Siska yang terkejut segera membalikan badannya. Wajahnya tiba-tiba memanas melihat pemandangan itu. Jantungnya berdegup begitu kencang. Bagaimana mungkin Ia harus melihat pemandangan yang belum seharusnya Ia lihat.
Begitupun seseorang dibalik pintu itu yang segera menutup kembali pintu kamar mandi dengan rapat. Ia ikut terkejut melihat siapa yang melihatnya.
Bang Age yang tengah mandi reflek ingin melihat putranya yang menangis dan tengah tertidur dibox bayinya. Takut jatuh. Pikirnya. Tanpa membersihkan dulu tubuhnya Ia bergegas membuka pintu. Dan sialnya Ia melupakan handuknya, dan hanya membiarkan busa sabun meghalangi tubuh telanjangnya, yang sayangnya tuh busa tak menghalangi apapun.
"Sial! Gimana mungkin dia lihat gue kek gini. Memalukan!" Bang Age merutuki dirinya sendiri.
**
"Ada apa Sis?" Tanya Ayra khawatir ketika mendengar jeritan Siska. Ia masuk bersama suaminya menghampiri gadis itu.
"Ng-nggak kak! Itu, itu ada kecoa! Iya kecoa." Timpal Siska tergagap.
"Ya ampun kirain ada apa!" Ayra beralih pada baby digendongan Siska. "Aka udah bangun? Yuk sama Mama!" Ajaknya.
"Jangan sayang! Aka udah berat. Tar dede nya kepencet." Peringat bang Ar pada sang istri membuatnya cemberut.
"Abang kenapa sih? Ini gak boleh itu gak boleh? Aku kan kangen sama Aka." Rajuknya.
"Bukan gitu sayang. Abang cuma gak pengen kamu kecapean." Jawab bang Ar menangkup kedua pipi istrinya. "Udah jangan cemberut ajak main aja ya!" Titahnya dan dijawab anggukan pasrah sang istri.
"Sini! Aka sama Papa ya!" Bang Ar mengambil alih baby Aska dari gendongan Siska dan membawanya keluar.
"Kamu bikinin susu ya Sis! Kita keluar duluan!" Ayra berlenggang mengikuti langkah suaminya.
Belum juga Siska protes sang kakak sudah keluar terlebih dahulu membuat Ia menghembuskan nafasnya pasrah. Ia pun berlenggang mendekati meja pantry dipojok kamar.
Dengan gerakan tergesa, karena tak mau melihat kembali pria dibalik pintu itu. Ia menuangkan susu kedalam botol dot. Namun ketika ingin membuka tutup termos, mendadak tutupnya sulit sekali untuk dibuka.
Hingga tangan seseorang mengambil alih termos dari tangannya membuat Ia tertegun. Apalagi saat indera penciumannya menghirup aroma mint dari sabun yang begitu menyengat, membuat bulu kuduknya meremang seketika. Dengan detak jantung yang kembali berpacu dua kali lebih cepat.
"Bukanya pelan-pelan. Nih!" Imbuhnya menyerahkan kembali termos itu namun Siska hanya terpaku tanpa mengambil termos itu.
"Sis?" Sapanya menyentuh bahu Siska hingga membuatnya terlonjak dan reflek membalikkan badan. Bukan menjerit seperti tadi Ia malah menganga, matanya tak berkedip sama sekali menyusuri pemandangan didepannya itu.
Penampilan bang Age benar-benar membuat Siska terpesonah. Rambutnya yang masih basah mengucur mengikuti lekuk sempurna wajahnya. Dada bidangnya terlihat begitu nyaman untuk menjadi sandaran. Otot lengannya yang kekar dan jangan lupakan roti sobek yang selalu Ia lihat di drama kesayangannya, kini terpampang jelas dimatanya. Pandangannya turun pada handuk yang melilit dipinggangnya, hingga Ia mengingat sesuatu yang sangat jelas Ia lihat tadi terbungkus apik kain putih itu.
Otaknya sampai traveling kemana-mana, hingga tangan basah menyentuh keningnya dan membuatnya terkejut. "Astagfirulloh!" Rona dipipinya kembali muncul. Siska menutup wajahnya, tanpa kata lagi Ia ngibrit keluar kamar.
Bang Age tersenyum melihat tingkah gadis imutnya itu. "Apa yang dia pikirin ya tentang gue?" Iapun berlenggang kedepan lemari, mencari pakaian dan memakainya. Setelah selesai Ia pun menyeduh susu, yang ditinggalkan Siska.
Sementara Siska keluar dengan terus menepuk-nepuk wajahnya yang terasa semakin memanas. Bahkan Ia melupakan tugasnya untuk membuat susu.
"Sis mana susunya?" Tanya Ayra.
"Itu aku. Aku gak bisa kak! Aku kekamar mandi dulu!" Tanpa basa-basi lagi Siska berlenggang memasuki kamar mandi dapur.
"Omegaatt! Otak gue!" Siska terus membasuh wajahnya didepan washtaple kala bayangan tubuh sempurna sang abang terus menari diotaknya.
**
"Nih de miminya!" Bang Age mengambil alih putranya dari sang adik dan memberikan susunya.
"Bang Siska kenapa?" Tanya Ayra.
"Gak tau. Kenapa emang?" Jawabnya setenang mungkin.
"Hari ini dia aneh banget. Terus tu wajahnya merah kek gitu? Apa dia sakit ya?" Tanya Ayra lagi.
"Mungkin dia lagi jatuh cinta kali." Timpal Devan.
"Emang iya?" Tanya Rila.
"Iya. Kamu aja kalo lagi aku rayu pasti wajah kamu memerah apalagi kalo liat pisang aku, kebakar tu wajah!" Timpal Devan mengusek pucuk kepala sang istri gemas.
Mereka tergelak dengan penuturan Devan, tapi tidak dengan bang Age. Ia berfikir sejenak. 'Jangan-jangan Siska lihat si junior lagi?' Batinnya.
**
Siska keluar dari kamar mandi dan langsung menghampiri ketiga wanita berbeda generasi yang tengah bergulat dengan alat-alat dapur itu.
"Kamu kenapa Sis?" Tanya Feby merasa aneh dengan wajah basah Siska.
"Nggak! Tadi mendadak panas aja jadi cuci muka." Alibinya dan dijawab anggukan Feby.
Siska ikut duduk di kursi meja makan membantu menyiangi sayuran. Tiba-tiba bang Age berteriak-teriak memanggil Mamih membuat mereka berhamburan masuk keruangan itu.
"Ada apa bang? Kenapa teriak-teriak?" Tanya Mamih.
"Itu anak Mamih masuk rumah sakit. Mau lahiran!" Timpal bang Age.
"Ya ampun! Mamih gimana ini?" Mamih yang panik mondar mandir gak karuan.
"Udah Mamih siap-siap kita susul mereka!" Titah Bang Age pada Mamihnya. Ia berdiri menghampiri Siska.
"Sis titip dede dulu ya! Gue kerumah sakit dulu" Bang Age memberikan baby Aska pada Siska dan langsung disambut olehnya.
"Iya bang. Kalo ada apa-apa hubungi kita ya!" Pesan Siska dan dijawab anggukan olehnya.
Setelah kepergian Mamih dan bang Age, Siska mengajak main baby Aska dan baby Deril dikarpet. Keduanya ditidurkan bedua layaknya baby kembar.
"Lucu banget mereka!" Siska begitu gemas melihat dua baby itu
"Lu suka baby ya Sis?" Tanya Rila.
"Iya kak. Mereka tu lucu."
"Mau dong nikah muda?" Tanya Rila.
"Emm... Kalo udah lulus sekolah terus ada calonnya sih boleh aja." Timpal Siska.
"Ya udah cari dulu calonnya!"
"Boro-boro mau nyari, baru rencana aja udah dilarang aku."
"Sama siapa? Sama Ibu?"
"Bukan!"
"Terus?"
"Sama Papihnya dia tuh!" Tunjuk Siska dengan dagunya kearah baby Aska.
"Itu sih berarti lu akan jadi Mamihnya baby Aska." Timpal Rila membuat Siska terdiam mencerna kata-kata wanita disampingnya. Benarkah itu alasan sang abang melarangnya pacaran? Bolehkah iya berharap?
**
Malam pun tiba Siska sudah memberi susu pada baby Aska. Namun Ia masih rewel dan tak mau juga tidur.Ibu ingin mengantikannya untuk menggendong, namun baby Aska semakin histeris tak mau digantikan. Akhirnya Siska terus menggendongnya dan menenangkannya hingga terlelap dibahunya.
Siska membawa baby Aska kedalam kamar bang Age dan menidurkannya dengan hati-hati. Bahkan Ia mengelus dan menciumi kepala baby Aska sayang.
Ternyata perlakuannya tertangkap jelas Papihnya baby Aska. Bang Age yang baru pulang dari rumah sakit, ingin memasuki kamarnya. Melihat pintu yang terbuka, Ia berjalan pelan dan berdiri diambang pintu kala melihat sang putra tengah dibaringkan gadis yang selalu Ia klam adek imutnya itu. Bang Age tersenyum melihat pemandangan itu.
'Entah apa yang membuatmu begitu terikat dengannya. Kalian bagai satu paket yang tak dapat terpisah!' Batinnya.
*************
Ayo dong kencengin votenya. Like dan komennya juga!😊
Sayang kaleaann we pokok namah😘😘
Ini si hot Dady😍
Ini si Onty imut😙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Kusii Yaati
iyalah bang orang mamahnya baby Aska sendiri yg nyerahin anaknya ke dedek Siska yg imut lewat mimpi...
2023-08-27
1
Aqiyu
kan emang udah dititipin ama istri abang
2022-10-17
1
Markoneng
kan mamihnya udah nitipin ke onty imutnya 😁
2022-04-09
1