Bang Agung tersenyum mendengar penuturan gadis didepannya. Ia begitu heran dengan gadis bawel super cerewet yang Ia klam sebagai adek imutnya itu. Walau tak dapat Ia pungkiri, selain cerewet gadis didepannya ini juga memang imut. Bagaimana bisa gadis yang selalu Ia ejek masih kecil, masih bau kencur itu ternyata memiliki sikap yang dewasa.
Gadis yang bisa menyembunyikan lukanya dengan begitu rapih dibalik senyum dan tawanya. Hal yang justru belum tentu bisa orang dewasa lakukan, ternyata mampu dilakukan gadis kecil ini.
Bahkan bang Agung sendiri berfikir, kenapa Ia tak bisa setegar gadis ini? Kenapa Ia begitu rapuh menghadapi takdir yang sudah Tuhan kehendaki?
"Memang sih itu tak mudah. Butuh banyak waktu untuk bisa ditahap ini. Tapi kalo abang mau berusaha, aku jamin pasti Tuhan memepermudahnya. Dan abang harus mencoba itu." Tuturnya tersenyum membuat bang Agung ikut tersenyum dan mengusek pucuk kepalanya lagi.
Hal itu sukses membuat jantung Siska berdendang ria. 'Jantung gue!' Batinnya.
Siska mencekal lengan bang Agung, membuatnya berhenti melakukan aktifitasnya dan mengerenyitkan dahinya heran.
"Udah bang!"
"Kenapa?"
"Jantungku takut loncat!" Timpal Siska dan sukses membuat bang Agung tertawa.
Siska bener-bener merasa jantungnya berpacu semakin cepat, serasa ingin meledak. Ditambah lagi melihat tawa dari abang didepannya ini, malah semakin membuatnya melehoy. Membeku sudah organ syaraf dalam tubuhnya, hingga membuatnya terpaku menatap lengkungan indah dibibir pria dihadapannya itu.
Namun berbanding terbalik dengan bang Agung, Ia menyangka gadis didepannya ini tengah menggombalinya. Ia tak tau saja, Siska setengah mampus memepertahankan dirinya agar tidak pingsan.
"Lu tu jangan kebanyakan gombal, ntar banyak cowok yang pada baper sama lu!" Tutur bang Agung disela gelak tawanya dan mengusek kembali rambutnya, membuatnya semakin berantakan.
"Paan sih bang. Siapa yang gombal coba?" Protes Siska dan berusaha merapikan anak rambutnya yang berantakan.
"Yaelah, tadi tu lu gombalin gue oneng." Bang Agung semakin gereget dan semakin mengusek rambut gadis dihadapannya itu, bahkan bukan usekan lembut. Namun menguseknya kasar dengan kedua tangannya, hingga membuat rambut Siska semakin berantakan.
Berganti sudah kemelehoyan Siska menjadi kesal. Bagaimana tidak? Itu rambutnya sudah seperti terkena badai angin topan.
"Abang ihh!" Siska menghadang tangan yang membuat rambutnya acakadul. Bahkan sampai menggepalaknya kesal. "Rambutku ya ampun!" Tuturnya frustasi membuat bang Agung semakin tergelak.
"Udah lu lucu kek gitu. Makin gemes tau gak!" Timpal bang Agung membuat Siska mencibirnya dengan terus merapihkan rambutnya.
Bang Agung berhenti tertawa dan merasa kasihan pada adek imutnya itu yang ternyata semakin imut saat tengah menggerutu seperti itu. "Sini gue bantu rapihin!"
Bang Agung membantu merapihkan rambut Siska. Siska yang semula menggerutu tak jelas kini perhatiannya teralihkan pada wajah tampan didepannya. Matanya memindai setiap inci pahatan wajah yang begitu sempurna menurutnya. Mata tajamnya tak membuatnya gentar untuk tetap menatapnya. Hidung mancungnya begitu terbentuk indah. Rahang tegas yang membuat Ia ingin membelainya. Bibir sexy yang menariknya untuk menyesap rasanya. Eh!
Buru-buru Ia menjauhkan diri, kala otaknya traveling kemana-mana. Ia sampai mengibas-ibaskan tangannya saat wajahnya tiba-tiba terasa panas. Ia terus menelan salivanya yang terasa tercekat.
Bang Agung yang melihatnya merasa aneh dengan tingkah gadis didepannya itu. "Lu kenapa?" Tanyanya.
"Hah! Gak! Gak papa." Jawab Siska gelagapan.
Bang Agung terus memperhatikannya dan semkain membuatnya penasaran. Namun Siska mencoba mengalihkan pandangannya dengan mulut yang kembang kempis meniup udara yang terasa semakin panas disekitarnya.
Ketika bang Agung ingin bertanya lagi, atensinya teralihkan pada mobil yang terpakir didepannya. Dan sudah dapat Ia tebak kalau itu mobil sang Papih.
Bang Agung berdiri untuk menyambut siapa yang akan turun dari sana. Dan diikuti Siska juga.
Papih turun dan membukakan pintu untuk sang Mamih yang menggendong bayi mungil didekapannya. Bang Agung mendekat dan menyambut baby nya itu.
"Selamat datang sayangnya Papih!" Bang Agung menciumi wajah putranya digendongan sang Mamih.
Siska tersenyum dan ikut mendekat.
"Siska? Apa kabar? Kapan kamu datang?" Cecar Mamih.
"Alhamdulillah baik Mih. Tadi, aku dateng sama Ibu juga." Jawab Siska dengam menyalimi takzim tangan Mamih. Karena semua sahabatnya Ayra memanggilnya Mamih, Siska pun ikut-ikutan memanggilnya begitu.
"Hai dede! Sini Onty gendong!" Siska mengambil alih baby dari gendongan sang Mamih.
Mamih tersenyum melihat betapa lihainya Siska memperlakukan seorang bayi. Bahkan Ia terlihat tak kaku sama sekali saat menggendongnya.
"Kamu udah bisa gendong bayi? Emang gak takut?" Tanya Mamih.
"Nggak lah, kenapa juga mesti takut." Timpalnya yang menciumi pipi baby yang menggemaskan itu.
"Kan biasanya anak gadis tu suka takut kalo disuruh gendong bayi."
"Gak lah, aku justru suka anak kecil. Aku sering ngajakin main anak tetangga. Bahkan aku di jadiin penitipan anak tiap hari minggu." Timpal Siska membuat Mamih dan bang Agung tertawa kecil.
"Sis?!" Sapa Papih.
"Iya. Pih!" Siska mengambil tangan pria paruh baya yang menyapanya dan menyaliminya takzim.
"Yuk bawa masuk dedenya. Diluar dingin!" Ajak Papih menggiring Siska masuk kedalam.
Merekapun masuk dan disambut orang-orang didalam rumah. Diruang tamu sudah ada bu Titin, tante Asmi, Aysa dan Ibu mertua bang Agung, bu Ratih.
"Cucu nenek akhirnya pulang!" Bu Ratih mendekat kearah Siska dan mencium cucu satu-satunya itu.
"Ibu mau gendong?" Tawar Siska.
"Gak ah Ibu masih takut! Ntar aja." Timpalnya.
"Masa takut sih bu. Kalah tuh sama anak gadis." Timpal Mamih.
"Ya gimana dong. Kan ibu sudah lama gak nimang bayi." Timpal bu Ratih. "Terakhir juga pas Icha masih kecil" Tuturnya sendu.
Mamih yang mengerti segera merangkul pundaknya. "Udah bu, gak usah diinget lagi. Sekarang kita fokus membesarkan cucu kita sama-sama ya!" Tutur Mamih memberi semangat dan dijawab senyum dan anggukan bu Ratih.
Semua ikut tersenyum melihat kehangatan dikeluarga ini.
"Sis, tidurin gih dedenya, kasihan dari tadi digendongan terus!" Titah Papih.
"Iya Pih. Oh ya dimana kamarnya?" Tanya Siska.
"Sini ikut abang!" Ajak bang Agung.
Siska pun mengikuti langakah lelaki jangkung dihadapannya. Keduanya memasuki sebuah kamar yang sudah diletakan baby box disana. Ia rebahkan tubuh mungil yang terbalut kain bedongan itu dalam box, lalu menyelimutinya.
Ia kecup dahinya dan mengusap kepalanya sayang. "Tidur dulu ya ganteng. Ntar Onty gendong lagi." Ucap Siska.
Bang Agung tersenyum mendengar celotehan gadis cerewet didepannya itu. "Usia lu berapa sih?" Tanyanya.
Siska berbalik melihat kearah lelaki dibelakangnya. "Tujuh belas, bentar lagi mau delapan belas. Kenapa emang?"
"Masih kecil ya, tapi kaya emak-emak!" Ejek bang Agung tertawa dan langsung mendapat tabokan dilengannya dari gadis itu.
"Enak aja. Masih suci gini juga!" Timpalnya membuat bang Agung semakin tergelak.
Siska tersenyum melihat tawa dari pria didepannya. 'Aku rela terlihat bodoh. asal selalu melihat lengkungan indah dibibirmu!' Batinnya.
***********
Mari-mari merapat! Tinggalkan jejak kaleann disini! Kasih like dan komennya😊 Belum punya vote nih, yang punya kasih dong😅 Bunga-bunganya juga sekaliann😁
Ini yang bikin melehoy😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Aqiyu
Siska ❤❤❤❤❤❤❤❤
2022-10-17
2
Dianherlina Siswoyo
yaelah pantes Siska melehoy aku juga melehoy ini Thor klo ada bg duda kaya gitu mah🤭😅😅
2022-09-06
1
Markoneng
abangnya ganteng oey
2022-04-09
1