Sekarang sudah menunjukkan pukul 12 siang, namun nama Marisa dan Flora belum juga dipanggil-panggil oleh sang panitia, "Ra bagaimana ini? sepertinya aku sudah sangat bocor sekali dan kursi ini juga sepertinya sudah terkena noda milik ku".
"Ck, padahal giliran kita belum tiba-tiba juga. Ya sudah, kamu pergi saja cari pembalut, biar aku yang nunggu disini".
"Mmmm, nanti beritahu aku kalau sudah kita yang di panggil, aku akan segera kembali dan kursi ini tolong kamu tutupi dengan tissue ini".
"Ok".
Dengan langkah buru-buru berlari kearah lift Marisa tidak lupa menutupi bagian belakangnya dengan menggunakan tas sandang. Kemudian ia melihat salah satu OB sedang melakukan kebersihan, "Permisi, mau nanya dong mbak. Mini market disini dimana?".
"Ada di lantai bawah sebelah restoran mbak".
"Oh, terima kasih mbak".
"Iya".
Marisa pun langsung berlari lagi kearah lift, namun tidak salah satupun lift tersebut yang berhenti dihadapannya, sedangkan ia harus segera mendapatkan pembalut. "Tidak ada cara lain lagi, kalau aku menggunakan tangga exit itu sama saja aku bunuh diri" Marisa melirik kiri kananya, ia merasa tidak ada orang yang sedang memperhatikannya. "Ok, aku akan menggunakan lift eksekutif itu".
Ting...!
"OMG, Kenapa tepat sekali" teriak Marisa dalam hati berlari memasuki lift. Tetapi saat itu juga Marisa membulatkan mata melihat pria yang tadi pagi ia temui berada di dalam sana, "Ah, sial" umpatnya menunduk sangat kesal. "Tuan, tolong maafkan kelancangan saya. Saya harus terpaksa menggunakan lift ini".
Diam.
"Kenapa dia tidak menjawab ku?" batin Marisa meliriknya. Lalu mundur sedikit kebelakang supaya posisi berdiri mereka tidak sejajar, kemudian memandangi punggung si pria tersebut dengan tatapan kagum, "Ini tidak bisa dibiarkan, sepertinya kami berdua jodoh hahahah. Omo, aku tidak bisa bayangkan kalau kami berdua benar-benar berjodoh".
Sesampainya mereka di loby, pintu lift terbuka. "Terima kas..." gantung Marisa begitu si pria itu berjalan keluar mendahului dirinya. "Hey, setidaknya dia menunggu ku selesai bicara baru dia pergi. Ck" Marisa keluar dari dalam lift, lalu melihat sekitarnya sambil mencari keberadaan mini market disana. "Tadi katanya dekat restoran, terus restorannya ada dimana?".
"Mbak" panggil seseorang dari belakang.
Namun Marisa tidak mendengarnya, ia masih tetap fokus mencari keberadaan mini market tersebut, "Mbak yang pakai baju putih!" panggilnya lagi, tetapi Marisa tetap tidak mendengarnya, hingga pada akhirnya ia berlari menghampiri Marisa. "Mbak".
"Hhhmm? anda manggil saya?" tanya Marisa melihatnya.
"Iya, dari tadi saya manggil mbak terus" jawabnya kesal.
"Ah, maaf. Ada yang bisa saya bantu?".
"Coba lihat lantai itu".
Marisa membulatkan mata, lalu menutup wajahnya sangat malu, "Maaf, saya lagi buru-buru mencari pembalut sampai saya tidak tau akan seperti ini. Sekali lagi saya minta maaf, bisakah mbak menunjukkan mini market disini?".
"Hhhmmsss, kamu ikut saya" ajaknya membawa Marisa keruang ganti wanita. Lalu memberikan pembalut miliknya di tangan Marisa. "Gunakan ini, lain kali mbak harus hati-hati dan tolong sediakan ini setia hari di dalam tas".
"Iya mbak, terima kasih banyak sudah mau memberikan ini kepada saya".
"Dan sepertinya mbak calon karyawan baru, apa mbak sudah diterima?".
"Belum, soalnya saya belum interview sangking banyaknya calon karyawan baru yang melamar di perusahaan ini".
"Ya sudah, kamu pakaian milik ku saja. Tidak mungkin kamu menggunakan rok itu lagi".
"Benarkah mbak?".
"Iya".
"Astaga, mbaknya baik sekali. Kalau boleh tau nama mbak siapa? saya ingin dekat dengan mbaknya dan pastinya saya akan mengembalikan barang ini lagi".
"Dahlia, panggil Lia saja. Aku bekerja dibagian resepsiones".
"Ok mbak" Marisa segera mengganti roknya dengan milik Dahlia. Setelah selesai, ia kembali naik kelantai atas tempat para calon karyawan baru sedang melakukan interview. "Ra, bagaimana?".
"Oo, kamu sudah datang? kenapa rok kamu ganti Risa? kamu mendapatkannya dari mana?".
"Seseorang memberinya kepada ku".
"Atas nama Flora, Marisa, Sari, Danu dan Farhan. Apa ada orangnya?" Tanya si panitia.
"Ada bu" jawab mereka seretak masuk kedalam.
"Silahkan duduk".
"Ya".
Kemudian para juri panitia tersebut melihat mereka berlima sambil membuka berkas Marisa untuk yang pertamanya, "Yang bernama Marisa?".
"Saya pak".
"Apa kelebihan dan kekurangan kamu?".
"Apa?".
"Kenapa?".
"Ah, maaf pak. Pertanyaannya bisa di ulangi?".
"Apa kelebihan dan kekurangan kamu?".
"Kelebihan saya pak, saya orang yang jujur, ramah, sopan dan pekerja keras. Dan kekurangan saya, dan kekurangan saya..." bingung Marisa ingin menjawab seperti apa. "Maaf, pak. Bisakah saya tidak menjawab yang ini? saya bingung ingin menjawabnya seperti apa" ucap Marisa melihat mereka geleng kepala. "Tamat sudah aku, fix ini tidak bakalan diterima".
Lalu mereka bertanya kepada Flora dan seterusnya. Kemudian sang HRD meminta data mereka berlima untuk dibawakan keruang Lucas, hingga data para calon karyawan tersebut telah menumpuk dihadapannya. "Kalian boleh keluar, silahkan tunggu informasi besok jam 10 pagi".
"Terima kasih pak" angguk mereka keluar.
"Ra, fix aku tidak akan diterima" ujar Marisa sedih menyadarkan tubuhnya dibalik tembok.
"Lagian kamu juga sih, kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan segampang itu? kamu tau sendiri kalau setiap manusia itu tidak ada yang sempurna".
"Hiks hiks.. Apa yang harus aku lakukan Ra? aku harus mendapatkan pekerjaan ini supaya ibuku tidak mengomeli ku lagi. Aku bosan setiap hari terus mendapatkan omelan ini itu, kalau bukan dari ibu pasti dari kak Zara aarrkkhhh... Ini sangat menyebalkan sekali".
"Hey, sudahlah. Kita lihat saja besok, aku juga belum tentu yakin bisa diterima di perusahaan ini dengan calon karyawan sebanyak ini. Kita berdoa saya, semoga rejeki berpaling kepada kita".
"Mmmm, aku sangat lapar Ra".
"Ayo kita makan. Kita perlu asuhan gizi untuk menghadapi kenyataan besok".
"Mmmm"
Kedua orang itu langsung keluar dari dalam gedung Hanju group. Kemudian Marisa menghentikan langkahnya menatap kearah gedung dengan nafas berat, "Ada apa lagi Risa?".
"Tidak, aku hanya merasa sedih saja".
"Kamu pikir cuman kamu saja yang merasa sedih? aku juga merasakannya. Ternyata karyawan yang di terima cuman 10 orang saja, sedangkan yang melamar kerja sebanyak 500 orang hiks.. hiks.. Gara-gara kamu aku jadi menangis".
"Ck, kamu masih enak kalau enggak diterima kamu masih bisa bekerja di restoran. Lah aku, kamu sudah tau pastinya".
"Brengsek. Risa, bagaimana kalau malam ini kita ke Club? aku ingin bersenang-senang".
"Hey, kamu punya uang? kalau aku kamu sudah tau kalau aku tidak punya uang".
"Jangan khawatir, aku yang akan membayar mu".
"Benarkah?".
"Mmmmm".
"Aku tidak yaki..
PPLLAAKKK...
"Kalau aku bilang iya kamu jangan banyak melawan" kesal Flora memukul punggungnya.
"Iya, tapi itu sakit tau".
"Siapa suruh kamu melawan ku".
"Baiklah, ayo".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Tiahsutiah
kocak juga kau marisa...
2022-08-11
1