Hari berganti hari, tiga bulan sudah semenjak kunjungan waktu itu Siska belum sempat lagi berkunjung menemui baby gemes kesayangannya. Namun Ia selalu menyempatkan diri untuk melakukan VC dengannya.
Ia mengharapkan Papih sang baby yang menghubunginya, namun nyatanya neneknya lah yang setiap saat menghubunginya. Sampai sambungan terakhirnya, Siska tak pernah melihat orang yang selalu meresahkan hatinya itu.
Katanya Ia tengah menyibukan diri dengan pekerjaannya, untuk melupakan luka yang belum juga mengering dihatinya.
Siska memaklumi itu, mungkin itu caranya untuk bisa bangkit kembali. Walau tak dapat dipungkiri Ia begitu merindukan sosok itu, bahkan Ia mengharapkan dia menghubunginya.
Ingin rasanya Ia meminta nomornya pada sang Mamih untuk menghubunginya terlebih dahulu, namun Ia terlalu malu untuk itu dan memilih menikmati rindu yang kian hari kian berat. Kek dylan ya Sis?
Seperti malam ini, Siska tengah mengeluh, mengadu, menangis, mencurahkan hatinya yang tengah merindukan seseorang yang setiap saat memenuhi otaknya pada bestie nya itu. Bahkan pelajarannya hari ini bleng. Tak ada satupun yang masuk diotaknya.
"Huaaaa....
Lia, gue harus gimana? Kenapa bang Age tega banget sama gue? Kenapa dia gak hubungi gue?" Siska menangis dipundak sahabat serasa saudaranya itu.
Kini keduanya tengah duduk diatas ranjang dikamar Siska, karena besok weekend jadi Lia sengaja menginap dirumah bestie nya ini.
"Ya udah sii lu telepon! Ribet banget dah!" Timpal Lia.
"Gue gak punya nomornya."
"Lu minta lah sama Mamihnya!"
"Gue malu!" Timpal Siska semakin histeris.
"Omegaaat!!" Lia sampe menepuk jidatnya. Ia tak habis pikir dengan sahabatnya ini.
"Gue heran deh sama lu, lu suka sama dia tapi gak diungkapin. Jangankan ngungkapin, ngechat duluan aja gak mau. Terus dia tau nya darimana kalo lu suka sama dia? Darimana coba dia tau kalo lu kangenin dia?" Tutur Lia geleng-geleng kepala.
"Ya mungkin aja, malaikat kasih tau dia. Kalau gue rindu!" Timpal Siska membuat Lia menepuk lagi jidatnya.
"Astagfirulloh. Malaikat apa yang bisa nyampein rindu? Malaikat Jibril aja tugasnya cuma nyampein Wahyu, woy!" Saking gemesnya Lia sampe menoyor kepala Siska. Membuat Siska duduk tegak.
"Mungkin ada malaikat cinta!" Ucap Siska makin ngawur.
"Ya ampun Sis, gue takut sama lu lama-lama! Apa gue panggil Mbak Rara aja ya?" Timpal Lia.
"Mbak Rara siapa?"
"Ituloh yang lagi trending dijalanan babang marques."
"Itu mah pawang hujan woy!"
"Ya kali aja bisa ngusir rindu lu juga." Timpal Lia tergelak dan langsung dapat timpukan bantal boba dari Siska.
Siska berdecak kesal mendengar ledekan sahabatnya itu. "Udah deh jangan ketawa mulu. Nasib gue gimana ini?" Tutur Siska merasa frustasi.
"Ya gimana-gimana? Tinggal lu ungkapin. "Bang aku cinta sama kamu" Ucap Lia dengan dramatis. "Gitu aja ribet lu!"
"Isshhh ngomong lu gamapang. Jangankan ngomong kek gitu, natap dia aja gue gak bisa!" Timpal Siska.
"Lah napa emang?"
"Gue nya nunduk!" Lia melemparkan si boba yang tadi menimpuknya.
"Dasar lu! Lagian apa sih istimewanya abang duda lu itu-" Belum selesai ucapannya langsung diselak Siska.
"Gak usah pake duda, abang Age aja!" Selak Siska. Ia yang tak mau sampai terdengar sang Ibu, tentu hanya memberi nama itu untuk menyebutkan namanya. Malu juga sama ibunya kalau tau Ia menyukai abang-abangannya itu.
"Iya, iya bang Age maksud gue. Dia kan dah gak ori, terus lagi udah pake buntut satu. Spesialnya dimana coba? Ya, kecuali ganteng ya!" Tanya Lia keheranan.
"Ini nih yang lu gak tau. Dia tuh udah ganteng, dewasa, penyayang, setia. Dia begitu setia sama istrinya, susah buat dia move on. Lu bayangin gimana jadi istrinya, terharu banget kan?" Tutur Siska.
"Idih ogah gue jadi istrinya?"
"Kenapa?"
"Gue belom mau mati." Timpal Lia dan langsung dapat toyoran Siska.
"Itu mah sih udah takdir."
"Ya lagian dud gitu Sis, dud? Kenapa gak Rangga aja. Seumuran juga sama kita, masih perjaka lagi." Lia masih merasa aneh dengan sahabatnya yang satu ini, yang suka sama pria yang usianya jauh diatasnya.
"Terus salahnya dimana kalo dia dud? Yang singel belom nikah aja belum tentu perjaka." Timpal Siska membuat Lia sedikit berfikir mencerna ucapannya.
"Ntar! Ntar kok otak gue gak nyampe ya?" Tanya Lia lagi.
"Gini ya, tu si Rangga ngaku single kan?" Tanya Siska dan dijawab anggukan Lia. "Belom nikahkan?" Tanyanya lagi dan dijawab anggukan Lia lagi. "Terus dia masih perjaka gak?" Tanya Siska lagi membuat Lia kembali berfikir sedikit lama.
"Kalo gue sih gak yakin kalo dia masih perjaka." Timpal Siska membuat Lia melongo.
"Tau dari mana lu?"
"Ya kali aja suka main sama sabun sama tangannya juga!" Celetuk Siska dan kembali mendapat timpukan boba dari Lia. Kasihan juga ya itu si boba!
"Wah otak lu, bener-bener nih. Inget umur woy!" Teriak Lia pas didepan telinganya. Membuat Siska segera menutup telinganya.
Tiba-tiba Hp Siska berdering. Dengan semangat Ia segera menekan icon hijau dilayarnya, tanpa melihat siapa yang menelepon.
"Hallo bang?!" Sapanya dengan girang. Namun tiba-tiba raut wajahnya berubah seratus delapan puluh derajat.
"Iya . Ga."
"Hem."
"Oke!"
Huffffhh
Siska menghembuskan nafasnya panjang. Ternyata bukan orang yang Ia harpakan yang meneleponnya.
"Siapa? Rangga?" Tanya Lia dan dijawab anggukan Siska.
Lia ikut menghembuskan nafasnya panjang. "Udah sekarang gini aja. Lu mau maju apa mundur?" Tanyanya membuat Siska menaikan alisnya sebelah.
"Kalo lu mau maju, lu harus cepet deketin dia. Chat duluan gak papa lah! Kalo lu gak bisa? Gue saranin lu mundur aja. Ngarepin yang gak pasti itu, ibarat lu beli seblak online. Digambar begitu menggiurkan, eh pas datang pucet pasi gak ada cabe-cabenya. Kan ambyar! Nah lu juga gitu, yang ada lu bakal terluka ntar." Tutur Lia memberi penjelasan.
Siska kembali menghembuskan nafasnya panjang. Egonya terlalu tinggi, untuk memulai terlebih dahulu.
"Aduhhh! Gue bingung. Kalo gue maju takut tisuksruk. Kalo gue mundur ntar kejengkang. Gimana dong?" Tanya Siska frustasi.
"Seraaaahhh!" Lia ikut frutasi, Ia yang sudah susah payah merangkai kata buat nyemangatin, auto ambyar mendengar penuturan Siska.
Ia langsung merebahkan dirinya dan memeluk si boba yang tadi sempat menjadi bahan pelampiasan, eh sekarang disayang-sayang.
"Eh, Lu jangan tidur dulu! Gue gimana ini?" Siska menarik-narik bahu Lia untuk membangunkannya.
"Udah lu tidur aja dulu. Tar besok fikirin lagi. Berfikir juga butuh mimpi buat jadi refrensi." Ucap Lia yang sudah memejamkan mata.
Siska menghela nafasnya pasrah. Ia ikut merebahkan diri dan menatap langit-langit. Pikirannya jauh melayang sampai dirumah sang pujaan.
.
.
"Apa rindu ini salah?"
.
.
Ayo dong kasih vote, like, dan komennya! Hadiahnya juga boleh, biar semangat gitu akunya🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Aqiyu
Lia sama Siska bestie daru SD
2022-10-17
1
Markoneng
Ya ampun Lia, drmu best bestie bgt sih 😆
2022-04-09
1
Samitha
klo bisa gosah siska lah yg mulai dluan masa cwe dlu yg apa2😁
2022-03-22
2