Bab 8

"Cantiiiikkk sekali," puji mama Mira sambilmencolek dagu anaknya, Mira hanya tersenyum menanggapi pujian mamanya itu.

Seharusnya dengan pakaian seperti ini, cocoknya itu goto di pantai, bukan di dalam studio kayak gini. Ini namanya memaksakan keadaan yang emang mepet banget, walaupun sekarang zaman udah canggih, para pengedit foto bisa membuat foto mereka tampak seperti berada di pantai benerannya, tetep aja rasanya memalukan, itu yang di pikirkan Mira. Mungkin Radit juga.

"Cantik banget ya Dit?" tanya mami Radit setengah berbisik, menggoda Radit yang nggak berkedip menatap Mira.

"Oke, yok kita mulai!" panggil fotografer nya.

"Ayo, Mira nya di gandeng kesananya." suruh mami Radit.

Mau nggak mau, Radit mengikuti kemauan dua wanita setengah baya yang sangat di hormatinya itu. Dia menggandeng tangan Mira menuju ke tempat pemotretan. Mira yang nggak bisa nolak, juga ikut aja saat di gandengan seperti itu.

"Mas Radit duduk ya, kaki kanan selonjorkan dan kaki kiri nya di tekuk , dan mbak Mira sandaran k kaki kirinya mas Radit dan posisi kakinya juga sama." kata sang pemberi arahan.

Mira meringis, lagi. Dia merasa berat banget harus menempel - nempel sama Radit. Ini kayak udah suami istri beneran aja. Iihhhhh malu - maluin banget sih! Walau begitu, dia harus tetap mengikutinya.

"Mbak Mira sama mas Radit bertatapan yang mesra ya." semuruh sang pengarah gaya itu lagi.

Foto yang pertama selesai, tanpa cacat sehingga nggak harus di ulang - ulang. Foto kedua gaya lebih ekstrim, Mira di suruh berdiri menghadap ke Radit dengan cara berlutut di antara kedua kaki cowok itu. Sementara Radit memeluk pinggangnya.

"Apaan sih ini, udah kayak foto buat majalah dewasa aja." rutuk Mira.

Radit nyaris ketawa mendengarnya, tapi dia berpura - pura cuek dan masa bodoh.

Selanjutnya, posenya berdiri, tapi lebih menantang.

Mira berjijit menginjak kaki Radit sambil berpegangan dengan merangkul leher cowok itu dan tangan Radit tetap memeluk pinggangnya.

Mereka di suruh bergaya seperti mau ciuman, nggak menempel tapi harus deket banget jarak bibirnya.

Deg deg deg deg. Mira merasa jantungnya melompat - lompat, selama ini dia nggak pernah sampai sedekat ini dengan seorang pria.

Dia belum pernah pacaran, belum pernah melakukan pendekatan walau banyak banget cowok yang nyoba buat ngedeketin dia.

Saat ini, jarak bibirnya dan bibi Radit hanya berjarak beberapa senti saja, salah gerak dikit bisa jadi mereka bakalan beneran berciuman. Berbeda dengan Radit, ia terlihat lebih stay cool.

Akhirnya sesi pemotretan oun berlalu dengan jatung mira yang terus berdebar, dia nggak menyangka kalau pose - pose yang akan di lakukannya se ektrim ini.

****

Keesokan harinya Mira pergi ke sekolah seperti biasa, nggak ada keanehan saat dia datang ke sekolah ini. Soperti dugaannya, semua anak - anak di sekolah nggak ada yang tau tentang berita pernikahannya itu. Paling yang tau cuma Kesya dan Tiara, sahabat terbaiknya yang nggsk akan ember.

Pernikahan Mira ini, pihak sekolah pun nggak akan di kasih tau, soalnya ini memang melanggar norma yang berlaku di masyarakat, apapun itu alasannya dan kalau sempat ketahuan Mira bisa di keluarkan dari sekolah.

"Mir, kok lo nggak ngehubungin kita sih dari kemaren? Mana ponselnya nggak lahi tuh" rutuk Kesya begitu Mira sampai dinkelas.

"Maaf gue nggak sempat nge- charge" jawab Mira, wajahnya masih terlihat lesu.

"Gimana kemaren?" tanya Tiara

"Biasa aja, ya gitu deh.." jawab Mira singkat.

"yahhh, ceritain ke kita dong, kita penasaran banget ini." paksa Kesya.

Mira menoleh je kanan dan kiri, untuk memastikan tidak akan ada yang dengar cerita mereka, terutama si tukang gosip Mila cs harus berada jauh dari mereka, kalau nggak bisa gawat. Setelah memastikan semuanya aman, Mira mulai menceritakan siapa cowok yang akan menjadi calon suaminya itu dan dia juga menceritakan bagaimana nasib kehidupannya yang sangat mengenaskan selama dua hari ini tanpa di sensor sedikit pun.

"Jadi, cowoknya, cowok yang sama dengan cowok yang lo bilang hampir nabrak elo itu?" tanya Kesya, Mira hanya mengangguk mengiyakan

"Wahhh.... Dunia ternyata kecil banget ya... Emang benar - benar selebar daun kelor doang."seloroh Tiara.

"Terus ganteng nggak?" tanya Kesya lagi, ini dianggapnya moment paling penting untuk Mira jawab. Ini masalah harga diri, dimana dia harus menang taruhannya denga Tiara.

"Biasa aja, " jawab Mira seadanya.

"Menaaaannngg..." Kesya melompat - lompat kegirangan. Dia menari - nari seperti gaya seekor bebek, lucu banget, sementara itu Tiara langsung merengut.

"Menang apaan sih?" tanya Mira heran.

"Ada deeeehhhh, hahahahaha...." jawab Kesya senang.

"Ini ada apa sih sebenarnya....?" tanya Mira penasaran.

"Bukan apa - apa Mira, udah biarin aja dia." ucap Tiara lemes.

"Kenapa harus biasa aja sih Mir..." gerutu Tiara pelan

"Elo ngomong apa?" tanya Mira

"Nggak, nggam ngomong apa kok" elak Tiara.

"Thank you Mir.." ucap Kesya memeluk Mira senang.

****

Satu minggu menuju the wedding....

Hari ini, Radit menjemput Mira di sekolahnya, mereka di paksa buat berangkat bareng menuju tempat fitting pakaian pengantin untuk sesi terakhir.

Mobil mewahbya unag bertengger manis di depan gerbang sekolah, cukup membuat banyak mata yang memperhatikkannya. Sayangnya, si pengendara mobil nggak turun atau menurunkan kaca mobil, jadi nggak ada yang bisa melihat siapa orang di balik mobil itu.

Sambil menunduk, Mira langsung masuk ke dalam mobil ia mendudukkan tubuhnya di kurdi penumpang mobil Radit. Dia sangat risih di liatin oleh banyak orang seperti ini.

"Lo ngapain sih jemputnya di depan sini? Gue kan udah bilang, jemput gu di perempatan jalan aja" rutuk Mira dengan nada ketus. Dia melemparkan tasnya ke bangku belakang.

"udah untung gue jemput, nggak suruh jalan kaki."balas Radit menggerutu.

"Ha denger ya, kalau bukan karena nyokap lo yang minta gue pergi bareng elo, gue juga nggak akan sudi kali ikut mobil lo sekarang" kata Mira yang tak mau kalah.

"Apa lagi naik mobil yang hampir ngebunuh gue." tambahnya tak kalah ketus.

"Mau jalan kaki?" ancem Radit.

"Oh silahkan gue nggak takut dengan ancaman elo itu, palinga nanti gue tinggal hubungi nyokap elo dan bilang kalau anak ke sayangannya ini udah nurunin gue di tengah jalan." Ucap Mira ngancam balik Radit.

"Dasar tukang ngadu.."

"Bodoh!"

"Sial banget sih hidup gue dapat calon istri kaya elu gini" kata Radit.

Mira membelokkan tubuhnya agar bisa menghadap kearah Radit. "Heh, tuan Radit yang terhormat yang harusnya ngomong gitu itu gue buka elo.."Kata Mira semakin ketus.

"Heh, nenek lampir..."

Belum selesai Radit melanjutkan kata - katanya, Mira sudah memotongnya dengan penuh emosi.

" Apa elo bilang? Nenek lampir"

"Iya nenek lampir, kenapa? Ada masalah?" tanya Radit.

"Eeeeeerrrggghhh.." Mira memamerkan kuku - kukunya yang panjanh ke depan wajah Radit dan cowok itu hanya tersenyum meremehkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!