Ban 14

" Hahahahaha," Radit tertawa terbahak-bahak. Lalu ia berdiri dan meninggalkan Mira sambil masih tertawa. Suara tawanya semakin samar-samar ketika dia naik ke atas.

"Ruang tamu berantakan, jangan lupa dibersihin!" kata Radit sambil berteriak, lalau terdengar suara pintu yang ditutup.

"Iyaaaaa, Mas Raditya," jawab Mira dengan nada yang dibuat sengaja seperti seorang pembantu, lagi-lagi terdengar suara tawah Radit yang menggema di di lantai atas.

Mira melakukan tugas pertamanya sebagai seorang istri yang baik, yaitu membereskan rumah. Rumah yang baru ditempati emang nggak berantakan banget, tapi berdebu. Jadi, dia harus mulai dengan menggunakan vacuum cleaner.

"Ini gimana Cara pakainya ya?" tanya Mira pada alat vacuum cleaner itu. Dibolak-balik nya selang penyedot itu, karena nggak ada tombol apapun, dia beralih ke body mesin, sambil berjongkok dipencet nya tombol on agar alat itu menyala, tapi nggak nyala juga. Rusak kali ya.... Mira akhirnya menyerah, dia kembali berdiri sambil berkacak pinggang.

"Radiiiittttt.....!" panggil Mira dengan berteriak, nggak ada sahutan sama sekali

"Radiiiiiittttt....!" ulangnya lagi, lebih keras. Terdengar suara pintu yang dibuka, lalu ditutup. Menandakan kalau cowok itu keluar dari kamarnya.

" Apaan sih?" keluh Radit menuruni tangga.

" gue mau bersih-bersih pakai ini, tapi nggak mau nyala." beritahu Mira.

Begitu sampai di bawah, Radit langsung mendekati Mira dan memeriksa alat penyedot debu itu. Setelah tahu apa penyebabnya, dia langsung geleng-geleng kepala.

"Wajar aja nggak nyala, ini aja nggak dicolokin." dia menarik kabel hitam yang ada pada tempatnya hingga panjang, lalu di colokannya kabel itu ke kontak listrik. Dia memencet tombol yang tadi dipencet Mira, terdengar suara berdesing yang cukup ringan, pertanda kalau alat itu sudah menyala dan berfungsi.

"Bego!" kata Radit sambil menoel kepala Mira.

"Hehehehe," Mira nyengir sambil mengambil selang penyedot.

Radit duduk di atas sofa dengan satu kaki di letakkannya ke atas meja saat nilai sibuk dengan alat penyedot debu nya. Dia menyetel TV dengan volume keras, ia sengaja melakukan itu agar Mira jengkel.

suara TV dan suara alat penyedot debu yang sama-sama berisik seolah saling berlomba-lomba untuk menang. Mira merasa kepalanya langsung sakit, seumur hidup dia nggak pernah bersihin rumah, semuanya selalu dikerjain sama pembantu.

" Radiiiiittttt!" teriak Mira

Radit menoleh." Apaan sih teriak - teriak, kayak lu jauh aja"

"Suara tv-nya di kecilin aja, berisik tahu, gue pusing nih dengernya." suruh Mira sambil menjambak rambutnya sendiri hingga.

"Bodooo!" Radit malah semakin membesarkan volumenya.

"Eerrrggghh..." Mira mengepalkan kedua tangannya membentuk tinju. Tapi.... Aha! Mira punya ide yang cemerlang untuk mengusir cowok itu dari situ.

Sambil berpura-pura menyedot debu di sofa, ia perlahan mendekati Radit. Saat cowok itu fokus dengan tontonannya dan nggak mengira kalau Mira bakalan ngisengin dia, saat itu juga, Mira mengarahkan selang penyedot itu ke kepala Radit, rambut cowok itu seperti mau tertarik kedalam saking kuatnya isapan alat itu.

"Ehhh gila lo!" Radit langsung berdiri dan menjauhkan dirinya. dia melotot pada Mira yang cekikikan.

"Lo mau gue sedot kedalam mesin itu?!" bentak Radit.

"Hahahaha, lebay! Lo kira badan lo miat masuk sini? Gue tuh cuma mau ngilangin kutu - kutu di rambut elo," kata Mira masih tertawa.

"Kutu? Lu kira rambut gue ini nggak sehat?" Radit langsung merebut selang penyedot itu. Kini giliran dia yang ngisengin Mira. Kebetulan rambut cewek itu panjang, pasti bakalan kesedot deh.

"Radiiiit" Mira berlari menghindari Radit. Mereka berdua berlari-lari memutari sofa, ada yang ngejar, ada yang menghindar, suara ribut terdengar memenuhi ruangan.

"Nggak mau, nanti gue botak" teriak Mira. Dia berlari sembari memegangi rambutnya.

"Ehemm" sebuah suara mengagetkan Mira dan Radit. Aktivitas kejar-mengejar itu pun terhenti. Dua orang cowok seumuran mereka telah berdiri dengan wajah terpelongo.

Mira menoleh pada Radit, pengen nanya dua orang itu siapa. dia merasa tidak mengenal mereka.

"Siapa?" bisiknya. Radit tidak menjawab, Dia alah mendekati 2 cowok itu, Mereka satu persatu langsung bersalaman ala cowok.

"Kapan nyampe?" tanya Radit tanpa merasa canggung.

" Udah dari tadi tahu, Lu nya aja sibuk sama...." cowok berambut pirang itu menuju Mira yang hanya diam di tempat.

" Itu pembantu gue, biasalah masih harus diajarin, dari kampung jadi nggak ngerti cara pakai alat-alat modern." kata Radit santai.

Mira langsung melotot saat mendengar Radit memperkenalkannya sebagai seorang pembantu "What pembantu Awas ya lo, Dit!!!" gumam Mira.

"Weitsss Pembantu lu cantik banget, Dit" seru cowok yang satunya lagi.

Mira semakin kesel mendengarnya, daripada dia ngamuk dia lebih memilih untuk pergi dari situ.

"Heh pembantu, ambilin minum buat teman-teman gue" suruh Radit. Dia terlihat ingin tertawa tapi ditahannya.

Mira menggeram, tapi mau enggak mau dia harus nurut. Selain jadi pembantu, dia harus bilang apa tentang statusnya berada di rumah itu? Istri Radit? kan gak mungkin, mereka kan udah sepakat untuk menyembunyikan semuanya dari siapapun.

"Udah nyampe Jakarta nggak ngasih tahu lagi Dit, tahu-tahu udah mau pindah sekolah sini aja lo" kata cowok berambut pirang.

Setelah itu, Mira nggak mendengar apa-apa lagi, dia udah ke dapur untuk membuatkan teman- temennya Radit minum. Dia bertekad akan membalas dendam nanti, bukan cuma pembantu, Radit bakalan dijadiin tukang kebun, tukang cuci, tukang bersih-bersih, dan segala macam bentuk tukang deh.

****

Semua mata tertuju pada sesosok cowok ganteng yang kegantengannya nggak nyantai banget. Cowok itu adalah Raditya Effendi Putra, Putra tunggal dari seorang pengusaha paling berpengaruh di Indonesia bukan gak mungkin untuk semua anak seusianya mengenal dia dengan cukup baik, foto Radit sering masuk di majalah bisnis dan dikait-kaitkan sebagai pewaris tunggal dari Efendi group. Sebuah perusahaan besar yang bisnisnya meliputi bidang bidang perhotelan, bank swasta, asuransi dan banyak lagi.

"Selama ini gue cuma lihat di majalah, Tapi sumpah demi apa pun jauh lebih ganteng dari yang pernah gue liat"

"Ganteng bangeeeetttt"

"Udah cakep, tinggi, cool nya nggak nahaaaaann"

Entah Apakah ini disengaja atau enggak, Mira merasa ini sebuah kebetulan yang aneh. Bisa-bisanya Radit yang anak baru itu bakalan berada di kelas paling bontot, dimana murid-muridnya tergolong paling sedikit sehingga banyak Bangku Kosong yang tersedia. Apalagi kelas Mira ini tergolong kelas murid cerdas, dia nggak yakin kalau suaminya itu sepintar itu bisa masuk dengan mudah ke kelasnya XI BIO - 1 yang paling unggulan.

"Ganteng banget kan yah?" tanya Sisil, ya itu manis yang duduk di belakang Mira.

Tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!