Siska terenyum dan mengambil sesuatu dari kotak itu. Sebuah kalung putih dengan bandul berlian kecil yang membuat benda itu begitu manis.
"Sini gue pake in!" Bang Age mengambil kalung itu dan memakaikannya pada Siska. Hingga pipi mereka hampir menempel.
Bang Age berdehem kecil untuk menetralkan jantungnya yang tiba-tiba kembali berdegup kencang. Begitupun Siska Ia menunduk menyembunyikan rona dipipinya.
"Ehemm! Gimana suka?" Tanya bang Age dan dijawab anggukan Siska.
Siska tersenyum memegang bandulnya ada bulir air yang keluar begitu saja dari ujung matanya. Bang Age yang melihat tetesan basah dipipi gadisnya itu, menangkup kedua pipinya.
"Kenapa? Gak suka kalungnya?" Tanya bang Age khawatir dan dijawab gelengan oleh Siska, bahkan Ia terisak mendapati pertanyaan dari abangnya itu.
"Kenapa hem?" Tanya bang Age lagi dengan menghapus jejak kebasahan dipipinya.
"Ayah!" Jawab Siska semakin terisak. Bang Age menariknya kedalam dekapannya. Membiarkan gadisnya itu menumpahkan rasa sesak didadanya.
"Menangislah! Lepaskan semuanya! Tumpahkan rasa sakit itu!"
Siska benar-benar menumpahkan semua sesak didadanya. Membiarkan air matanya tumpah didada sang abang hingga membuat kaosnya basah. Membiarkan dirinya terlihat rapuh dihadapan orang yang sudah menguasai hatinya itu. Membiarkannya melihat dirinya dititik terendahnya.
Hingga saat sesak itu mulai bekurang Ia menjauhkan dirinya. Dengan mata sembab dan hidung yang memerah ia mengambil tissue yang abangnya sodorkan dan mengelap sisa air mata dan air dari hidungnya.
"Gimana udah enakan?" Tanya bang Age dan dijawab anggukan Siska.
Bang Age menghela nafasnya. Ternyata gadis yang Ia lihat tangguh dan kuat itu, selalu bersembunyi dibalik canda dan tawanya. Dibalik senyum itu, terselip luka yang tak pernah diketahui siapapun. Hingga Ia merasa disinilah tempat Ia menunjukkan sisi rapuhnya.
"Apa yang membuat lu nangis?" Tanya bang Age kala melihat gadis didepannya yang mulai tenang.
"Ini!" Siska menjedanya dengan memegang bandul kalungnya. "Kali pertama aku mendapat lagi hadiah seteleh Ayah pergi." Tuturnya yang tak kuasa lagi melanjutkan ucapannya. Bahkan air matanya, belum habis untuk Ia tumpahkan.
Bang Age kembali menariknya kedalam dekapannya mengelus rambutnya sayang. Walaupun Ia belum merasakan kehilangan orang tua, namun Ia juga tau bagaimana rasanya kehilangan sosok yang dicintai.
"Jangan sedih lagi. Ada gue disini! Kalo lu butuh apapun, jangan ragu buat bilang sama gue. Gue akan selalu ada buat lu. Gue akan jagain lu! Sekarang lu tanggung jawab gue!" Ucapnya. Entah apa arti dari yang Ia ucapkan itu, Ia sendiri tak tau. Tapi hati kecilnya berkata kalo Ia harus menjaga gadis didekapannya itu.
Siska memeluk erat tubuh kekar itu. Mencoba mempercayakan hidupnya pada pria yang kini Ia dekap. Walau Ia tak tau apa maksud sang abang, namun Ia akan mempercayainya.
'Maafin abang Cha! Abang bersalah sama kamu, membiarkan seseorang mendekap tubuh ini. Tapi abang juga gak bisa biarin dia sendiri dalam kerapuhan. Izinkan abang buat jaga dia, Cha!' Batinnya.
Ketika keduanya tengah menikmati dekapan masing-masing. Suara ketukan pintu yang terbuka membuat keduanya terlonjak.
Tok! Tok! Tok!
"Sis udah malam yuk tidur!" Ajak bu Titin.
Siska dan bang Age gelagapan melepaskan dekapannya masing-masing. Keduanya kikuk merasa tercyduk. Bang Age mengusap tengkuknya salah tingkah. Siska menunduk tak berani melihat wajah sang Ibu.
"Bang! Aku keluar ya!" Pamit Siska dan dijawab anggukan oleh abangnya.
"Kami tidur duluan ya!" Pamit Ibu dan dijawab anggukan bang Age.
Siska mengekori sang ibu yang jalan terlebih dahulu dengan terus menyembunyikan matanya yang sembab. Hingga keduanya sampai didalam kamarnya.
Ibu duduk disisi putrinya ditepi ranjang, melihat mata putrinya yang sembab Ia tau hal apa yang membuatnya begitu. Hanya ada satu alasan yang ibu tau, dan itu pasti Ayahnya. Ibu pun mendekap tubuh gadisnya itu.
"Kenapa? Kangen lagi?" Tanya Ibu mengelus lembut rambut putrinya dan dijawab anggukan olehnya.
"Apa kamu nyaman bersama abangmu itu?" Tanyanya lagi dan kembali dijawab anggukan Siska membuat ibu tersenyum.
Siska yang baru tersadar dengan pertanyaan ibunya langsung melerai dekapannya. "Nggak! Bu nggak!" Jawabnya mengelak.
Ibu tersenyum mendengar pengelakan putrinya. "Kamu gak bisa bohongi Ibu! Dari mata kamu aja udah kelihatan tuh!"
"Masa sih bu?" Tanya Siska panik dan mengucek-ngucek matanya membuat Ibu tergelak. Ternyata putrinya itu tengah bucin, hingga membuat kecerdasannya menurun.
"Ihh kok ibu ketawa?" Tanya cemeberut, merasa dilabui sang ibu.
"Lagian kamu tu lucu banget. Kalo suka bilang aja. Jangan dipendam! Ntar jerawatan lagi!" Ledeknya kembali tergelak.
"Ihh paan sih bu enggak!" Elaknya lagi.
"Kamu boleh bilang nggak! Tapi takdir Tuhan siapa yang tau." Tutur ibu membuat Siska menunduk. "udah gak usah dipikirin! Sekolah dulu yang bener. Jika emang kalian berjodoh, pasti dipersatukan!" Timpalnya. Siska hanya menghembuskan nafasnya panjang dan berlenggang ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya sebelum tidur.
Ibu tersenyum dan geleng-geleng kepala. Ia baru teringat sesuatu. Kemudian Ia ambil benda pipih diatas nakas dan mengetikan sesuatu disana.
"Sepertinya kita jadi besanan bu!"
**
Malam semakin larut, namun bang Age masih belum bisa memejamkan matanya. Ia yang sudah merebahkan dirinya dengan sebelah tangan sebagai penyanggah terus menatap langit-langit dengan pikiran yang entah kemana.
Rasa bersalahnya pada mendiang sang istri kembali menyeruaki hatinya kala Ia mengingat janjinya untuk menjaga adek imutnya itu. Sebenarnya Ia merasa bingung dengan dirinya sendiri. Penjagaan seperti apa yang akan Ia berikan pada gadisnya itu? Kenapa Ia harus merasa bersalah pada mendiang istrinya?
"Cha!" Lirihnya.
Dengan pikiran yang angkurawut, Ia mencoba memejamkan matanya. Namun baru saja Ia akan terlelap, tangisan sang putra membuat Ia kembali terjaga.
Ia bangun kembali dan meliahtnya didalam box. "Kenapa sayang mau mimi ya?" Tanyanya seraya menggendongnya.
Ternyata suara tangisan itu juga membangunkan Siska. Ia yang merasa khawatir pada dede kesayangannya itu, langsung berlenggang untuk menemuinya. Takut abangnya itu tak bangun atau tengah kesusahan. Pikirnya.
Ia membuka pintu itu pelan dan benar saja sang abang tengah kesusahan. "Sini bang dedenya sama aku!" Pintanya dan diiyakan abangnya.
Siska mengambil alih baby Aska dan menggendongnya, menyanggahkan dibahunya menepuk bokongnya pelan seraya menenangkannya. "Cup! Cup sayang. Sabar ya miminya lagi dibikin dulu!" Ucapnya membuat bang Age tersenyum. "Jangan nangis lagi ya ganteng! Tar Onty tinggalin loh!" Dan benar saja, sang baby pun akhirnya terdiam. "Pinter!"
"Maaf ya Sis. Jadi ngerepotin!" Sesal bang Age yang tengah menyeduh susu, Ia tau pasti gadisnya itu sudah terlelap.
"Gak papa bang! Aku justru khawatir takut abang gak bangun. Kan kasihan dedenya." Timpal Siska membuat bang Age kembali tersenyum.
Siska menidurkan baby Aska diranjang itu dan bang Age memberikan botolnya pada Siska. Siska ikut merebahkan diri diatas kasur. "Nih! Mimi ya ganteng! Sambil Onty keloni yaa!" Tutur Siska meberikan botol dotnya dan disambut cepat baby Aska.
Siska benar-benar ngeloni baby Aska, hingga Ia pun ikut terlelap bersama baby Aska disana. Bang Age yang melihatnya tersenyum bahagia. Ada perasaan hangat dihatinya. Ia menarik selimut dan menutupi tubuh keduanya. Mengambil botol yang sudah kosong itu. Mencium kening putranya lama. Lalu atensinya beralih pada gadis yang tengah mendekap putranya itu. Ia memberanikan diri mencium pucuk kepalanya.
"Makasiha adek imut, sudah hadir dihidup kami!" Gumamnya pelan.
*************
Ayo gaisss jempolnya digoyang🤭 Like dan komennya jangan ketinggalan! Yang punya vote dan hadiahnya, mangga dikasih😙
Ini yang udah siap jagain adek imut😂
Ini yang udah siap jadi Onty Mama😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Aqiyu
❤❤❤❤❤
2022-10-17
1
Yanti puspita sari🌹🥀
udh aq kasih bunga 😁
2022-03-27
2
Yanti puspita sari🌹🥀
up lgy dong kak kpn nie mereka bucin nya😁nanti tak kasih hadiah deh
2022-03-27
2