Bab 4

Mama menghampiri Miran, kemudian dia menggandeng tangan Mira dan membawanya untuk mendekat ke tamu mereka.

"Mira, ini Om Efendi dan tante Kinan, ayo kasih salam." suruh mama begitu Mira sudah sampai fi antara mereka.

Mira memaksakan dirinya untuk tersenyum semanis mungkin, dia menyalami Om Efendi terlebih dahulu, lalu tante Kinan. Sebenarnya Mira sudah pernah bertemu dengan sahabat papanya ini tapi itu dulu banget, waktu dia masih berusia sepuluh tahun kalau tidak salah.

"Mira ini benar - benar cantik loh Meisya, mirip sekali dengan papanya." puji tante Kinan sambil membelai wajah Mira lembut.

"Nggak nyesel dong di jadiin mantu.." canda mama

Mira mendelik kepada mamanya." mama apa - apaan sih! Malu - maluin aja!" rutuk Mira dalam hati.

"Mana mungkin menyesal, wong dapetnya mantu secantik ini" kata Kinan. Sama halnya dengan Mira, Radit pun sangat jengkel saat mendengar ucapan maminya itu.

Papi Radit yang sejak tadi cengengesan, berdehem - dehem agar Radit segera di perkenalkan dengan Mira. Dua wanita yang udah bersahabat sejak lama itu, nggak akan bisa berhenti mengobrol kalau nggak di ingetin, maklum efek udah lama nggak ketemu.

"Eh iya jadi lupa, Mira ini anak tante satu - satunya, namanya Raditya." kata tante Kinan memperkenalkan putra nya.

Senyuman Mira yang terpaksa itu langsunh lenyap. Keningnya berkerut, dia merasa mengenal cowok itu dengan baik.

"Ini kan cowok yang... OMG kok bisa dia sih?! " ingatan Mira langsung berada pada saat dia bertemu dengan cowok yang hampir menabraknya kemaren sore, cowok yang dengan kasarnya memaki - makinya, serta dengan kejamnya membuat seragam dan bajunya kotor.

"Elo kan...." kata Mira sambil nunjuk Radit.

Radit menatap Mira, seperti sedang berusaha untuk mengingat - ingat sesuatu.

Klik!

Dia ingat, Mira ini cewek yang saat itu nyebrang sembarangan dan hampir di tabraknya. Cewek jutek dan juga ngeselin yang membuatnya langsung bad mood pada saat itu.

"Ganteng kann" bisik tante Rasti sambil menyenggol tubuh Mira. Mira meringis, bisikan tantenya itu terlalu nggak tau situasi dan kondisi.

"Cowok kayak gini di bilang ganteng? Buta kali ya tante..." gumam Mira dalam hati.

"Elo kan cewek stres yang mau bunuh diri di depan mobil gue itu kan?" kata Radit ikut menunjuk wajah Mira.

Senua mata langsung tertuju kepada Mira, mereka mengira kalau kata - kata Radit itu serius. Mama Mira sampai kaget banget mendengarnya, matanya terbelalak lebar dengan perasaan cemas.

"Mira, kamu beneran mau bunuh dirin" tanya mama spontan.

"Bohong ma! Jelas - jelas dia kok yang mau nabrak aku, dia tuh yang mau ngebunuh aku." jawab Mira membela dirinya, agar terkesan Radit yang bersalah.

"Radit! Benarkah itu?!" tanya papi sedikit marah.

"Nggak lah pi, dianya aja yang nyebrang sembarangan udah kayak nenek - nenek rabun, untung aja gak ke tabrak." jawab Radit ikut membela dirinya sendiri.

Semua orang menatap kedua remaja itu, dan mereka merasa ada yang aneh dengan cerita mereka.

"Kalian saling kenal?" tanya tante Rasti penuh selidik.

"Nggak!" jawab Mira dan Radit barengan.

Mama Mira dan mami Radit saling bertatapan, sama - sama bingung dengan hubungan anatara kedua anak mereka itu. Ditanya kenal, nggak. Dibilang nggak kenal, tapi saling mengejek ,terus apa dong namanya?

"Udah yok kita langsung makan aja,udah pada laper kan?" ajak mama Mira sambil sedikit bercanda, untuk mencairkan suasana.

Makan malam pun berlangsung dengan penuh cerita di masa lalu, ini sih namanya reuni antar mama Mira, tante Rasti dan orang tua Radit, mereka berempat bercerita tanpa memperdulikan dua remaja ini yang sama sekali nggak ngerti dengan apa yang mereka bicarakan.

Sesekali Mira dan Radit ikut tertawa ketika hal yang di bicarakan mengandung unsur lucunya, lalu diam ketika hal yang di bicarakan menjadi serius. Terkadang Mira dan Radit saling melirik tajam tapi nggak lama, setelah itu mereka berdua sama - sama buang muka.

****

Kesya dan Tiara yang lagi nobgkrong di cafe tempat biasa mereka nongkrong kalau malam minggu,ternyata sama gelisahnya dengan Mira. Mereka berdua berulang kali melirik layar ponsel. Menunggu kabar dari Mira tentang seperti apa cowok yang di jodohkan dengannya.

"Menurut loh ganteng nggak?" tanya Tiara

"Nggak, pasti kayak Datuk Maringgi" jawab Kesya. Mereka berdua pun tertawa terbahak - bahak.

"Tapi menurut gue pasti calon suaminya itu ganteng, soalnya kan dari luar negeri, pasti keren banget dong." Kata Tiara sambil menerawang.

"Yeeee... Kan sekolahnya aja di luar negeri, tetap aja dia orang Indonesia." kata Kesya memukul lengan Tiara pelan.

"Hmm... Gimana kalau kita taruhan?" ajak Tiara

"Oke" Kesya langsung menerima tantangan itu, dia sangat yakin kalau cowok yang di jodohkan dengan Mira itu pasti mirip Datuk Maringgi, tua dan kaya raya.

****

Setelah acara makan malam yang cukuo membosankan itu selesai, acara menegangkan pun menggantikannya. Kali ini, obrolan beralih ke soal perjodohan antara Mira dan Radit.

Hanya orang - orang yang berkomplot dengan rencana ini saja yang antusias. Sementara sang calon kedua mempelai, sama sekali nggak terlihat bersemangat.

"Mira, mungkin mama kamu sudah memberitahu tujuan om dan keluarga om datang kesini, tapi Om pengen kamu tahu bahwa lebih dari itu semua, tujuan dan niat kami adalah baik, yaitu ingin menjaga serta melindungi anak -anak kami agar tidak jatuh ke tangan yang salah." Om Efendi mulai berbicara, nada yang nggak terlalu formal namun serius.

Mira hanya diam mendengarkan, matanya terus menerus melirik ke arah Radit yang juga diam, sepertinya kendali penuh di pegang oleh papanya.

"Iya sayang, tante juga berharap kamu nggak terbebani dengan rencana ini, kamu cukup berpikir yang positif aja, kalau perjodohan ini bukan untuk menyakiti kalian, tapi ini semua di lakukan semata - semata hanya untuk membuat kalian bahagia." timpal tante Kinan.

"Bahagia?" gumam Mira dalam hati.

"Mbak Kinan dan mas Efendi, saya mewakili almarhum suami saya untuk menyetujui lamaran ini" kata mama secara sepihak.

Mira menoleh pada mamanya. " Mama kok ngambil keputusan sendiri sih? Nyebelin banget!" pikir Mira.

"Alhamdulillah...." seru Om Efendi dan tante Kinan dengan penuh suka cita. Semua bahagia, kecuali dua orang yang akan di nikahkan itu.

"Kalau gitu, gimana kalau kita percepat saja pernikahan nya, nggak perlu bertunangan lagi" kata Om Efendi.

"Gimana kalau tiga minggu lagi? Berbarengan dengan ulang tahun Mira dan Radit" usul tante Kinan.

Mira dan Radit sama - sama menoleh kaget, mereka sama - sama nggak kepikiran kalau bakalan di nikahin secepat ini.

"Pi, mi, apa tidak terlalu cepat? Seenggaknya minimal tunggu sampe Radit lulus sekolah dulu kan bisa."protes Radit.

Tbc

Terpopuler

Comments

Desak Mariasih

Desak Mariasih

lanjut

2022-05-02

0

El_Tien

El_Tien

baca sampe sini nanti lanjut lagi yaa

2022-03-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!