Paginya, Marisa dan Flora terbangun dari tidur mereka begitu suara alarm berdering. Lalu Flora melihat jam telah menunjukkan pukul 7 kurang 20 menit. "Ah, udah pagi saja" gumam Marisa menuruni tempat tidur. "Jam berapa Ra?".
"6:40 menit".
"Kalau gitu aku mandi duluan Ra" Marisa memasuki kamar mandi dengan rambut berantakan akibat begadang semalam sampai jam 4 pagi.
"Mmmmm, aku akan menyiapkan sarapan" angguk Flora.
Lalu marisa melihat kedua matanya di depan cermin kamar mandi, "Astaga, mata ku" Begitu Marisa selesai, ia memakai pakaian kantor milik Flora. Kemudian ia merias wajahnya sambil menunggu Flora selesai dari dalam kamar mandi. Setelah itu Flora keluar, Marisa berjalan kearah meja makan, disana ia melihat sarapan pagi yang telah Flora sajikan diatas meja. "Wah, soal memasak kamu tidak pernah gagal ya Ra".
"Benarkah?" Flora mendudukan diri diatas kursinya.
"Mmmmm".
"Berarti aku sangat beruntung sekali bisa mendapatkan ilmu memasak ini dari tante. Itu artinya aku sudah bisa dong jadi calon istrinya tuan Lucas hehehehe.. Halu Risa" tawa Flora melahap makanannya.
"Hhhmmmsss, menghalu itu emang enak Ra. Selagi gratis tidak akan ada yang melarang mu menghalu" balas Marisa tersenyum.
"Hahahaha.. Kamu ada-ada ajah Sa".
.
Sesampainya mereka dikantor, Marisa terlebih dahulu memeriksa ruangan Lucas untuk memastikan dia sudah datang apa belum. "Ternyata tuan Lucas belum datang" Marisa menatap keluar kaca dengan senyum mengambang di wajahnya. "Hari yang sangat indah" kemudian Marisa mengeluarkan kalung itu dari dalam kantong. Karna itu barang mewah, ia berencana untuk mengembalikannya kepada Lucas.
Ceklek!
"Dia sudah datang" Marisa berjalan mendekati Lucas.
"Pagi tuan" tunduknya.
Lucas mengernyitkan dahi, "Apa yang sedang kamu lakukan disini?".
"Saya sedang memastikan ruangan ini baik-baik saja atau tidak tuan. Sekalian saya ingin mengembalikan ini kepada tuan" Marisa memberikan kalung itu ditangan Lucas.
"Apa ini? kenapa kamu memberikan ini kepada ku?" tanya Lucas.
"Itu tuan, semalam nyonya Elisabet memberikan ku ini. Tapi karna benda ini barang mewah, saya tidak berani menerimanya apalagi memakainya. Sedangkan kita hanya pacar bohongan, maaf tuan".
"Terus, kenapa kamu memberikan ini kepada ku?".
"Hhmm?".
"Kenapa kamu mengembalikan ini kepada ku? apa sangkut pautnya".
"Aku berharap tuan Lucas mengembalikan kalung ini kepada nyonya Elisabet. Aku mohon tuan".
"Pakai saja. Kalau kamu mengembalikan kalung ini, dia akan sangat marah kepada mu terlebih lagi kepada ku".
"Tapi tuan".
"Hargai ketulusan seseorang. Sekarang kamu keluar" Lucas memberikan kalung itu kembali ditangan Marisa, lalu ia berjalan kearah kursi kebesarannya sambil membuka jas. "Kenapa kamu masih berdiri disitu?".
"Baik tuan" angguk Marisa keluar.
"Tunggu" tahan Lucas.
"Iya tuan?".
"Kamu kemari sebentar" Marisa berjalan kearahnya. "Berikan kalung itu" dengan kening mengerut Marisa memberikan kalung tersebut ditangan Lucas bercampur perasaan sedikit senang. Namun saat ia memberikan kalung itu ditangan Lucas, ia malah memakaikan kalung tersebut di leher jenjang Marisa. "Tuan" kaget Marisa dengan mata membulat.
"Cantik, kalung itu sangat bagus untuk mu" Puji Lucas tersenyum tipis.
"Tapi tua.." gantung Marisa melihat Lucas langsung duduk membuka berkasnya. "Kalau gitu saya permisi tuan" Marisa segera keluar dari sana dengan tangan mengepal. Kemudian menutup pintu itu kembali, lalu berteriak dalam hati, "Aarrkkhhh, tidak-tidak, rasanya ini seperti mimpi. Iya, aku yakin ini mimpi. OMG, seseorang tolong sadarkan aku".
"Risa" panggil Flora. Namun Marisa masih tersenyum-senyum sendiri tampa menyadari kehadiran Flora. "Risa.. Marisa!" panggilnya lagi.
"Hhmmm? ah Flora. Kenapa?".
"Ada apa dengan mu senyum-senyum sendiri didepan ruangan ini? kamu seperti barusan dapat lotre saja".
"Wah.. Kalau ini tidak mimpi, tolong pukul aku Ra".
"Apa?".
"Mmmmm, ayo pukul aku Ra".
PPLLAAKKK..
"Ah. Sakit" rengek Marisa tersenyum senang. "Ya ampun Ra, ternyata ini tidak mimpi hahahah ternyata ini tidak mimpi. Terima kasih Ra".
"Hey, kamu sudah gila ya Sa? ketawa sendiri enggak jelas seperti ini?".
"Mmmmm, Benar, sepertinya aku sudah gila Ra hehehe".
"Hhhmmsss.. Hentikan, apa tuan Lucas ada didalam?".
"Iya, kamu mau menyerahkan itu?".
"Iya".
"Kalau gitu tunggu sebentar" Marisa mengetuk pintu ruangan Lucas hanya dengan satu kali ketukan saja ia langsung mendapatkan jawab dari Lucas. "Kamu boleh masuk Ra, semangat".
"Terima kasih Risa" senyum Flora masuk kedalam. Ia melihat ruangan Lucas yang sangat luas, mewah, rapi, wangi, serta pemandangan kota yang sangat indah membuat Flora ingin berlama-lama disana serta Lucas yang terlihat sangat gagah dan tampan membuat Flora tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut.
"Apa yang sedang kamu lihat?" tanya Lucas menutup berkasnya.
"Hah.. Maafkan saya tuan" tunduk Flora langsung begitu Lucas mengeluarkan suara datarnya. "Tolong maafkan kelancangan saya tuan" Lucas mendengus, lalu menetapnya sambil meminta laporan itu dari tangannya. "Sekali lagi tolong maafkan saya tuan" lalu Flora memberikan proposalnya.
Tampa menjawabnya, Lucas membuka proposal tersebut, lalu melihatnya dengan mata teliti. Dan lagi-lagi Flora mengagumi ketampanan yang dimiliki oleh Lucas, sambil *******-***** kesepuluh jarinya. "OMG, kenapa dia harus terlahir sesempurna ini sih? aku jadi penasaran secantik apa wanita yang telah melahirkan dia" begitu Lucas selesai memeriksa proposalnya, ia tersenyum kaku kepadanya sambil berdoa dalam hati agar Lucas menerima proposal itu.
Kemudian Lucas memberikan proposal itu kembali dihadapannya. "Ulangi, saya belum puas dengan ini. Senin saya tunggu, lakukan yang terbaik. Kalau kamu gagal lagi, saya tidak akan mempekerjakan karyawan yang tidak bisa memberikan yang terbaik untuk perusahaan ini. Kamu mengerti?".
Flora langsung terlihat lemas mendengarkan apa yang baru saja Lucas ucapkan. "Baik tuan, kalau gitu saya permisi dulu".
"Mmmmmm".
Begitu Flora keluar, Marisa melihat sang sahabat sangat sedih dengan mata berkaca-kaca. "Flora. Ada apa? apa tuan Lucas memarahi mu".
"Tidak" Jawab Flora meneteskan air mata.
"Terus?".
"Karna ini Risa" Flora menunjukkan proposalnya kepada Marisa. "Hiks.. Tuan Lucas menolaknya lagi Risa hiks.. hiks..".
"Bagaiman bisa Ra ditolak lagi? padahal kita sudah melakukan yang terbaik, bahkan kita mengerjakannya sampai jam 4 pagi dan hasilnya tetap ditolak. OMG" Marisa melihat pintu ruangan Lucas. "Dia tega banget sih".
"Sudahlah Sa, malam ini aku akan kembali begadang mengerjakan ini. Dari pada aku harus keluar dari perusahaan ini, aku harus berjuang untuk bertahan. Kamu juga Sa, kamu harus hati-hati dengannya, ingat perjuangan kita masuk kedalam perusahaan ini".
"Mmmmm, semangat. Jangan putus asa".
"Terima kasih. kalau gitu aku pergi dulu Sa".
"Iya" angguk Marisa melihat punggung Flora meninggalkannya. Lalu menghela nafas berat, ia juga akan merasakan hal yang sama dengan Flora jika ia yang mengalaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments