Bab 16

Mira hanya tersenyum.

"Kalau Radit sampai tahu lo punya fans sejati kayak Nathan, kira - kira dia cemburu nggak ya, Mir?" tanya Keisya penasaran.

"Nggak lah " jawab Mira mantap.

"Kok lo bisa yakin banget gitu sih?" tanya Keisya lagi.

"Aduuuhhhh, Kei sumpah ya hari ini lo tuh kepo banget deh."kata Mira mulai jengkel.

"Lagian, kenapa sih topiknya harus Radit mulu? Bosen tau.." protes Mira tak habis pikir.

"Hehehe, habis suami lo itu ganteng banget sih" Kata Keisya langsung mesem - mesem. Kalau aja Mira punya rasa ke Radit, pasto saat ini dia udah di getok sama tu anak.

"Pulang sekolah kita nengokim Tiara, kan?" tanya Mira, mencoba mengganti topik pembicaraan.

"Jadi dong, ini aja dia udah ngechat gue, dia ngancem kalau sampe kita nggak dateng besukin dia, dia bakal bunuh diri" seru Keisya membacakan pesan chat dari Tiara.

"Hahahaha" Mira tertawa terbahak - bahak mendengarnya. Dia nggak bisa menahan diri untuk nggak ketawa di situasi ramai seperti sekarang.

Memang ini lah Mira, cewek yang nggak pernah jaim. Kaau dia pengen ketawa, dia bakalan ketawa sekenceng - kencengnya, dia nggak akan peduli walaupun semua orang akan terganggu karnanya.

Kalau dia lagi sedih, maka dia akan nangis walaupun itu di depan umum. Tapi rasanya itu cuma pernah terjadi beberapa kali, waktu papanya meninggal.

Terus kalau dia lagi bad mood atau lagi kesel sama seseorang, dia akan marah semarah - marahnya, tanpa ampun. Mulutnya kalau dah ngocej, itu pedesnya ngalahin cabe, kalau dah jutek, mukanya kayak preman pasar.

***

Sesuai janji, pulang sekolah Mira dan Keisha main ke rumah Tiara. Mereka berdua langsung disambut oleh pembantu di rumah itu yang latah nya nggak ada tandingannya. Mira sama Kesya paling suka ngerjain bibi ijum, dikit-dikit dikagetin. Cuma Bi ijum yang selalu setia nemenin Tiara. Orang tua anak itu super sibuk, jarang pulang lantaran selalu ada dinas di luar kota.

"Lo Uludah ke dokter belum?" tanya Mira sambil menempelkan punggung tangannya ke jidat Tiara.

"Panas banget, Ara suhu tubuh lo pasti 39 ya?"tanya Mira.

Tiara melongo. "Kok lo tau?"

"Yeeee, gue kan calon dokter," kata Mira membanggakan diri.

" Hihihi, iya lupa" Tiara yang wajahnya udah pucet banget, pasti bisa cekikikan kalau udah sama sahabat-sahabatnya.

Terkadang dia terlihat kasihan, punya orang tua lengkap tapi kayak nggak punya orang tua. Orang tuanya sama sekali nggak merhatiin anaknya, mereka selalu lupa kalau anak itu nggak melulu bisa bahagia, cuman dengan dikasih uang banyak doang, mereka juga butuh perhatian apalagi kalau lagi sakit kayak gini.

****

Di rumah

Mira sampai di rumah pada pukul 9 malam, dan ternyata Radit sudah pulang ke rumah lebih dahulu, cowok itu terlihat sedang duduk di depan ruangan Tv sambil memakan berbagai macam cemilan. Mira yang baru pulang yang merasa sangat capek, ia langsung naik darah saat melihat bungkus makanan Radit bertebaran dimana - mana, belum lagi kulit kacang yang dibuang sembarangan.

"Radit! rumah ini tuh nggak ada pembantu, lu jangan seenaknya gini dong dong" marah Mirah. Tapi cowok itu sama sekali enggak mengurusnya, Iya masa bodoh dan tetap membuang Kulit Kacang sembarangan.

"Radiiiiit"

"Apaan sih? Pulang-pulang marah - marah gitu, Udah jam berapa ini?" Radit menunjukkan arloji tangannya ke arah Mira agar Mira bisa melihat kalau sekarang udah malam.

"Ya tadi kan gue udah izin, gue ke rumah Tiara, dia sakit jadi gue nemenin dia sampai dia tidur" kata Mira membela diri.

"Lo tau nggak gue laper? Gue hampir mati kelaparan tau nggak."rutuk Radit.

Mira merasa bersalah, walau bagaimana pun Radit tetap lah suaminya, sudah kewajibannya sebagai seorang istri untuk mengurus cowok itu termasuk memberinya makan.

" Ya maaf, Lagian Kenapa lu nggak pesan pizza atau apa kek sampai gue pulang?" Mira duduk di samping Radit, ia Ikut mencomot kacang kulit yang dipegang Radit dan memakannya.

"Gue nungguin elo bego!" jawab Radit cepat.

Mira langsung tersedak mendengarnya." Hahaha, serius?" tanyanya nggak percaya.

"Enggak usah berisik deh!." lalu dia meraih ponselnya yang ada di atas meja.

"Gue mau pesan delivery, lo mau apa?" tanyanya sambil memencet nomor telepon restoran fast food.

"Udah nggak usah, biar gue masakin aja," kata Mira menawarkan diri.

"Emang lu bisa masak?" tanya Radit ragu.

"Bisalah!" jawab Mira tanpa keraguan.

"Lagian kan sayang kalau persediaan makanan di kulkas segitu banyaknya enggak pernah dimasak," katanya sambil berlalu pergi, membiarkan Radit yang masih bengong karena nggak percaya dia bisa masak.

Mira memamerkan keahliannya dalam hal memasak, sementara Radit duduk di meja makan untuk menyaksikannya. Ternyata tuh cewek emang nggak cuma ngomong doang, dia beneran jago masaknya. Caranya memotong sayuran, bawang, dan mengupas berbagai bahan dapur sangatlah mahir.

"Dit, Tolong ambilin botol kecap dong" suruh Mira, karena letak botol kecap itu terlalu tinggi jadi dia nggak bisa menggapainya.

Radit pun bangkit dari duduknya, dia berjinjit untuk bisa mengambil kecap itu. Setelah berhasil, diberikannya ke Mira, lalu dia kembali duduk ke tempatnya.

"Sausnya juga sekalian" suruh Mira lagi.

Lagi-lagi Radit berdiri mengambil saus, lalu duduk lagi.

"Itu merica yang di botol putih ambilin juga dong" suruh Mira lagi.

Karena merasa dipermainkan, Radit pun menggeram."Kenapa nggak sekalian aja sih?" protesnya. Dia kembali mengambil botol merica yang dimaksud Mira.

"Ihhhhh, Protes aja, mau makan nggak?" Radit langsung diam saat mendengar ancaman Mira. Dia nggak beranjak dari tempatnya berdiri, antisipasi kalau kalau Mira menyuruhnya mengambil sesuatu lagi di lemari atas.

Akhirnya kegiatan masak-memasak pun selesai. 2 jam Mira membuat Radit harus menahan lapar, tapi ternyata enggak mengecewakan, Mira memasak berbagai menu lezat yang sangat menggugah selera nya. Ada capcay udang, ayam cabe hijau, udang bakar madu, dan sambal yang enak nya udah kayak di restoran berbintang.

"Gue nggak nyangka lo bisa masak" kata Radit berkomentar. Dia sangat menikmati bau harum yang berasal dari makanan-makanan itu. Air liurnya sampai mau menetes, terutama sambalnya, Radit sangat tertarik untuk langsung menghabiskannya.

"Cewek itu emang harus bisa masak" jawab Mira tanpa merasa besar hati sedikit pun. Mira melayani Radit layaknya seorang istri yang baik, dia mengambil kan cowok itu nasi dan menuangkan minum, nggak terlihat wajah angkernya yang selama ini yang selalu dia pasang.

"Gue nggak nyangka kalau ternyata lo dewasa juga gue pikir lo itu cuma cewek manja yang kerjaannya cuma teriak-teriak doang dan apa - apa minta dilayani, Samalah kayak cewek cewek pada umumnya"

Mira tersenyum mendengarnya."Dulu waktu ada papa sih Iya, tapi sejak Papa nggak ada, gue enggak punya alasan lagi buat manja manja, gue pengen jadi anak yang bisa membuat Papa bangga"

Tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!