Bang Agung yang melihat Siska termenung, melambaikan tangan didepan wajahnya. "Woy! Sis! Napa sih lu?" Tanyanya sedikit keras hingga membuat Siska terlonjak.
Siska sampai mengelus dadanya, saking kagetnya. "Abang kira-kira dong. Kalo aku jantungan gimana?" Omel Siska.
Bang Agung tergelak. "Ya lagian lu ngelamun aja!"
"Bukan ngelamun bang. Aku tuh lagi liat kak Icha. Kek pernah lihat gitu tapi dimana ya?" Siska kembali mencoba mengingat-ingatnya, namun hasilnya nihil. Ia lupa dimana pernah melihat wanita dalam foto yang terpampang diatas nakas itu.
"Mungkin lu pernah liat waktu VC sama Ay kali." Timpal bang Agung.
"Iya kali ya!" Namun Siska masih terus mengingatnya.
Hingga pintu terbuka dan nampaklah sang Mamih yang menghampiri mereka dengan membawa sebotol susu ditangannya. Dan barulah Siska melupakan tentang foto itu.
"Mana cucu Mimih? Nih miminya udah jadi." Mamih mengambil alih baby Aska dari pangkuan Siska dan memberikan susunya.
"Oh ya Mih! Bang! Aku pamit pulang hari ini ya!" Tutur Siska membuat bang Agung mengerenyitkan dahinya heran.
"Kenapa udah mau pulang?" Tanya bang Agung.
"Aku kan harus sekolah. Hari ini aja aku bolos, gak sempat minta izin." Timpal Siska dan dijawab anggukan pasrah oleh bang Agung. Entah kenapa ada rasa tak rela, jika gadis yang Ia klam adek nya itu pulang.
Mamih tersenyum melihat ekspresi putranya itu. Ia yang melihat interaksi keduanya dari kemarin dan tadi pas masuk merasa senang. Mungkinkah Siska akan menjadi bagian penting untuk putra dan cucunya?
"Ya udah, ntar Mamih nyuruh orang buat anterin kalian pulang!" Tutur Mamih dan dijawab anggukan Siska.
"Dede yang anteng ya ganteng. Onty pulang dulu. Ntar kapan-kapan onty main lagi kesini, ya!" Siska menciumi pipi baby Aska gemas.
"Jangan lama-lama ya! Jengukin lagi dedenya kesini!" Timpal Mamih dan diiyakan Siska.
"Kalo gitu aku keluar dulu ya! Mau siap-siap dulu!" Pamit Siska dan diiyakan Mamih dan bang Agung.
Lepas kepergian Siska dari kamarnya, bang Agung memainkan tangan sang putra dengan pikirannya yang entah kemana. Mamih yang melihatnya tersenyum.
"Kamu samperin gih, ajakin makan dulu!" Titah Mamih membuat bang Agung mendongak dan menaikan alisnya sebelah.
"Siapa?"
"Ya Siska lah siapa lagi?"
"Ck. Ngapain mesti diajak makan. Ntar kalo pengen pasti makan sendiri." Timpal bang Agung.
"Isshh kamu tu, mereka itu tamu. Ya kudu lah kita jamu dengan baik, biar cuma nawarin misalnya."
Bang Agung menghela nafasnya panjang. Ia turuti keinginan Mamihnya itu dan hendak berdiri.
"Terus jangan lupa! Minta nomor Hp nya!" Titah Mamih membuat bang Agung yang sudah membelakanginya kembali berbalik dengan lipatan diarea keningnya.
"Buat apa?" Tanyanya heran.
"Buat telepon lah. Takut kangen." Timpal Mamih.
"Idih siapa juga yang bakal kangen sama gadis cerewet kek dia." Sewot bang Agung.
"Ya Mamih lah! Mamih bakal kangen banget sama dia. Kalo kamu mah terserah." Timpal Mamih dengan nada sindiran.
Bang Agung melengos merasa tersindir. Tanpa menjawab Ia berlenggang meninggalkan Mamih yang sudah melipat bibirnya menahan tawa. "Dasar! Kita lihat aja, beneran gak bakalan kangen?" Tutur Mamih bermonolog sendiri dengan cekikikan.
Bang Agung berjalan menghampiri kamar yang ditempati Siska. Melihat pintu yang terbuka Ia nyelonong masuk tanpa mengetuk pintu dan berdiri menyender diambang pintu dengan melipat tangan didadanya. Ia terus memperhatikan gerak gerik gadis didalam sana.
Dengan rambut yang dicepol asal dan wajahnya yang masih basah sisa cuci muka, Siska keluar dengan berdendang ria. Musik yang terlantun dari Hp nya mengiringi nyanyian dan gerakannya. Dengan lirik asal-asalan Ia menyanyikan lagu K-POP favoritnya. Tanpa Ia sadari, seseorang yang sedari tadi berdiri diambang pintu sudah melipat bibir dan menahan perutnya.
Siska duduk di depan meja rias, pantulan cermin memperlihatkan seseorang yang sudah siap meledakkan tawanya. Hingga Ia menghentikan nyanyiannya dan menatap pantulan itu.
Seketika tawa bang Agung pecah. Membuat Siska memberenggut kesal. Ia menghmpiri abangnya itu dan memukuli bahunya.
"Abang ngapain ihh? Berhenti ketawanya gak? Berhenti ih!!" Dengan wajah memerah menahan malu Ia terus melayangkan pukulannya pada pria yang menertawakannya itu.
Bang Agung berhenti tertawa dan mencekal lengannya, hingga tatapan keduanya bertemu. Jangan ditanyakan lagi, gimana dengan Siska? Sudah dipastikan Ia bagai terhipnotis. Ia terpaku dengan menatap dalam mata pria yang tanpa Ia sadari sudah menguasai hatinya itu.
Begitupun bang Agung, Ia tatap wajah cantik itu. Seperti ada perasaan aneh dihatinya. Kucuran air yang masih tersisa membuat wajah putih itu semakin cantik, rambutnya yang dicepol asal-asalan menambah kesan manis diwajah itu. Hingga bang Agung segera melepaskannya dan segera berbalik. Membuat Siska kicep dan ikut berbalik juga memegang dadanya.
"Sebelum pulang, makan dulu. Kita makan bareng!" Ucap bang Agung dan segera keluar menutup pintunya.
Ia tak beneran pergi dari sana. Ia sandarkan dirinya ditembok sisi pintu dan memegang dadanya. 'Gak! Ini salah. Maafin abang Cha! Maafin abang!' Batinnya. Ia berpikir kalau baru saja Ia menghianati mendiang sang istri. Ia pun pergi meninggalkan tempat itu.
Sementara itu didalam kamar Siska masih termenung, terus memikirkan hal tadi. Mata itu? Kenapa dia sampai hanyut pada tatapan itu. "Apa yang terjadi padaku? Apa aku benar-benar menyukainya? Atau itu cinta?" Ia bermonolog sendiri. Tentu Ia belum pernah tau apa itu cinta? Hanya sebatas suka dan mengangumi seseorang yang pernah Ia tau selama ini.
Pikirannya kembali ke almarhumah istri pria yang tengah menguasai hatinya itu. "Maafin aku kak Icha! Tapi bolehkah aku memiliki rasa ini?" Tanyanya dengan terus bermonolog sendiri.
Siksa mencoba melupakan kejadian tadi, menganggap tak pernah terjadi apapun. Ia segera merapihkan penampilannya dan berlenggang keluar kamar.
Benar saja semua sudah menunggu untuk makan bersama. Pagi ini bukan sarapan nasi goreng atau roti seperti biasa. Berhubung Siska dan bu Titin akan pulang, tante Asmi dan bu Titin dari pagi sekali sudah memasak untuk mereka.
Semua memulai makannya diiringi obrolan ringan disana. Siska selalu bisa menyembunyikan perasaannya itu. Ia bersikap seolah tak terjadi apapun. Ia sampai terus bercanda dengan keempat orang paruh baya itu. Jangan ditanya kemana Aysa. Karena walaupun Ia ada, tak pernah keluar suara apapun dari bibir gadis kulkas itu.
Setelah selesai, keduanya wanita beda generasi itu pamit pada seeluruh penghuni rumah. Bang Agung mengantar keduanya sampai depan.
"Tunggu!" Bang Agung menyodorkan Hp nya hingga disambut Siska. "Simpan nomormu disana! Mamih memintanya."
'Dikira dia yang butuh?' Batin Siska. Dengan perasaan sedikit kesal Ia pun mengetikan nomornya disana dan mengembalikan Hpnya.
"Hati-hati ya! Adek imut." Pesan bang Agung mengusek rambutnya.
Siska tersenyum mendengar panggilan itu. Ia mengangguk megiyakannya. Baru saja hendak masuk mobil, Ia kembali berbalik.
"Bang!"
"Hem."
"Jangan kangen ya!" Pesan Siska dengan tawanya. Bang Agung hanya mencebikan bibirnya. Kangen cenah?
Mobilpun berlalu meninggalkan halaman, bang Agung masih berdiri disana melihat kepergian mobil itu, hingga ditelan belokan.
Siska yang berada dimobil melihat kesisi kaca dan melihat seseorang yang masih menatap kepergiannya dari kaca spion. Ia tersenyum dan memegang dadanya.
'Jika Tuhan mentakdirkan rasa ini benar. Yakinlah kita akan dipertemukan diwaktu yang seharusnya.' Batinnya.
************
Ramaikan atulah diem-diem bae🤭 Kasih like dan komennya! Vote dan hadiahnya jangan ketinggalan ya😁 ngareup😂
Ini yang merasa menghianati cenah🤭 Setia ya bang🙈
Ini yang baru pertama kali jatuh cinta cenah😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Aqiyu
cw vtn6g
2022-10-17
1
Markoneng
ya , semua akan indah pd waktunya neng 😁
2022-04-09
1
Samitha
next thor😊
2022-03-22
2