Bab 4- Pria Asing

Bab 4- Pria Asing

Disaat Nana masih histeris. Dokter ahli kandungan yang menangani Nana datang menjelaskan kondisi janin Nana.

Saat itu, ketika Nana tiba di rumah sakit sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri dan mengalami pendarahan hebat hingga akhirnya kandungan Nana yang baru menginjak usia 13 minggu benar-benar tidak bisa diselamatkan.

Mau tidak mau akhirnya Nana terpaksa menerima kenyataan pahit ini, ia sudah lebih tenang dan duduk bersandar di tempat tidur pasien.

"Harusnya biarkan aku mati bersama anakku! Bukan malah membawaku ke sini dan mengaku sebagai waliku!" Nana bicara ketus pada Arjuna yang sudah lancang mengaku sebagai walinya.

Juna yang sedang mengupas kulit aple untuk Nana bicara tanpa melihat wajah Nana.

"Kamu pikir aku sekejam itu?Aku masih punya pikiran dan perasaan untuk menyelamatkan nyawa orang lain!"

Nana berdecih. "Sombong sekali.... "

Juna melihat Nana.

"Lebih baik jadi laki-laki sombong daripada jadi laki-laki kejam yang cuma bisa menyakiti hati wanita," cetusnya sambil tersenyum sinis.

'Benar juga, cuma ada satu laki-laki kejam di dunia ini. Dia bahkan tega menghabisi istri dan anaknya.'

Nana membatin, wajah semakin sendu.

"Makanlah, sebaiknya jangan terlalu banyak berfikir. Itu tidak baik untuk mental dan kesehatanmu."

Juna memberikan piring berisi buah apel yang sudah dipotong kecil-kecil.

Nana hanya mengambil sepotong saja.

"Ehmmmm, selama aku tidak sadarkan

diri, apa ada orang lain yang datang menjengukku?"

"Tidak seorangpun, memangnya kamu berharap siapa yang datang?" Juna kembali bertanya.

Nana mengunyah buah dan membuang muka. "Lupakan!"

Nana bodoh! Bisa-bisanya berfikir kalau Jordy akan datang mencarinya, padahal si brengs*k itu yang menyebabkan ia hampir kehilangan nyawa.

"Boleh aku tanya sesuatu?" tanya Juna setelah mereka diam beberapa saat.

Nana melirik Juna.

"Apa kamu seorang detektif yang mau mengintrogasiku?"

"Anggap saja seperti itu." Arjuna meletakkan piring di meja kemudian duduk di tepi tempat tidur pasien, tangannya meraih wajah Nana sampai melihatnya.

"Kamu mau apa?"

Nana menepis tangan Juna, takut Juna berbuat buruk padanya, meskipun Juna sudah menolongnya, tapi tetap saja mereka adalah dua orang asing yang tidak saling mengenal satu sama lain.

"Aku melihatmu terombang ambing di sungai, apa kamu sengaja mengakhiri hidupmu atau ada orang lain yang melakukannya?"

Bibir Nana bergetar air matanya jatuh membasahi pipi, pertanyaan Juna mengingatkannya pada kejadian terkutuk itu. Namun, Nana memilih diam saja.

"Dari ekspresi wajahmu aku tahu, kamu baru saja melewati masa yang sulit." Juna menghapus air mata Nana.

"Jangan sok tau!" ketus Nana, tidak suka disentuh laki-laki asing ini.

Arjuna tersenyum. "Nana Delina ... nama yang cantik."

Nana semakin bingung. "Dari mana kamu tahu namaku? Oh, kamu melihat kartu identitasku, kan?"

"Sayangnya salah, kamu ditemukan tanpa identitas apapun!"

Arjuna bersedekap dada, ntah mengapa ia betah memandang wajah wanita gendut ini. Meskipun wajahnya hampir dipenuhi jerawat, tapi kecantikan Nana masih terpancar nyata.

Nana yakin kalau dompet berisi kartu identitas dan sejumlah uang itu hilang terbawa arus sungai.

"Jadi, kamu memang detektif? Atau mata-mata yang dikirimkan suamiku?" tanya Nana.

"Suamimu?" Raut wajah Arjuna semakin dingin. "Jadi, dia yang menyebabkanmu ada di sana?"

"Itu bukan urusanmu!"

"Dulu tidak, tapi mulai sekarang itu akan menjadi urusanku! Suka atau tidak kamu sudah menjadi tanggung jawabku!"

"Kamu pikir kamu siapa? Jangan hanya karena sudah menolongku, kamu bisa seenaknya seperti ini. Kalau aku bisa milih pun lebih baik aku mati bersama anakku!" Nana semakin kesal.

Arjuna mencondongkan tubuhnya lebih dekat dekat dengan Nana, pria tampan yang dianugerahi sepasang alis tebal ini menatap Nana dan berhasil membuat Nana tidak berkutik.

"Mengakhiri hidup bukanlah solusinya kalau kamu mati maka mereka yang telah menyakiti dan mengkhianatimu akan menari dan bernyanyi di atas pusaramu!"

"Kamu semakin mencurigakan, pertama tahu namaku dan sekarang kamu tahu aku sudah dikhianati suamiku, kalau bukan detektif ... jangan-jangan polisi?" Nana menebak asal.

"Sudah jangan banyak tanya nanti kamu bisa semakin penasaran."

"Aku harus waspada dengan orang asing sepertimu. Bisa saja kamu bekerja sama dengan suamiku!"

Arjuna tertawa. "Kalau memang aku mau melenyapkanmu, untuk apa aku buang-buang waktu menolongmu? Lebih baik dari awal kubiarkan kamu dimakan buaya di sungai sana!" cetus Arjuna.

"Kamu ngejek? Sekalian aja bilang kalau buaya suka makan daging wanita gendut sepertiku!"

Wajah Nana merengut, ia kesal karena secara tidak langsung Juna sudah mengejek fisiknya. Semua laki-laki sama saja, mereka hanya memandang wanita dari fisiknya saja.

Tawa Arjuna memudar.

"Maaf, aku nggak bermaksud mengejek atau menyinggung perasaanmu. Bagiku, mau seperti apa fisikmu, kamu tetap cantik, tangguh dan istimewa, jadi jangan pikirkan sesuatu yang akan merusak semangatmu. Lebih baik fokus memulihkan kesehatanmu agar kamu bisa keluar dari rumah sakit."

Ucapan Arjuna semakin membuat Nana penasaran, ntah mengapa Nana merasa kalau Arjuna tau banyak tentangnya.

"Kamu semakin misterius, sebenarnya kamu siapa, sih?" tanya Nana menuntut jawaban.

"Kalau kamu mau tau siapa aku, kamu harus tinggal di rumahku."

"Di rumahmu?"

"Iya, memangnya kamu punya tempat tujuan yang lain?"

Juna sudah menyelidiki informasi yang berkaitan dengan Nana dan yakin kalau saat ini Nana sudah kehilangan tempat tinggalnya.

"Apa kamu bisa dipercaya?"

Arjuna mengangguk yakin.

"Aku satu-satunya orang yang bisa kamu percaya dan nggak akan pernah mengkhianatimu!" jawab Arjuna.

Nana masih ragu ada orang asing begitu perduli padanya. Suami dan sahabatnya saja tega mengkhianatinya, apalagi pria misterius ini?

***

Tiga hari kemudian.

Kondisi Nana sudah sangat membaik, tiga hari ini Arjuna selalu datang untuk melihat keadaan Nana. Padahal, Nana selalu mengusir Arjuna, tapi pria ini bersikeras menemani Nana di rumah sakit. Hari ini dokter sudah mengijinkan Nana pulang. Setelah menyelesikan administrasi, Arjuna mengajak Nana pulang ke rumahnya.

"Di rumahmu ada siapa aja? Aku takut mengganggu dan merepotkan kalian," ucap Nana setelah Arjuna melajukan mobilnya.

"Nggak ada yang merasa direpotkan, anggap aja rumah itu seperti rumahmu sendiri."

'Hah, apa itu artinya kami cuma tinggal berdua di rumah itu?'

'Gimana kalau Arjuna punya niat jahat atau mau menjadikanku budak naf sunya.'

'Nggak mungkin, di luar sana masih banyak perempuan yang lebih cantik dan lebih sempurna dari aku, mana mungkin Juna mau melirik perempuan gendut seperti aku.'

Nana terus membatin, perbuatan Jordy dan Zora sudah membuatnya trauma. Jadi, Nana berusaha menghindari siapapun yang ada di sekitarnya.

"Kalau kamu mau menolongku, apa bisa kamu berikan tempat tinggal yang lain? Maksudku, kita tidak harus tinggal di bawah atap yang sama, kan?"

"Ditolong kok nawar?" Juna terkekeh, "Terus kamu mau tinggal di mana? Kamu mau si brengs*k itu menemukan dan nyelakai kamu lagi?"

Nana terdiam. Tentu saja tidak, dalam waktu dekat ini ia tidak mau bertemu Jordy yang akan semakin membuatnya terluka.

Arjuna yang saat itu masih fokus menyetir pun melirik Nana sekilas.

"Jadi, apa rencanamu setelah ini?"

Nana menatap Nanar ke luar jendela, ia tidak mau Arjuna melihat air mata yang tiba-tiba jatuh membasahi pipinya.

"Aku ingin membalas perbuatan mereka, tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana," ucap Nana lirih sembari menyeka air mata menggunakan punggung tangannya.

"Mereka harus merasakan sakit lebih dari yang aku rasakan," gumam Nana penuh dendam.

Sekuat-kuatnya Nana menyembunyikan air mata dan sakit hati yang masih menganga, namun tetap saja Nana tidak bisa menahan sesak di dada. Hingga akhirnya tangisan Nana pecah di dalam mobil.

Arjuna yang mendengarnya pun hanya bisa terdiam dan membiarkan Nana menangis mungkin untuk yang terakhir kali.

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

Semangat Na
ingat Gusti Alloh gak tidur
banyak in doa ya sayang
moga penulis sehat selalu

2023-06-10

0

Fatma Kodja

Fatma Kodja

suami laknat seperti Jordy itu harus di balas dengan cara elegan, Nana harus merubah diri dengan cara diet dan merubah penampilan yang jelas menggunakan scene scare agar wajah tambah glowing

2022-09-15

3

Sidieq Kamarga

Sidieq Kamarga

Semangat Nana, kumpulkan kekuatan lahir dan bathin, percaya dengan orang yang menolongmu dan persiapkan dirimu untuk membalas para durjana itu !!!!

2022-05-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!