mirna. "Bolehkah?" Ia bertanya dengan tatapan mendamba.

Mirna seperti terkurung di kungkugaan singa jantan yang kelaparan. Jangankan berlari, bergerak pun susah. Urat malu Jordy memang sudah putus kali ini. Mirna masih terdiam memikirkan cara menolak Jordy.

"Mas, ak---

Jordy memungkas ucapan Mirna. "Kenapa? Apa perlu bukti lagi? Ayolah kamu sudah menyimpan bukti cintaku. Sekarang giliran kamu membuktikan ini untukku. Hanya ini ... sebentar saja," lirihnya menuntut.

"Ehm, jangan sekarang ya. Aku takut keterusan nanti kamu yang rugi." Mirna mendorong Jordy sampai punggung pria itu bersandar di sofa.

"Kenapa aku yang rugi?" Bertanya dengan kerutan di kening.

"Aku lagi datang bulan dan perut aku sakit banget. Aku boleh mintak air hangat, gak?" pinta Mirna sembari memegang perutnya.

Di ruangan ini hanya disediakan lemari pendingin beserta isinya. Tidak ada air panas yang bisa diberikan untuk Mirna.

"Tunggu sebentar biar aku ambilkan." Meskipun kecewa, Jordy tetap berlari ke pantry.

"Syukurlah buaya darat berkepala singa itu percaya." Seperginya Jordy dari ruangan itu Mirna mematikan CCTV dan bergegas mencari berkas-berkas penting di ruangan itu. "Disimpan di mana, sih?" Tangannya gemetaran memeriksa beberapa berkas yang ada di dalam laci dan lemari, namun apa yang ia cari tidak ada di sana. Karena takut ketauan Jordy, akhirnya Mirna menyembunyikan kamera kecil di tempat yang tidak terjangkau orang lain dan kemudian kembali duduk di sofa setelah sebelumnya mengaktifkan CCTV lagi.

.

.

.

"Maaf, ya lama. Ini air hangatnya," ucap Jordy seraya memberikan segelas air hangat kepada Mirna. "Perutnya masih sakit?"

"Udah lumayan, kok. Maaf ya ngerepitin kamu. Harusnya kamu suruh orang lain tadi," jawab Mirna setengah mengumpat dalam hati karena tidak berhasil mengambil surat-surat penting yang bisa membuat ia mendapatkan perusahaan ini lagi.

"Nggak masalah. Apapun aku lakukan untuk kamu." Jordy tersenyum manis kemudian mengelus rambut Mirna tanpa bisa dihindari wanita itu.

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

Mirna eh... Nana maksudku, keren tenan
cekatan

2023-06-10

0

Defi Danny Firmansyah

Defi Danny Firmansyah

sabar Nana...satu2 dlu kalau mau ambl balik harta kamu...pelan2 biar Jordy terlena dlu...

2022-04-19

0

Ana_Mar

Ana_Mar

next

2022-04-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!