Ujianpun selesai. Siska mendapatkan nilai yang cukup bagus dan dinyatakan naik ke kelas dua belas. Hari ini sudah satu minggu sejak pembagian raport, dan satu minggu juga Ia liburan dirumahnya.
Ketika semua tengah berlibur jauh ketempat-tempat wisata bahkan mudik ke tempat asal atau berkunjung ketempat sanak sudara, Siska hanya stay turn dirumah membantu sang ibu membuat kue dan bolu pesanannya.
Dulu sebelum kenal dekat dengan Mamih Asti dan bu Anita, bu Titin kerja diperkebunan Ayah Arshad. Namun ketika Ia dipertemukan dengan orang-orang baik itu, Ia diberi modal usaha untuk mengembangkan kemampuannya memasak dan membut kue. Jadinya sekarang Ia sudah mendapat banyak cutsomer yang memesan kue buatannya.
Siska tak pernah mengeluhkan itu, tau kondisinya sekarang yang hanya hidup berdua dengan sang Ibu. Ia tak pernah memintanya untuk berlibur atau mengunjungi keluarga sang ibu yang memang jauh disebrang pulau sana.
Baginya bisa hidup berdua dengan wanita tercintanya dalam keadaan tercukupi saja sudah beribu-ribu syukur untuknya. Setelah kehilangan sang Ayah, Ia bahkan sempat berfikir untuk berhenti sekolah dan ikut bekerja dengan sang ibu untuk membantu meringankan beban wanita tangguhnya itu. Namun hal itu tentu ditolak sang Ibu, dan berakhir Ia tetap sekolah dengan dibiayai oleh Ayah Arshad.
"Bu ini mau diantar kemana?" Tanya Siska merapihkan beberapa kue kedalam kotaknya.
"Banyak bener?" Tanyanya.
"Itu buat dibawa kerumahnya den Agung. Ibu Asti tadi memesannya." Jawab Ibu.
"Hah?! Serius?" Tanya Siska girang dan dijawab anggukan sang ibu yang tengah mengangkat kue dari ovennya.
"Eh tapi buat apa sebanyak ini? Apa ada acara?" Tanya Siska lagi. Ia merasa heran dengan banyaknya pesanan kue yang Mamih pesan itu.
Bahkan sang Mamih sudah lama tak menghubunginya, begitupun si abang Agenya. Setelah chat penyemangat waktu itu, Ia tak pernah mendapatlan panggilan darinya. Hanya sekedar chat saja tak pernah Ia terima. Jangan tanyakan bagaimana Siska, terlalu tinggi egonya untuk memulai menghubungi pujaannya itu. Ia hanya diam-diam ngintipin akun sosial media si abang dudanya saja.
"Iya! Katanya ada acara." Timpal Ibu.
"Acara apa?" Tiba-tiba Ia merasa berdebar, mendengar akan ada acara dirumah itu. Mungkinkah?
"Ibu juga gak tau, tapi kita juga disuruh hadir disana."
Siska tertegun, apakah pemikirannya itu benar?
Ibu yang melihat putrinya terdiam memegang bahunya hingga membuat Siska terlonjak. "Kamu kenapa?" Tanyanya.
"Nggak bu! Gak papa. Aku kekamar dulu sebentar." Siska berpamitan dan berlenggang masuk kedalam kamar membuat ibu keheranan dan menggelengkan kepalanya.
**
Didalam kamar Siska tengah bimabng sendiri antara menghubungi abang agenya itu atau tidak, pernyataan sang Ibu tadi membuatnya ketar ketir tak karuan. Takut-takut hal yang tak Ia inginkan terjadi. Ia sudah menekan kontak dengan nama abangnya itu, dengan terus menimang-nimang Ia terus berfikir keras.
Akhirnya setelah bergulat dengan pemikirannya, egonya pun runtuh seketika dengan rasa keponya.
Ia tekan panggilan video, menunggu sebentar dan panggilanpun tersambung.
"Iya Sis?" Sapa seseorang disebrang sana yang sudah lama Ia rindukan.
Siska tersenyum dengan begitu manisnya. "Haii bang! Dede mana?" Sapanya yang langsung menanyakan baby Aska, untuk berdalih.
"Lagi keluar tuh sama Mamih." Jawabnya tanpa melihatnya.
Siska memperhatikan abangnya itu yang seperti tengah fokus dengan sesuatu benda didepannya.
"Abang lagi apa sih? Kek nya sibuk banget?" Tanyanya.
Bang Agung menoleh mengalihkan atensinya daru layar laptop pada layar pipih disampingnya yang memeperlihatkan wajah imut gadis yang Ia klam adek nya itu.
"Ini lagi beresin kerjaan." Ucapnya dan kembali fokus kelayar sebelah.
"Ooo kek nya aku ganggu ya? Ya udah, aku tutup aja deh!"
"Eehh jangan!" Cegat bang Agung. Ia ambil Hp nya dan meninggalkan laptopnya. Ia pindah dari meja kerjanya menuju keatas ranjang dan merbahkan dirinya disana dengan posisi tengkurap dan bantal sebagai penyangganya.
"Kenapa mau ditutup? Belum juga nanyain kabar gue?" Tanyanya.
"Idihh, pengen banget gitu aku tanya?" Ledek Siska membuat bang Agung berdecak.
"Ck. Kalo gitu ngapain telepon, kalo gak nanyain kabar?"
"Ya aku mau nanyain dede lah!" Jawabnya mengelak. Padahalmah mau lihat bapaknya juga ya.
"Ishh ya udah gue tutup. Dedenya gak ada juga." Timpal bang Agung kesal.
"Eehh jangan dong! Gitu aja ngambek!" Goda Siska dan dijawab cebikan bibir dari sebrang sana.
"Harusnya tuh, abang dulu yang hubungi aku, nanya kabar aku. Eh ini kebalik ya! Cewek mulu yang mulai." Protes Siska.
"Emang lu siapa gue? Pake minta di hubungi duluan, minta ditanyain kabar lagi?"
"Adek imutnya abang!" Timpal Siska dengan senyuaman manisnya. Bang Age tersenyum melihat ekspresi imut adeknya itu.
"Udah gak usah so imut gitu, gue jadi pengen ketemu langsung sama lu!" Ucap bang Age membuat Siska salah tingkah.
"Mau ngapain kalo ketemu?"
"Gue sentil jidat lu." Bang Age tergelak melihat ekspresi Siska yang mengerucutkan bibirnya.
Alih-alih sudah sangat bahagia, dikiranya sang abang yang merindukannya. Eh ternyata!
"Udah jangan ketawa mulu!" Titah Siska. "Boleh deh disentil jidat, tapi jangam pake jari ya!"
"Pake apa?"
"Pake bibir!" Siska tergelak dengan penuturannya sendiri.
"Heh! Lu tuh masih bocil. Tapi pemikirannya udah dua satu plus plus. Dasar emang." Protes bang Age.
"Idiihh abang tuh yang mikirnya kejauhan. Emang apa coba salahnya, kalo seorang abang mencium kening adeknya. Kek nya gak aneh? Biasa aja."
Skak! Bang Age hendak mengeluarkan kata, namun Ia bingung harus menjawab apa.
"Apa? Apa?" Tanyanya setengah mengejek. "Itu tuh efek abang menduda." Ledeknya dan kembali tergelak. Membuat bang Age kesal.
Sudah dipastikan, kalo dekat bang Age pasti sudah menyentil jidatnya. "Diem jangan bawa-bawa status gue!"
"Kenapa? Emang benerkan abang duda? Wlekkk!"
"Eh lu jangan salah! Duda kek gue ini berharga. Itu tandanya gue setia sama istri gue!"
"Iya deh iya, yang SETIA!" Ledek Siska menekan kata setianya. "Bilang aja gak laku lagi!"
"Enak aja lu ngomong! Banyak tuh yang ngantri mau jadi istri gue." Belanya pada diri sendiri. Membuat Siska tergelak.
"Udah jangan ketawa mulu, tu lalat masuk kemulut lu!" Titah bang Age.
Siska menghentikan tawanya. "Iya! Iya!"
"Abang gak mau tanya nilai aku gitu?" Tanya Siska.
"Paling nilainya biasa aja!" Ledek bang Age.
"Eh jangan salah bang, aku masuk lima besar loh!" Ucapnya bangga.
"Emang iya?"
"Ihh... Gak percayaan amat sih!" Siska kembali mengerucutkam bibirnya membuat bang Age tertawa.
"Iya deh! Ntar gue kasih hadiah." Timpal bang Age tersenyum.
"Hah?! Beneran?" Tanya Siska girang dan dijawab anggukan bang Age.
"Apa hadiahnya?"
Bang Age tersenyum misterius. "Emmm ada deh!"
*************
Jangan lupa ya readerss jejak kalean ditinggal😊 Kasih mak othor hadiah jugaa dong! Ngiri akutuh sama Siska🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Aqiyu
hadiahnya apa yach
2022-10-17
1