Sekeluarnya Isabella, Lucas berjalan kearah balkon kamarnya sambil mengeluarkan sebatang rokok dari dalam bungkusnya. Kemudian menyalakan rokok tersebut dan langsung menghisapnya. "Hhhmmsss.. Kakek, kenapa harus dengan ini?" gumam Lucas sangat kesal.
Lucas melihat jam kini telah menunjukkan pukul 6 sore, ia segera bersiap-siap seperti yang tadi Isabella ucapkan. "Tidak ada pilihan, perusahaan ini harus jatuh di tangan ku. Aku harus pergi kesana" Lucas mematikan rokoknya, lalu memasuki kamar mandi.
Begitu selesai, ia melihat dirinya didepan cermin terlihat sangat tampan dan gagah serta berwibawa. Lalu Lucas keluar dari dalam kamar, dia melihat Mateo telah menunggu di lantai bawah. "Kakek duluan saja".
"Tidak, kamu ikut kakek. Ayo" Mateo berjalan duluan, didepan mobil supir keluarga Davison telah menunggu.
"Silahkan tuan".
"Mmmmm" angguk Mateo masuk kedalam mobil dan juga Lucas yang tidak bisa menolak permintaan sang kakek. "Kamu sudah siap? kamu harus bersaing dengan Dilan".
"Ya".
Sesampainya mereka di depan gedung hotel Abez para tamu undangan telah berdatangan dengan keluarga mereka masing-masing, Mateo dan Lucas langsung keluar dari dalam mobil. Dengan senyum mengembang diwajah Mateo, dia melihat semua orang telah masuk kedalam. "Kakek sudah datang" senyum Dilan berjalan menghampirinya.
"Oo, dimana ibu dan ayah mu?".
"Sudah di dalam kek. Ayo" ajak Dilan membantu Mateo berjalan. Begitu mereka mereka berada di dalam, keluarga Malik langsung menghampiri mereka.
"Hahahah.. Tuan Mateo, selamat datang" tawa Malik menyalam tangan Mateo.
"Hahaha, terima kasih. Ah iya, ini kedua cucuku".
Dengan senyum hangat Dilan menjulurkan tangannya kepada Malik dan juga istrinya. "Dilan om tante".
"Dilan?".
"Iya".
"Kamu tampan sekali. Lalu ini?".
"Lucas Davison. Senang bertemu dengan anda tuan Malik" jawab Lucas tersenyum tipis.
"Iya. Tunggu sebentar, ma Kirana dimana?".
"Ah iya, tadi Kirana sama temannya pa. Mama panggil dia dulu" istri Malik pergi mencari keberadaan putrinya. Kemudian Carlos dan Vina menghampiri mereka.
"Hahaha, selamat tuan Malik. Hotel Abez telah berdiri selama 8 tahun lamanya dan ini Dilan putra kami" ucap Carlos menunjuk Dilan.
"Iya. Putra mu sangat tampan, putri ku pasti menyukai Dilan"
"Terima kasih om" angguk Dilan melirik Lucas yang berada disampingnya. "Kita lihat saja Lucas, siapa yang akan menjadi pemimpin berikutnya. Aku atau kamu?".
Tidak lama kemudian, istri Malik dan putrinya telah berjalan menghampiri mereka. Lalu Dilan melihatnya dengan kening mengerut, "Kirana".
Dengan senyum mengembang diwajah Malik, dia menyuruh Kirana mendekat, "Sayang, ini tuan Mateo yang papa ceritakan jauh hari kemarin. Ayo salam".
"Iya pa. Hallo kakek, aku Kirana" dengan manis Kirana menyalam tangan kanan Mateo.
"Dan ini tante Vina sama suaminya om Carlos rekan kerja papa".
"Hallo om tante".
"Hallo sayang. Kamu cantik sekali deh".
"Hehehe, terima kasih tante".
"Lalu mereka cucu kakek Mateo".
"Oo, Dilan? kamu Dilan kan teman satu SMP ku dulu? wah, apa kabar kamu Dilan? sejak kita lulus SMP kamu tidak ada kabar lagi. Dan sekarang kamu sudah tumbuh menjadi pria dewasa dan tampan. Wah, wah, wah" senang Kirana melihatnya.
"Iya, kamu apa kabar? maaf sudah pergi tampa kabar" balas Dilan tersenyum lebar, dan benar sekali kalau Kirana adalah teman lamanya.
"Tidak apa-apa. Boleh aku memeluk mu Dilan, aku sangat merindukan kamu".
"Ah" Dilan pura-pura malu melihat anggota keluarganya berada disana.
"Kamu lama sekali, aku sangat merindukan mu" Kirana langsung memeluknya. "Ma pa, dia teman lama Kirana, dan sekarang dia sudah tumbuh dewasa yang tampan".
"Kamu menyukainya putra tante sayang?" senyum Vina.
"Iya tante sejak dari dulu".
"Wah, sepertinya kalian jodoh sayang".
"Masa iya tante. Lalu dia siapa?" lihatnya kearah Lucas yang hanya diam saja sedari tadi. "Hallo, aku Kirana".
"Lucas, anak dari Harry Davison dan Isabella" jawab Lucas mengulurkan tangannya.
"OMG, dia tampan sekali. Bagaimana bisa aku baru mengenalnya? selama ini aku kemana saja? ya ampun, dia benar-benar tipe pria idaman aku sekali" ucap Kirana dalam hati.
"Apa yang sedang wanita ini pikirkan" batin Lucas melihat Kirana sedari tadi menatapnya dengan pipi merona. "Nona baik-baik saja?".
"Apa?".
"Dari tadi nona melihat saya seperti itu. Apa sesuatu ada diwajah ku?" Lucas menyentuh wajahnya.
"Ah tidak" jawab Kirana memalingkan wajahnya melihat Dilan yang sedang melihatnya dengan tatapan yang tidak bisa Kirana artikan. "Oh iya, boleh aku meminta nomor ponsel kalian berdua? aku ingin lebih dekat lagi dengan kamu Dilan dan kamu Lucas" Kirana mengeluarkan ponselnya. "Berapa Lucas?".
"O821...
"Terima kasih Lucas. Kamu Dilan".
"0852...
"Ok, terima kasih untuk kalian berdua" kemudian Kirana melihat Mateo. "Kakek, kenapa kakek memiliki cucu yang sangat tampan seperti mereka berdua? Kirana kan jadi bingung milih siap Ah" Kirana langsung menutup mulutnya. "Maafkan Kirana kakek, Kirana tidak ada maksud lain".
"Hahahaha, tidak apa-apa. Kakek memang sengaja ingin menjodohkan kamu dengan cucu kakek. Kamu bebas memiliki siapa diantara keduanya, bukankah begitu Malik?".
"Iya sayang. Papa dan mama setuju menjodohkan kamu dengan kedua cucuk kakek Mateo, sekarang kamu tinggal pilih mana yang terbaik untuk kamu".
"Benarkah pa ma?".
"Iya sayang".
Kirana tersenyum senang, namun dia juga merasa kebingungan harus memilih siapa diantara Dilan dan Lucas. Karna dia menyukai kedua pria tersebut, tetapi dia lebih menyukai Lucas. Sedangkan Dilan tidak beda jauh dari Lucas meskipun soal ketampanan Lucas jauh lebih tampan, cuman dia sudah tau seperti apa sifat Dilan selama ini bahkan dirinya pernah tergila-gila kepadanya. Sedangkan Lucas, dia sama sekali belum mengenal seperti apa Lucas yang sebenarnya. "Ais, kenapa aku jadi bingung sendiri sih?" gumam Kirana melirik Lucas dan Dilan.
Kemudian Malik mengajak mereka kemeja makan, disana semua hidangan spesial telah tertata sangat rapi diatas meja. Lalu Kirana mencoba mendekati Lucas, dia langsung duduk disampingnya. "Hay Lucas" senyum Kirana.
"Mmmm" angguk Lucas tersenyum tipis.
"Ck, tapi dia sangat dingin sekali. Berbeda dengan Dilan, dulu setiap kali aku menyapa dirinya, dia selalu tersenyum lebar kepada ku. Tapi dia, dia benar-benar sangat datar" Kirana menghela nafas berat. Lalu melirik kearah Dilan yang berada di hadapannya, "Dilan" panggilnya.
"Mmmmm, kenapa?" Dilan tersenyum manis.
"Nah, ini dia yang aku butuhkan. Senyuman hangat yang tulus. Tapi pria yang berada disamping ku ini sama sekali tidak bisa menunjukkan senyuman itu" ucap Kirana dalam hatinya lagi.
"Ada apa Kirana?".
"Kalian berdua satu kantor?".
"Mmmmm" angguk Dilan.
"Boleh tidak aku datang kesana besok di jam istirahat?".
"Boleh, kapan saja kamu mau kamu boleh datang kesana".
"Terima kasih Dilan, kamu belum berubah sama sekali sejak dari dulu".
"Benarkah?".
"Mmmm, kamu masih pria yang manis".
"Hahahha, jangan memujiku seperti itu" balas Dilan tertawa kecil.
"Aku mengatakan yang sebenarnya Dilan kalau kamu masih tetap manis seperti dulu. Bukankah begitu kakek?".
"Iya, tapi dia kadang mau berubah menjadi pria kasar seperti yang disebelah mu ini" jawab Mateo melihat Lucas yang tidak banyak bicara sedari tadi.
"Kirana suka kek, tapi Kirana tidak suka pria kasar. Apa kamu pria kasar Lucas?".
"Tidak, dan kadang bisa dibilang seperti itu" jawab Lucas menyantap makanannya. Mendengar itu Dilan tersenyum senang melihat kekecewaan di wajah Kirana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments