Sore harinya Marisa tidak kembali pulang kerumah, ia sekarang berada di apertemen sederhana Flora yang tidak terlalu jauh dari rumahnya dan ia sedang sibuk mencari pakai yang cocok untuk dipakai malam nanti. "Tolong berikan aku pakaian yang seksi Ra, ini terlalu tertutup sekali".
"Coba kamu pakai yang ini".
"Oo" angguk Marisa mencobanya. "Wah, lumayan juga Ra".
"Kamu mau pakai yang itu?".
"Iya, aku rasa ini cocok".
"Bagus deh, aku pakai yang ini saja".
Hingga kini jam telah menunjukkan pukul 11 malam, Marisa dan Flora telah berada di dalam club sambil menikmati segelas alkohol dan juga suara musik membuat Marisa tidak berhenti menggerak-gerakkan tubuhnya. "Hu.. Ini sangat menyenangkan sekali Ra" tawa Marisa berteriak.
"Aku juga, bagaimana kalau kita turun saja Risa?".
"Ayo" teriak Marisa membawa botol minumannya.
Sedangkan disalah satu ruang VIP Lucas, Jose dan beberapa rekan kerja sekaligus teman masa sekolahnya sedang berada disana menikmati minuman mereka masing-masing. "Hahaha, selamat Lucas. Sekarang kamu sudah menjadi seorang CEO" ujar salah satunya.
"Terima kasih" senyum Lucas.
"Lalu bagaimana dengan Dilan? apa dia sudah terima kalau posisi itu jatuh di tangan mu?".
Lucas tersenyum kembali memutar-mutar gelasnya, "Aku tidak tau" jawabnya.
"Dia tidak akan melepaskan mu".
"Aku tau itu" kemudian Lucas bangkit berdiri dari atas sofa berjalan kearah pintu. Lalu ia melihat seujung lorong sepasang laki-laki dan perempuan sedang bercumbu mesra membuat ia juga membutuhkan belain itu. Tapi ia tidak tau kemana ia harus melupakannya, hingga pada akhirnya Lucas telah berada di luar sambil menikmati sebatang rokok.
"Ra, aku mau pipis. Aku ke toilet sebentar yah".
"Mmmm" angguk Flora.
Marisa langsung berjalan kearah toilet wanita, namun saat ia hendak masuk, ia tiba-tiba melihat bayangan pria yang tadi ia temui di gedung Hanju, "Hey, bagaimana mungkin pria itu adalah dia?" geleng Marisa masuk kedalam. Begitu selesai ia segera keluar, lalu melihat pria itu lagi masih berdiri di sana dengan sebatang rokoknya. "Masa iya pria itu benar-benar pria yang tadi aku temui?".
Dengan rasa penasaran Marisa mendekatinya, "Permisi" panggilnya. "Permisi" panggilnya lagi. "Apa dia tuli sampai tidak mendengar suara ku sebasar ini?" gumam Marisa meninggalkannya.
"Berhenti disitu!".
Marisa menghentikan langkahnya, lalu membalikkan tubuhnya menghadap si pria tersebut. "Wah, ternyata benar dia. Apa yang sedang dia lakukan disini? dan sepertinya dia sedang mabuk?" batin Marisa melihatnya dari atas sampai bawah. "Maaf, anda memanggil saya?".
Lucas tertawa kecil, "Bukankah kamu sendiri yang duluan memanggil saya?".
"Tidak" jawab Marisa menggeleng. "Saya tidak ada memanggil mu, salah dengar kali".
"Kamu!".
"Kenapa?".
"Kamu kemari!".
"Kamu mau apa?".
"Ssss, kamu kemari. Ayo cepat kemari".
"Kalau aku tidak mau? kamu mau apa? ck kamu pikir aku apaan ma.." gantung Marisa saat Lucas menarik wajahnya dan langsung mencium bibirnya tampa izin. Dengan mata membulat, "OMG, apa aku sedang bermimpi? benarkah ini mimpi? ibu tolong bangunkan aku. Ah" kaget Marisa begitu Lucas mengigit bibir bawahnya, hingga pada akhirnya Lucas berhasil menarik lidah Marisa dan memainkannya dibawah hawa nafsu.
"Tidak Risa, jangan bilang kamu menyukai hal konyol ini. Oh no.." teriaknya dalam hati. Kemudian Marisa mendongnya dan alhasil ciuman Itu terlepas. "Maaf, aku tidak mengenal mu siapa" ucapnya meninggalkan Lucas. "Enak sekali dirimu, kamu pikir aku mau kamu menyentuhku tubuhku dengan keadaan mabuk seperti ini?. Kecuali kalau kamu sadar, mungkin aku mau hehehe. Bangsat loh Risa, pikiran mu jahat sekali" batinnya.
.
Sepulang dari Club, Flora mengantar Marisa kembali pulang kerumahnya sesuai dengan permintaanya. "Risa, kamu yakin pulang dengan keadaan mabuk seperti ini? bagaimana kalau kamu ketahuan sama tante atau sama yang lainnya? bisa habis kamu di omeli sepanjang masa".
"Tidak apa-apa, berikan aku permen. Apa penampilan ku sudah seperti biasa?".
"Mmmmm, masuklah kalau kamu enggak takut".
"Jangan khawatir. Kamu hati-hati dijalan yah. Kalau enggak kamu nginap dirumah ku saja?".
"Tidak usah, nanti kita ketahuan sekali".
"Baiklah aku masuk" dengan langkah pelan Marisa membuka gerbang rumahnya. Lalu berjalan kerah jendela kaca kamarnya, seperti biasa kalau Marisa pulang malam ia akan lewat dari sana supaya tidak ketahuan dengan anggota keluarganya. Begitu jendela kaca kamar Marisa terbuka, ia tersenyum lebar masuk kedalam. "Ah, akhirnya aku selamat juga" Marisa menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur, tidak lama kemudian Marisa terlelap dalam tidurnya.
.
Pagi harinya diatas meja makan sang ibu sedang menyiapkan sarapan pagi untuk ayah Marisa serta sang kakak perempuannya. "Ma, Risa belum bangun?" tanya Zara.
"Sepertinya, anak itu benar-benar tidak ada niat lagi cari kerja. Kalau pun dia tidak diterima di perusahaan Hanju group, setidaknya dia mencari perusahaan lain".
"Hanju group ma? Risa melamar disana?".
"Iya, semalam Flora mengajaknya melamar kerja disana".
"Iya, kemarin Zara juga dengar kalau Hanju group sudah ganti pemimpin dan saat ini Hanju sedang merekrut calon karyawan baru. Coba tanya Risa ma, apa dia berhasil masuk kesana?".
"Hhmmsss, sepertinya dia gagal. Buktinya kalau adik kamu berhasil, dia pasti sudah memberitahu kita semua kalau di lulus masuk kedalam".
"Kasihan Risa ma, Zara juga tidak bisa membantunya masuk ke perusahaan Zara. Lalu bagaimana dengan papa? tidak ada lowongan kerja di tempat papa bekerja?".
"Tidak ada. Biarkan saja Risa untuk sementara waktu seperti ini".
"Ck, apa enggak sayang ijasah ya itu di tiduri saja pa?"
"Apa kata papa benar ma. Biarkan saja dulu Risa seperti ini sampai dia benar-benar sudah bosan berada dirumah terus. Capek mama terus menyuruhnya kalau hatinya menolak" sambung Zara.
"Terserah kalian saja".
"Kalau gitu, Zara berangkat kerja dulu ma" salimnya ditangan sang ibu.
"Iya, hati-hati dijalan".
"Iya ma".
"Papa juga ma" ucap sang suami menyambar tasnya. Lalu memberinya dua lembar uang merah, "Semalam papa dapat tips, satu untuk mama satunya lagi untuk Risa. Papa berangkat ya ma".
"Iya pak, hati-hati dijalan".
"Mmmmm".
Kemudian Saphira menghela nafas melihat uang tersebut, lalu berjalan mendekati pintu kamar Marisa. "Risa kamu sudah bangun?".
Ceklek!
Dengan tubuh terlentang Saphira melihat pakaian Marisa yang sangat terbuka membuatnya curiga kepada sang putri keduanya itu. "Risa, kenapa pakaian mu seperti ini? jangan bilang kamu ke club lagi?" Saphira mendekatkan wajahnya di wajah Marisa. Begitu ia bisa mencium aroma alkohol dari dalam mulutnya, dengan sangat kuat sang ibu langsung menjewer telinganya cukup kuat. "Marisa bangun...!".
"Ah, mama sakit" ringis Marisa membuka mata.
"Oohh, jadi semalam kamu pulang malam yah. Udah tau pengangguran tapi kamu masih punya uang pergi ke club".
"Apa? bagaimana bisa mama tau?" tanya Marisa tampa wajah berdosa.
"Pake nanya lagi. Kamu pikir mama bodoh, lihat pakaian kamu, nafas kamu yang bau alkohol. Apa kamu ingin membohongi mama?".
"Heheheh, maafkan Risa ma".
"Kamu yah Risa. Mama enggak suka anak gadis mama pergi ketempat seperti itu dengan pakaian terbuka seperti ini".
"Ck, Risa kan enggak ngapa-ngpain ma. Risa cuman minum sama goyang-goyang seper..." gantungnya mendapatkan jeweran itu kembali dari sang ibu. "Maaf ma, maaf".
"Awas kalau kamu mengulanginya lagi".
"Ya".
"Inih, tadi papa menitipkan uang ini sama mama".
"Wah, papa benar-benar baik banget sih ma. Terima kasih ma".
"Mmmmm, sana mandi".
"Siap ma".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Tiahsutiah
begitu besar kasih sayang seorang ibu walau kelakuan anak nya begitu masih ttp menyayagi nya semangat marisa bahagiakan lah ortu mu sebisa kamu.
2022-08-11
0