Bab 2

Tapi seketika itu juga ide - ide yang dianggapnya paling jitu itu langsung mental dan hancur berkeping saat Mira mengingat papanya. Dia merasa nggak mungkin melakukan itu, karena hal itu bisa membuat mamanya malu dan papanya pasti akan kecewa di alam sana.

Mira sangat menyayangi papanya, sosok pria terhebat yang pernah ada di dalam hidupnya.

Mira perna berjanji pada dirinya sendiri, di depan jenazah papanya, kalau dia di beri kesempatan untuk bisa membuat papa nya bahagia, dia pasti akan melakukan itu.

Bahkan, Mira belajar dengan sangat keras agar prestasinya di sekolah bisa membuat orang tuanya bangga. Tapi untuk menikah? Walau emang itu adalah permintaan terakhir papanya, apa mungkin dia sanggup untuk melakukannya.

****

Sementara itu, di sebuah rumah mewah yang berbeda, ketegangan yang sama juga terjadi di ruang makan. Radit berdebat dengan papinya untuk masalah yang sama yaitu perjodohan.

Radit yang baru saja kembali dari Amerika dan berniat mengisi liburan sekolahnya di indonesia, dikejutkan dengan berita perjodohan yang papa dan mamanya beritauhkan kepadanya secara mendadak.

"Radit, mami mohon sama kamu, turuti permintaan papi kami" bujuk mami sambil memegang lengan anaknya itu dengan lembut.

Mami yang juga mendukung perjodohan ini, jelas akan membantu papi semaksimal mungkin untuk ikut merayu agar dia menyetujui perjodohan ini.

"Mi, Radit gak suka di jodoh - jodohin gini, apalagi sama orang yang gak Radit kenal" kata Radit membela diri, dia keukeuh kalau semua yang diatur oleh papinya itu sudah melanggar hak asasinya sebagai manusia.

"Belum lagi soal sekolah, Radit aja belum lulus SMA, gimana Radit bisa kasih makan istri Radit coba?"

"Radit, menikah nggak akan membuat kamu putus sekolah, papi jamin itu." kata papi dengan nada yang sangat meyakinkan.

"Soal materi, selama kamu masih sekolah, papi yang akan tanggung jawab semuanya" imbuh papi.

"Papi mungkin bisa meggantikan semuanya dengan uang. Tapi bagaimana dengan kebahagiaan Radit pi?"

"Mira itu anak yang baik, dia cantik, pinter, asal usul keluarganya jelas udah nggak usah diragukan lagi, kamu pasti nggak akan menyesal" bujuk papi lagi.

Mami dengan sabar membelai rambut anaknya itu.

" Kasihan Mira nak, di usianya yang masih muda, dia udah di tinggalkan oleh papanya, Mira masih membutuhkan sosok laki - laki yang bisa menjaga dan melindunginya." rayu mami.

"Kalau itu masalahnya mami sama papi tinggal adopsi dia dan semua selesai" ucap Radit enteng.

Brak!

Papi memukulkan kedua tanganya ke atas meja, wajahnya terlihat sangat marah dengan pernyataan Radit. Mungkin bagi Radit, mudah menyebutkan kata - kata itu, tapi dia nggak ngerti dengan kondisi papinya yang berpegang teguh terhadap janji yang di buatnya dengan almarhum sahabatnya itu, demi menyatukan hubungan persahabatan menjadi keluarga maka pernikahan itu harus di langsungkan.

Mami dan Radit kaget begitu papi ambruk setelah dengan keras mencengkam dadanya sendiri. Papi memiliki penyakit jantung yang cukup parah, beliau nggak bisa terlalu banyak pikiran, pasti penyakitnya akan kambuh lagi.

"Radit! Telpon om Alex sekarang!"suruh mami dengan nada sedikit membentak.

Radit mengeluarkan ponselnya dengan tangan gemetaran, Om Alex, adalah dokter pribadi papinya, dan om Alex pernah berpesan kalau papi nggak boleh terlalu sering terkena serangan jantung, akibatnya akan fatal.

****

Disekolah, Mira terlihat berbeda dari biasanya. Dia yang notabe-nya adalah murid yang paling bawel di sekolah, menjelma menjadi seorang murid pendiam yang bahkan diajak ke kantin aja gak mau. Kesya dan Tiara sampai kebingungan di buatnya, mereka berdua sebagai saabat yang udah mengenal Mira sejak kecil, tetep nggak bisa nebak apa yang terjadi dengan Mira.

"Mir, lo tu kenapa sih? Muka udah kaya kobokan di warteg aja, butek bener dari tadi pagi." kata Kesya sambil sedikit becanda.

"Iya Mir, ada apaan sih? Kalo emang masalah cerita - cerita dong sama kita, ya walau nantibkita nggak bisa bantu, seenggaknya bisa ngeringanin beban pikiran elo." kata Tiara juga, dia dan Kesya sampai nggak ikutan ke kantin demi kesetiakawanan yang udah terpatri lama dalam diri mereka.

Mira menghela napas yang terasa sangat berat, dia terlihat seperti sedang memikul beban yang sangat berat. Mira ingat dengan janji persahabatan mereka, yaitu nggak ada satu hal pun yang di rahasiakan di antara mereka, apapun itu.

"Gue di jodohin, dan kayak nya nggak lama lagi gue juga bakalan dinikahin." beritahu Mira dengan nada dan nggak bergairah sama sekali.

Kesya dan Tiara terdiam, keduanya saling pandang, lalu dengan bersamaan menatap Mira. Nggak ada respon dari keduanya, sampai akhirnya mereka berdua tertawa terbahak - bahak, hingga rasanya suara tawa mereka sampai ke ruangan guru.

"Hmmmphh... Lo kalau mau ngelawak jangan sampe segila ini, non." kata Kesya di sela - sela tawanya yang coba dia tahan..

"Iya ni parah.." sambung Tiara.

Mira semakin mendesah,dia menempelkan pipi kanannya ke atas meja. Melihat itu, Kesya dan Tiara kembali saling berpandangan, kali ini dengan reaksi yang lebih serius. Mereka berdua mulai bisa menebak kalau ucapan Mira barusan itu nggak main - main.

Kesya yang duduk tepat di samping kanan Mira, ikut menempelkan pipinya ke meja sehingga wajah mereka saling berhadapan. Dia meneliti guratan wajah Mira yang terlihat sangat sedih itu dengan perasaan yang bertanya - tanya.

"Lo serius Mir? Nggak lagi becanda?" tanya Kesya. Suara tawanya yang tadi membahana langsung lenyap seketika.

Tiara yang duduk di samping kiri Mira, nggak bisa melihat bagaimana wajah Mira saat ini, tapi kontak batinnya terasa begitu kuat, dia seperti bisa merasakan apa yang di rasakan oleh Mira.

Sebuah dilema besar yang menyebabkan sahabatnya itu sampai terlihat menyedihkan seperti ini.

"Sama siapa?" tanya Kesya dengan hati - hati.

Mira mengangkat wajahnya, lagi - lagi mendesah. "Gue juga nggak tau, ketemu aja belum" jawab Mira lesuh.

"Gue percaya sih kalau perjodohan itu emang nggak cuma di zaman Siti Nurbaya doang, tapi untuk langsung nikah? Itu rasanya aneh banget deh, apalagi kan elo masih sekolah" kata Kesya nggak percaya, Tiara mengangguk membenarkan.

"Mama lo becanda kali, Mozz." kata Tiara berusaha menghibur.

"Gue berharapnya juga gitu, tapi pada kenyataannya mama tuh serius.." jawab Mira tanpa ada semangat.

Mira menceritakan semuanya kepada teman - temannya, mulai dari kenapa rencana perjodohan yang awal mulanya di cetus oleh papanya dan kemudian di lanjutkan oleh mamanya. Sampai akhirnya tanggal pernikahan itu di pilih menjadi bulan depam, tanggal yang emang udah di siapkan oleh papa dan sahabatnya itu.

"Terus rencana elo apa? Kita pasti akan bantu elo, apa pun itu" kata Kesya yakin.

Tbc

Terpopuler

Comments

El_Tien

El_Tien

saling dukung dan semangat ya

2022-03-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!