Seperginya mereka, Marisa mendengus geleng kepala. Ia sudah tau kalau sifat para ibu-ibu tetangganya memang sudah seperti itu sejak dari dulu makanya Marisa tidak mau ambil pusing. Lalu ia masuk kedalam rumah, "Ma, Risa pulang ma".
"Loh, kenapa kamu pulang jam segini Risa?" kaget Saphira melihatnya.
"Risa pulang mau mengambil barang ma, tiga hari ke depan Risa berada di luar kota. Mama masak apa?".
"Maksud kamu? mama enggak ngerti".
"Iya ma, Risa mendapatkan jabatan sebagai sekretaris di perusahaan Hanju, jadi Risa akan menemani bos Risa selama tiga hari ke depan diluar kota".
"Apa? kamu serius Risa? kamu enggak lagi bohongin mama kan?".
"Mmmmm, Risa enggak bohong ma. Risa beruntung sekali kan ma heheheh".
"Terima kasih untuk Tuhan sayang, kamu memang hebat, mama sangat bangga sama kamu. Jadi kamu mau ngambil barang?".
"Iya ma. Tapi Risa sangat lapar, Risa makan dulu saja".
"Biar mama saja yang menaruh barang mu di dalam koper. Kamu makan saja sana".
"Iya ma, terima kasih" senang Marisa berjalan kearah meja makan. Ia melihat menu hari ini cukup sangat enak karna Saphira memang pernah jadi Chef di salah satu restoran terkenal. Namun melihat Zara, Marisa dan sang suami yang tidak pernah sarapan berangkat kerja membuat Saphira memutuskan berhenti dari pekerjaannya. Dan semuanya pun langsung mendukung kalau ia tidak perlu bekerja lagi.
"Wah, masakan mama selalu yang terenak" puji Marisa sangat lahap hingga ia benar-benar sangat kenyang. Setelah itu, Marisa melihat sang ibu berjalan kearahnya.
"Mama sudah menaruh pakaian mu di dalam koper yang kamu bawa. Oh iya Sa, bos kamu masih muda atau sudah tua? kalau dia masih muda bisalah kamu dekati bos kamu. Tapi kalau sudah tua, kamu jangan pernah dekati dia yah".
"Kenapa ma?".
"Kamu mau jadi istri simpanan seperti banyaknya wanita lain?".
"Tidak apa-apa, yang penting uangnya banyak ma" jawab Marisa tersenyum menyeringai.
PPLLAAKKK..
"Ak, Mah..." rengek Marisa kesakitan dibagian punggungnya.
"Makanya jangan pernah macam-macam. Awas saja kalau kamu berani melawan perintah mama".
"Hey, lagian siapa juga yang mau. Tapi kalau uangnya Risa mau".
"Itu sama saja kamu jual diri Risa..!" bentak Saphira.
"Iya iya iya... Kalau gitu Risa berangkat dulu ma, ini sudah hampir Jam 3 sore. Terima kasih untuk makan siangnya".
"Mmmmm, kamu hati-hati".
"Iya ma" angguk Marisa keluar dari dalam rumah, lalu menaruh kopernya di dalam mobil. Setelah itu, ia pun langsung meninggalkan pekarangan rumahnya menuju tempat Lucas berada saat ini.
Sesampainya Marisa disana, ia segera masuk kedalam ruman itu kembali. Namun saat ia hendak menaiki anak tangga, Marisa menghentikan langkahnya, ia baru menyadari kalau rumah tersebut sangat mewah dan pastinya tidak ada apa-apa dengan rumahnya.
"Rumah sebesar ini, apa dia tidak kesepian tinggal sendiri" gumam Marisa melangkahkan kedua kakinya kembali menaiki anak tangga.
TOK... TOK...
"Tuan, apa tuan Lucas sudah bangun?".
Tidak ada jawaban.
"Sepertinya Tuan Lucas belum bangun, sebaiknya aku membangunkan dia saja. Nanti kami bisa terlambat" Ia mendorong pintu kamar, lalu melihat keatas tempat tidur kalau Lucas masih terlelap dalam tidurnya. Kemudian Marisa mendekatinya, "Tuan, tuan Lucas" panggilannya. "Tuan ayo bangun, ini sudah jam 3 lewat 15 menit".
Namun Lucas bukannya terbangun, ia malah memperbaiki cara tidurnya semakin nyenyak. "Hey, kenapa dia malah menarik bantal guling itu? rasanya aku ingin memukul dia saja supaya dia terbangun" gumam Marisa sambil berpikir cara untuk membangunkan bosnya itu.
Lalu Marisa mendudukan diri disamping Lucas, tetapi ia malah memperhatikan wajahnya yang sangat tampan. Bibir seksi, hidung mancung, bulu mata yang lentik dan juga bentuk wajahnya yang tirus membuat wajah Lucas sangat sempurna di kedua matanya. "Astaga, aku kok malah asik memperhatikan wajahnya" Marisa memalingkan wajahnya begitu ia merasakan sesuatu memanas diwajahnya.
Sedangkan Lucas kini sudah membuka kedua mata, ia melihat Marisa berada disampingnya. "Apa yang sedang kamu lakukan disini?".
"Astaga, maaf tuan" kaget Marisa langsung menunduk.
Kemudian Lucas menatapnya, lalu menuruni tempat tidur berjalan kearah kamar mandi. "Siapkan pakaian saya".
"Baik tuan" angguk Marisa memasuki ruang pakaian Lucas, ia melihat semua pakaian itu sambil memilih pakaian yang cocok untuk Lucas gunakan. "Dia mau pakai pakaian santai atau pakaian..
"Kenapa sangat lama?".
"Ooo.. Ah, heheheh itu tuan. Saya bingung tuan mau pakaian yang santai atau pakaian biasa ke kantor hhmmm" jawab Marisa tersenyum sambil melihat roti sobek Lucas yang tidak akan Marisa sia-siakan.
"Kamu lihat apa? keluar".
"Ck, pelit amat sih cuman itu doang" batin Marisa. "Baik tuan, ada yang bisa saya bantu lagi selagi tuan memakai baju?".
"Tidak, cepat keluar".
"Ya".
Begitu ia keluar dari sana, ia langsung membawa koper tersebut kelantai bawah menunggu Lucas selesai. Tidak lama kemudian, ia melihat Lucas menuruni anak tangga dengan pakaian santai sehingga aura ketampanan Lucas membuat Marisa semakin ingin menerkamnya. "Sepertinya kamu sudah kebiasaan seperti ini?".
"Apa?".
Lucas menyeringai, "Jangan melihat saya seperti itu. Apa kamu menyukai ku?".
"Hahahaha, tuan kalau bercanda suka benar deh. Ups, tidak-tidak, tolong maafkan saya tuan" Sesal Marisa menutup wajahnya sangat malu.
"Ck, ayo buruan bawa itu" geleng Lucas melangkah duluan.
"Arrkkh, kenapa jadi seperti ini sih? paling malas deh kalau mata ku melihat pria bening sepertinya langsung baper. Kan aku jadi ketahuan, astaga ini sangat memalukan sekali, semoga dia tidak perduli".
.
Kini Lucas dan Marisa telah berada di bandara. Meskipun keluarga Davison memiliki jet pribadi, tetapi Lucas lebih suka menggunakan pesawat umum disaat ia bepergian keluar kota. Berbeda halnya dengan Dilan, ia tidak pernah menggunakan pesawat umum dan selalu menggunakan jet pribadi.
Begitu mereka berada di dalam pesawat, Lucas memasang hairphone dikedua telinga, lalu melihat Marisa disampingnya. "Saya sudah bilang jangan melihat saya seperti itu. Saya tidak suka" kesal Lucas melihat Marisa asik memandangi dirinya sedari tadi.
"Baperan deh..!" gumam Marisa yang masih bisa di dengar oleh Lucas.
"Kamu barusan bilang apa?".
"Tidak, saya tidak bilang apa-apa" kemudian Marisa melipat kedua tangannya di depan dada, lalu menutup kedua mata sambil berkata dalam hati. "Terus kalau kamu dilihat emang kenapa? mata-mata saya, ya suka-suka saya dong. Jadi orang berlebihan amat sih".
Setelah beberapa menit kemudian, Marisa membuka mata, ia melihat para penumpang lainnya sedang menikmati makanan mereka masing-masing dan sebagiannya lagi sedang tidur. Sedangkan Lucas yang berada disampingnya, "Tuan tidur?".
Tidak di jawab.
"Berarti dia tidur, tapi kenapa aku tidak bisa tidur?".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
NBF
headphone
2024-05-22
0
Tiahsutiah
selamat ya risa kau dapat kerjaan jadi sekertaris...semangat...
2022-08-11
0
Ratna Anjeli
Lanjut thour
2022-04-23
0