Siska tergelak dengan penuturan bang Agung. Menikah? Siapa yang akan menikahinya? Bahkan tadi saja hanya kenalan biasa. Apa mungkin pria dihadapannya mau menikahinya?
"Isshh masa langsung nikah, aku kan masih sekolah. Kita pacaran dulu lah." Tutur Siska disela tawanya.
Bang Agung menyentil jidat Siska gemes. Bisa-bisanya adek imutnya itu mengajaknya berpacaran. "Eh siapa juga yang mau pacaran sama lu. Gue gak tertarik sama bocah kaya lu." Tuturnya membuat Siska mencebikkan bibirnya.
"Idihh.. Awas aja ya, kalo sampe abang suka sama aku." Timpal Siska.
"Emang kenapa kalo gue ampe suka sama lu?" Tanya bang Agung yang sudah terpancing.
"Aku terima lah." Timpal Siska dan kembali mendapat sentilan dijidatnya.
"Ya ampun bang! Lama-lama ni jidat bisa luas." Siska mengelus jidatnya yang mungkin memerah mendapat dua sentilan bertubi-tubi.
"Bagus deh, biar pikiran lu luas. Dan gak mikiran cowok mulu." Timpal bang Agung.
"Ck. Tapi sakit bang!" Rajuk Siska.
Bang Agung menghela nafasnya. Apa dia keterlaluan? Tapi entah kenapa nyentil jidatnya, membuat kesenangan tersendiri untuknya.
"Mana sini gue lihat?!" Bang Agung meraih kepal Siska dan melihat jidat yang samar-samar memerah karena ulahnya itu.
Ia tiup kening itu, membuat Siska terpaku. Apalagi saat Ia melihat jakunnya yang begitu sexy menurutnya. Otaknya bekerja tak sesuai dengan usianya. Hingga elusan lembut di jidatnya menyadarkannya.
Siska segera melepaskan diri dan berdehem untuk menetralkan degup jantungnya. "Ehem! Aku masuk dulu bang!" Siska hendak masuk namun lengannya dicekal bang Agung membuat dadanya semakin tak menentu.
"Maafin gue ya! Kalo besok masih sakit. Ntar gue kompres." Tuturnya dan hanya dijawab anggukan dari Siska.
Siska hendak pergi, namun tangannya masih dicekal sang abang. Ingin melepaskannya, namun hatinya berkata jangan, membuatnya jadi bingung sendiri.
"Bang!" Siska masih dengan posisinya, membelakangi bang Agung.
"Hemm"
"Tangannya?" Bang Agung yang baru tersadar segera melepaskannya dan berdehem merasa malu sendiri.
Siska terseyum dan berlenggang masuk. 'Omeggaat ini gila' Batinnya berteriak.
Bang Agung yang ditinggal sendiri menghela nafasnya kasar. 'Apa yang terjadi padaku?' Batinnya. Hingga megusap wajahnya kala tiba-tiba jantungnya berdegup tak menentu. "Maafin abang Cha!"
Ia pun ikut berlalu dan memasuki kamarnya.
Sementara itu Siska masuk kekamar yang sudah ditempati ibunya. Papih Alan dan Mamih Asti pulang terlebih dahulu ke rumahnya. Mengingat kamar yang cuma tiga, mereka mengalah untuk para tamunya. Ia juga menitipkan cucunya pada sang adik, tante Asmi. Begitupun bu Ratih, Ia pun pulang kerumahnya.
Siska masuk ke kamar mandi, mencuci muka terlebih dahulu sebelum mengarungi dermaga mimpinya. Setelah selesai Ia pun merebahkan diri disisi sang Ibu dan memejamkan matanya berusaha menekan rasa yang belum Ia mengerti. Entah dijam berapa Ia pun akhirnya memejamkan matanya.
**
Dipagi ini kediaman bang Agung sudah diramaikan dengan tangisan bayi yang baru semalam menghuni rumah itu. Mamih yang sudah datang pagi-pagi sekali, langsung masuk kamar putranya untuk melihat cucunya yang menangis.
"Cup! Cup! Sayang mau mimi ya? Ntar Mimih bikinin dulu ya." Ucap Mamih menenangkannya.
Bang Agung yang baru keluar dari kamar mandi langsung menghampiri Mamih didekat baby box. "Kenapa Mih?" Tanyanya.
"Kayanya dia haus. Mamih bikinin susu dulu ya. Kamu jagain dulu!" Ucap Mamih dan berlenggang keluar kamar.
Baby Aska semakin histeris. "Cup! Cup! Jangan nangis ya sayang!" Bang Agung berusaha menenangkannya dengan menepuk-nepuk pahanya. "Duh! Gimana sih, nih gue ngambilnya?" Dia jadi bingung sendiri untuk menggendongnya. Takut salah cara mengambilnya. Waktu mengadzani saja dibantu suster disana.
Siska yang mendengar tangisan bayi, langsung menghampirinya. "Kenapa dedenya bang? Kok gak digendong?" Tanyanya seraya menghampiri baby box.
"Ini gue mau gendong, tapi gimana cara ngambilnya?" Timpal bang Agung.
"Ya ampun! Sini-sini!" Siska megambil baby Aska dari dalam box. "Dede kenapa? haus ya? Cup! Cup! Sama Onty dulu ya sayang!" Ia terus berceloteh menepuk-nepuk bokongnya pelan, hingga tangisannya pun berhenti.
"Pinter! Jangan nangis lagi ya ganteng, lagi dibuatin dulu miminya!" Siska sampai menciumi pipi yang tak begitu chuby, namun menggemaskan milik baby Aska.
Bang Agung terseyum. Andai? Bayangan sang istri yang menggendong dan menyusui baby mereka terlintas begitu saja. Air matanya jatuh tak bisa Ia bendung. Siska yang melihat bang Agung tertunduk dengan lelehan air mata dipipinya menghela nafasnya panjang. Ia tau apa yang dirasakn pria disampingnya itu.
Ia menggenggam tangannya dan menyeretnya untuk duduk ditepi ranjang. Bang Agung yang sedikit kaget segera menghapus air matanya dengan kasar.
"Duduk bang!" Siska duduk dan diikuti bang Agung. "Menangislah!" Titah Siska dengan melepas genggamannya.
Bang Agung terdiam dan tertunduk, menyelami perasaannya yang masih terbalut luka.
"De, kita siap-siap lihat Papih kamu nangis! Kita lihat masih ganteng gak kalo lagi nangis?" celetuk Siska memainkan tangan baby Aska dipangkuannya, yang mendadak kalem.
Bang Agung menoleh dan melongo. Alih-alih akan mendapat penenangan malah dapat ledekan. Ia sentil jidat gadis disampingnya gemas.
"Awww!!"
"Sakit bang! Kebiasaan deh." Omel Siska, meringis dan mengusap jidatnya.
"Lagian lu ya, bukannya nyemangatin malah ngeledekin." Sewot bang Agung.
"Ngapain juga mesti terus nyemangatin? Orangnya juga kek gak mau disemangatin gitu." Timpal Siska.
"Ck. Gue tu masih berkabung. Gak ngerasin banget sih lu jadi gue." Timpal bang Agung dengan air dari ujung matanya yang kembali jatuh.
Siska kembali menghela nafasnya panjang. Ia usap punggung yang terlihat kekar, namun begitu rapuh disampingnya itu. "Bukan gitu maksudku bang. Aku cuma pengen abang tersenyum, absurd lagi kek pertama kita ketemu. Aku lihat abang sekarang kek bukan abang yang aku kenal." Tutur Siska.
"Aku tau semua ini tak segampang membalikkan telapak tangan. Tapi abang harus terus mencoba, kuncinya ini!" Siska menunjuk baby Aska dengn menciuminya lagi. Bang Agung ikut melihat kearah baby Aska dan berusaha tersenyum.
"Kalo rindu itu datang, bahkan sakit itu hadir. Abang lihat wajahnya dede! Lihat! Aku aja pengen terus memandanginya, emm bikin adem." Timpal Siska tersenyum. Bang Agung ikut tersenyum dan mengelus pipi putranya lembut.
"Maafin Papih ya sayang! Mulai hari ini, Papih akan berusaha bangkit buat kamu. Menjadi Ayah sekaligus Ibu yang baik buat kamu." Bang Agung mengusap kepala baby Aska lembut dan mencium keningnya lama.
"Nah gitu dong yang semangat! Aku yakin abang pasti bisa. Bukan untuk melupakannya. Karena sampai kapanpun dia selalu dihati. Tapi coba buat luapin lukanya. Oke!" Bang Agung tersenyum kembali mengangguk dan mengusek pucuk kepalanya.
Tiba-tiba pandangan Siska tertuju pada satu benda diatas nakas. "Itu foto abang sama kak Icha ya?" Tanya Siska dengan terus meperhatikannya.
"Iya. Kenapa?" Tanya bang Agung yang melihat Siska begitu intens melihatnya.
'Kek kenal. Tapi dimana ya?' Batinnya bertanya-tanya.
*************
Mari-mari merapat! Tinggalkan jejak kalean disini. Berhubung ini hari senin kasih vote nya boleh dong🤭
Ini yang masih berkabung🤭
Ini si penyemangat baru😙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Aqiyu
yang nitipin bayi dalam mimpi Sis
2022-10-17
1
Markoneng
yg dimimpi kamu itu neng 😁
2022-04-09
1
Yanti puspita sari🌹🥀
ya kenal atu dek itu yg nutipin kamu bayi
2022-03-21
3