Sekeluarnya mereka berdua dari dalam bus, sekitar 150 meter dari halte Marisa dan Flora langsung melihat gedung tinggi Hanju group menjulang keatas langit. "Wah, aku tidak bisa bayangkan kalau kita berhasil masuk kedalam Risa" kagum Flora.
"Mmmm, semoga kita diterima Ra" angguk Marisa langsung melangkahkan kedua kakinya mendekati gadung tersebut. Lalu bertanya kepada petugas disana, "Permisi pak, kami pelamar baru. Tempatnya dilantai berapa pak?".
"Oohh, mari saya antar" jawab si petugas keamanan itu membawa mereka kelantai tempat para calon karyawan baru sedang melakukan interview. "Disini, silahkan ambil nomor antriannya".
"Terima kasih banyak ya pak".
"Sama-sama".
Kemudian Marisa melihat mereka yang sedang mengantri dengan pakaian rapi. Lalu melihat Flora, "Ra, ayo semangat. Kita pasti bisa".
"Iya Risa, kita pasti bisa".
"Mmmmm" senyum Marisa mendudukan diri di kursi tunggu. Namun saat itu juga tiba-tiba Marisa merasa mulas dan kram di bagian perutnya, "Ra, sepertinya...
"Ada apa Risa?".
"Sepertinya aku datang bulan Ra, perutku kram sekali".
"Astaga, kenapa tiba-tiba sekali sih Risa? mana aku tidak bawa pembalut lagi. Apa yang harus kita lakukan?".
"Aku harus ke kamar mandi dulu Ra".
"Ya sudah, kamu jangan lama yah".
"Mmmmm" angguk Marisa langsung berlari mencari kamar mandi. Tetapi ia malah keliru, dan sudah hampir 20 menit lamanya dia mencari-cari kamar mandi tersebut tapi belum juga ia temukan, hingga pada akhirnya Marisa melihat seorang pria bertubuh tegap sedang menelpon diujung sana. "Permisi, bisakah anda memberitahu saya kamar mandi dimana?" tanya Marisa keringat dingin.
Tetapi bukannya menjawab Marisa, ia masih tetap membelakanginya. "Hey, tolong lihat kepada ku. Apa anda tidak mendengar ku?".
Si pria tersebut yang merasa sedang dipanggil oleh Marisa, dengan wajah datar ia langsung melihat kearah Marisa yang berada di belakangnya. "OMG" kaget Marisa dengan mata membulat. "Siapa pria ini? kenapa dia sangat tampan sekali dan juga pakaiannya.. Oh no" teriaknya dalam hati.
"Apa kamu sedang berbicara kepada saya?".
"Heheheh, iya. Tolong maafkan kelancangan saya tuan".
"Ada apa kamu memanggil saya?".
"I-itu, saya tidak tau kamar mandi dimana, makanya saya memanggil tuan. Apa tuan tau letak kamar mandi dimana?".
"Disana" tunjuknya.
"Akhirnya. Terima kasih tuan" senyum Marisa segera berlari kearah kamar mandi tersebut. Kemudian ia mengingat wajah tampan itu kembali, "Kenapa pria itu tampan sekali? dia membuat ku baper saja" dengan senyum mengembang di wajahnya, dia malah menyempatkan diri membayangkan wajah tampan itu. "Ah sial, kenapa juga aku harus membayangkannya. Ada-ada saja" begitu Marisa mulai merasa baikan, ia mencuci kewanitaannya.
Namun ia yang tidak memiliki pembalut tidak tau caranya harus bagaimana supaya tidak bocor. "Apa yang harus aku lakukan? tidak mungkin aku menggunakan tissue ini? tapi tidak ada cara lain lagi. Ah, ini sangat menyebalkan sekali".
DDDRRRTTTT... DDDRRRTTTT...
"Hallo Ra, tidak bisakah kamu usahakan satu pembalut untuk ku?" ucap Marisa memelas.
"Lalu bagaimana dengan nomor antrian kita Risa? kamu mau kita ketinggalan. Dan kamu tau sendiri kalau aku tidak tau mini market dekat sini".
"Yah, bagaimana ini? mana perutku masih sakit lagi".
"Begini saja Risa. Apa kamu melihat ada tissue disana?".
"Maksud kamu aku pakai tissue?".
"Iya, gunakan itu saja Risa untuk sementara saja. Begitu selesai, kita akan mencari pembalut untuk mu".
"Baiklah kalau gitu".
"Mmmm, cepatlah kemari".
"Ya" kemudian Marisa melihat tissue toilet tersebut dengan tatapan sedih. "Tidak ada cara lain, terpaksa aku harus menggunakan ini" Marisa segera menggunakannya, begitu selesai ia keluar lalu menghampiri Flora kembali di ruang interview.
"Oo, kamu sudah datang. Kamu jadi menggunakannya?".
"Mmmm, tapi ini sangat tidak nyaman".
"Bertahanlah, sebentar lagi giliran kita".
"Hey, giliran dari mana orang sebanyak ini? kamu ada-ada saja".
"Hehehehe, kalau saja tadi aku pergi pembelinya. Orang lain akan mencuri kursi ini dan kamu tidak akan bisa duduk".
"Terserah kamu saja, perut ku sangat sakit".
"Oh iya Risa, tadi aku dengar-dengar dari mereka kalau CEO kita nanti sangat tampan dan masih muda. Dan yang lebih buat aku merasa sangat senang, dia masih lajang".
"Benarkah?".
"Mmmm, aku ingin melihatnya, setampan apakah dia?".
"Kalau gitu aku akan mendekatinya untuk merubah nasib ku menjadi orang kaya".
"Maksud kamu?".
"Ya aku harus mengencaninya".
"Hahahah, enggak usah mimpi kamu Risa. Wanita seperti kamu mana setara dengannya, udah wajah pas-pasan dan juga ah, intinya kamu tidak usah berharap lebih kalau kamu bisa mendekatinya. Dan yang aku dengar juga yah, katanya dia sangat datar dan tatapan matanya selalu tajam kepada setiap orang, bahkan dengan sedikit kesalahan saja kamu langsung di tendang dari perusahaan ini".
"Hey, masa iya separah itu?".
"Mmmm, untuk apa juga aku harus berbohong. Bukankah itu sudah hal biasa kamu dengar?".
"Iya juga sih. Berarti aku gagal dong mendekatinya?".
"Haahhh, tentu saja. Makanya kamu jangan kebanyakan nonton drakor, ujungnya otak mu jadi seperti ini, kebanyakan halu tingkat dewa ".
"Ck, kamu sangat menyebalkan sekali Ra".
.
Lucas yang berada di atas kursi kebesarannya sedang sibuk memeriksa data para calon karyawan baru yang akan menjadi salah satu sekretarisnya yang masih kosong. "Apa tuan sudah menemukan orang cocok untuk posisi sekretaris tuan ?" tanya si HRD.
"Belum, bawa itu kemari".
"Baik tuan" angguknya memberikan dihadapan Lucas kembali.
Lalu Lucas memeriksa data mereka, dan lagi-lagi ia belum menemukan sosok yang sangat cocok untuk posisi tersebut. "Cari lagi, saya belum menemukannya".
"Baik tuan, saya akan membawa data mereka lagi".
"Mmmmm" kemudian Lucas bangkit berdiri dari kursi kebesarannya, lalu menatap keluar kaca ruangan dengan senyum tipis sambil menarik sudut bibirnya.
Tok.. Tok..
"Masuk" jawabnya.
Ceklek!
"Dilan!".
"Bagaimana rasanya menjadi seorang CEO baru di perusahaan ini? apa kamu sangat menikmati posisi mu?".
"Tentu saja, silahkan duduk. Apa kamu datang kemari hanya menanyakan itu?".
"Bisa dibilang. Kamu tidak ingin menawarkan aku segelas kopi?".
"Baiklah, tunggu sebentar" Lucas segera membuatkan dua gelas kopi instan untuk Dilan dan juga untuk dirinya. Setelah itu, Lucas memberikan dihadapannya.
"Terima kasih" senyum Dilan menyambar kopinya. "Rasanya lumayan".
"Tidak usah meragukan kopi buatan ku. Lalu apa yang kamu bawa untuk ku? tidak mungkin kamu datang kemari dengan tangan kosong?".
Dilan menyeringai memalingkan wajahnya, "Setelah kamu menjadi CEO, apa kamu masih mengharapkan sesuatu dari ku?".
"Mmmm, aku rasa kamu tidak akan keberatan. Dan aku juga tidak akan meminta yang mahal-mahal, yang murah saja".
"Baiklah, aku akan memberimu hadiah" Dilan langsung menghubungi sekretarisnya lalu menyuruhnya membelikan suatu hadiah berbentuk pot bunga hidup dengan kualitas tinggi. Setelah itu Dilan tersenyum kepada Lucas, "Sebentar lagi hadiah mu akan tiba".
"Baiklah. Terima kasih" balas Lucas tersenyum kepadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Tiahsutiah
serru cerita nya
2022-08-11
0