Kini Lucas dan Marisa telah tiba, ia langsung menyuruh para pemegang saham mengadakan rapat mendadak yang membuat para staf lainnya keteteran. "Selama datang tuan, tapi mereka belum datang?" ucap salah satu staf itu.
Lucas menyeringai, lalu masuk kedalam. Ia melihat semua kursi masih kosong.
Kemudian Lucas melihat jam kini sudah menunjukkan pukul 3 sore. Namun mereka belum juga tiba disana setelah 15 menit lamanya dia menunggu di dalam. "Tuan, apa sebaiknya meeting ini dibatalkan? saya rasa mereka sangat sibuk" kata Marisa memberanikan diri.
"Tidak, meeting ini akan tetap berlangsung".
Ceklek!
"Maaf tuan saya harus menyampaikan pesan ini kalau para direktur tidak akan datang kemari karna meeting ini secara mendadak tampa ada informasi datang kepada mereka".
"Baiklah, kalau itu mau mereka" angguk Lucas bangkit berdiri dari atas kursi. Lalu memasuki ruangannya, namun saat ia itu juga ia melihat Dilan berada disana.
"Kamu sudah datang?".
Lucas menyeringai kembali, "Apa yang sedang kamu lakukan disini?".
"Kenapa? kamu marah karna mereka tidak mendengar mu?".
"Tidak" jawab Lucas sambil duduk dihadapannya. "Lalu kamu termasuk salah satu diantara mereka?".
"Aku tidak tau. Bagaimana perjalanan bisnis mu? apa semuanya berjalan dengan baik?".
"Ah, ini dia yang ingin aku bicarakan. Jadi kamu selama ini orangnya? bagaimana bisa kamu melakukan itu?".
"Apa yang aku lakukan? aku tidak mengerti maksud dari pembicaraan mu".
"Tidak usah membohongi ku, kamu pikir aku tidak tau selama ini kamu lakukan dibelakang perusahaan. Dan kamu juga tidak tau alasan kakek mempercayakan perusahaan ini kepada ku hahahaha, itu semua karna kakek tidak mempercayai mu, kakek tidak pernah mempercayai mu. Kamu mau tau karna apa? karna kamu terlalu sering mengelapkan dana perusahaa..
BBUUNNGGHHH....
"Apa? kamu barusan bilang apa bajingan? kamu barusan bilang apa hahh" geram Dilan langsung menarik kerah baju Lucas.
"Tidak" teriak Marisa menahan tangan Dilan saat ia ingin memukul Lucas kembali. "Jangan lakukan itu tuan".
"Kamu siapa?" kesal Dilan melihat Marisa dengan mata tajam. "Kamu siapa..!!".
BBUUNNGGHHH....
Dilan yang ingin memukul Marisa, dengan cepat Lucas langsung memukulnya dan mendorongnya ke sofa. "Lihat saja nanti, kamu tidak bakalan bisa bertahan. Bersiaplah kamu akan kehilangan segalanya" seringai Lucas melap sudut bibirnya. Lalu melepaskan Dilan, "Sekarang kamu pergi, aku tidak ingin melihat mu ada disini".
"Haahhh, baiklah. Tapi aku juga tidak akan tinggal diam, kita lihat saja nanti. Perusahaan ini akan jatuh ditangan mu atau ditangan ku" setelah itu Dilan keluar dari sana.
Kemudian Marisa menghampiri Lucas, "Tuan, apa tuan baik-baik saja?".
"Kamu keluar" jawab Lucas berjalan kearah kursi kebesarannya.
"Tapi tuan, sudut bibir tuan terluka".
Lucas menatapnya, "Apa kamu tidak mendengar ku?".
"Baik tuan, kalau gitu saya permisi" angguk Marisa keluar.
Lalu Lucas melirik ponselnya yang baru saja berdering, "Iya ma. Ada apa?".
"Lucas, apa benar kamu sudah kembali?".
"Mmmmm".
"Kakek mu ingin bicara".
"Baiklah. Kakek, ada apa?".
"Kamu lagi dimana?".
"Lucas ada di kantor kakek".
"Kamu pulang sekarang juga, ada hal penting yang ingin kakek bicarakan kepada mu. Dilan juga sedang perjalanan kemari".
"Baik kek" Lucas meletakkan ponselnya. Ia mengernyitkan dahi memikirkan mateo menyuruhnya pulang. "Apa ini.." gantung Lucas mengingat kejadian yang tadi pagi ia rasakan.
.
Begitu Lucas kembali, diruang keluarga ia melihat Dilan telah berada disana bersama dengan Mateo. "Kamu sudah datang?".
"Iya kek, ada apa kakek memanggil kami kemari?".
"Duduklah. Kakek rasa kalian berdua pasti habis bertengkar, apa kamu yang memulainya Lucas?".
"Tidak kek".
"Lalu kamu Dilan?".
"Tidak kek" jawab Dilan.
"Baiklah, kakek tau kalian berdua tidak akan pernah menjawab jujur. Sekarang bagaimana keadaan mu Lucas? apa jabatan ini sangat berat untuk mu? kakek dengar kamu mengadakan meeting mendadak dan mereka tidak mendengar mu".
"Tidak apa-apa kakek. Lucas bisa menangani ini semua".
"Bagus, kakek senang mendengarnya. Jadi alasan kakek menyuruh kalian berdua kemari, nanti malam hotel Abez akan berulang tahun yang ke 8 tahun, kakek mau kalian berdua mendatangi tempat itu".
"Lucas tidak punya waktu kesana kek, maaf".
"Apa kamu baru saja menentang kakek?".
"Tidak".
"Kamu harus pergi, dan kamu juga Dilan. Kalian berdua harus pergi ke pesta itu, kakek mau keluarga kita menghadiri pesta itu dan kakek tidak menerima penolakan dari kalian berdua. Kalian berdua mengerti?".
"Baik kek" angguk Dilan. Sedangkan Lucas terdiam, ia tidak ingin meninggalkan pekerjaannya yang sangat berharga.
"Kenapa kamu diam?".
"Baiklah, aku akan kesana".
"Bagus, kalian berdua bisa pergi" lalu Mateo tersenyum melihat kedua cucunya itu. Ia tau kalau Lucas dan Dilan tidak akan pernah bersatu, apalagi menyangkut pekerjaan, mereka berdua akan seperti anjing dan kucing saling memperebutkan kekuasaan. "Kalau kalian berdua berhasil mendapatkan putrinya, maka aku akan memberikan perusahaan ini kepada siapa yang berhasil. Dan aku akan mengundurkan diri dari posisi ku".
.
Didalam kamar Lucas menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur, kemudian Isabella memasuki kamarnya. "Lucas, kamu baik-baik saja? kamu terlihat sangat lelah sekali sayang" ucapnya penuh kekhawatiran.
"Lucas baik-baik saja ma. Ada apa mama kemari? Lucas butuh istirahat".
"Mama kemari ingin memberitahu mu sesuatu".
"Sesuatu?".
"Iya, kakek kamu sedang berusaha menjodohkan kalian berdua kepada putri pemilik hotel Abez. Kamu tau sendirikan, kalau kakek sangat dekat dengan keluarga Nugroho selama ini, dan yang mama tau keluarga Nugroho memiliki seorang putri, kalau enggak salah namanya Kirana. Jadi kamu harus berhasil mendapatkan hatinya, kamu mau kan jadi penerus perusahaan kakek kamu yang sebenarnya?".
Lucas mendengus, "Ma, Lucas sangat capek dan lelah. Tidak bisakah kalian tidak membicarakan perjodohan".
"Lucas!" bentak Isabella melihatnya. "Kamu mau perusahaan ini jatuh ditangan Dilan? kalau sampai Dilan yang berhasil, kamu mau jadi apa nantinya Lucas?".
"Ma, Lucas belum mau menikah dan Lucas tidak akan menikahi wanita yang tidak pernah Lucas cintai. Jadi Lucas tidak akan pergi".
"Lucas, mama mohon. Tolong jangan kecewakan papa kamu yang sudah bersusah payah membangun perusahaan ini. Kamu mau papa kamu bersedih?".
"Kalau gitu, biarkan Lucas sendiri ma. Lucas butuh ketenangan".
"Baiklah, tapi kamu harus pergi ke acara itu, mama tidak terima penolakan" Isabella langsung keluar. Meskipun ia juga tidak setuju dengan perjodohan seperti ini, tapi dia lebih tidak suka kalau saja Dilan mengeser posisi Lucas di perusahaan Hanju group. Dia tidak akan membiarkan itu terjadi, Lucas harus tetap di posisinya sampai mateo menyerahkan semuanya kepada Lucas.
DDDRRRTTTT... DDDRRRTTTTTT...
"Mmmmm?" jawab Isabella.
"Bu, ada pasien darurat, pasien harus segera di operasi".
"Baik, saya akan segera kesana" dengan langkah panjang Isabella memasuki mobilnya, dan langsung meninggalkan kediaman keluarga Davison menuju rumah sakit yang selama ini ia bangun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments