Kiara dan Bella tiba di WS TECH. Kiara memarkir mobilnya di depan pintu masuk lobby kantor. Lalu ikut keluar seperti halnya Bella sambil membawa bekal untuk Bella.
"Terima kasih." Kalimat singkat yang Bella ucapkan dengan tulus dari hatinya.
"Sama-sama, kak." Kiara menyahut dengan mengulurkan bubur yang tadi dia kemas untuk kakaknya. "Untuk makan siang kakak. Segera membaik ya kak."
"Iya, semoga saja. Aku masuk dulu ya." Bella menghilang ke dalam pintu masuk utama kantor.
Setelah memastikan kakaknya terlihat baik-baik saja memasuki kantornya, Kiara berbalik. Ada pemuda lumayan tampan yang berjalan dari parkiran. Pemuda itu mengenakan kartu ID pegawai seperti Bella tadi. Sang pemuda memandangi Kiara dengan intens sambil berjalan ke arah kantor seperti halnya Bella. Membuat Kiara ikut pula memandang pemuda itu lebih lama.
Satu kata dalam hati Kiara, "tampan".
Pria yang Kiara berikan label tampan itu adalah Aldi. Calon suami Bella.
Aldi sudah mengalihkan pandangannya dari Kiara. Memasuki kantornya dan ada rasa penasaran di hatinya.
Aldi sempat melihat Bella diantar oleh Kiara. Kiara juga mengulurkan bekal untuk Bella. Dari pembicaraan keduanya yang Aldi dengar dari jarak agak jauh, Bella sedang sakit. Tapi siapa wanita yang bersama Bella tadi?
Usai mengantar Bella, Kiara kembali ke apartemen dan bersiap ke kantor. Kiara yakin hari ini akan menghadapi Bima dan segala keinginannya yang suka memaksa. Kiara harus bersiap untuk bertahan kepada keputusannya.
Begitu tiba di ruang kerjanya, sudah ada Bima duduk manis di sofa yang tadi malam ditiduri oleh Bella. Kiara tidak menyapa Bima. Langsung menuju meja kerjanya dan duduk di kursinya.
"Hari ini kita ada janji dengan WO untuk melihat hasil undangan yang dicetak." Bima mengawali pembicaraan keduanya.
"Oke. Tapi nama pengantin wanitanya harus diganti."
"Kiara sayang, undangan sudah selesai cetak dan tinggal dibagikan. Jangan seperti ini, kumohon." Bima beranjak dari sofa berusaha mendekat kepada Kiara.
Bima hendak meraih rambut Kiara, menyalurkan kehangatannya. Tapi Kiara menatap Bima dengan tajam. Membuat Bima menghentikan tangannya yang sudah terulur.
"Aku masih belum berubah pikiran mengenai keputusanku tadi malam" Kiara melipat tangannya di dada sambil tetap menatap Bima.
Bima terjebak. Rayuan apa yang bisa dia pikirkan tuk membuat Kiara berubah pikiran?
Ya. Kenapa dari tadi malam Bima tidak memikirkannya. Kuncinya ada pada Bella. Jika Bella tidak mau menikah dengan Bima, apa mungkin Kiara masih memaksa?
"Aku rasa kamu masih butuh waktu menenangkan diri. Aku akan temui kamu lagi sepulang kerja, ya sayang." Bima berpamitan.
"Tunggu."
"Ya, sayang."
"Jangan pergi membujuk kakakku" Larangan Kiara membuat Bima heran. Kiara membaca pikirannya.
"Meski kamu berhasil meyakinkan kakakku untuk tidak bersedia menikah denganmu, aku tetap tidak peduli. Kita tidak bisa menikah Bim."
"Aku tidak bisa menghabiskan sisa hidupku untuk berperan sebagai istrimu."
"Jika kamu gak bisa bertanggungjawab kepada kakakku dan menikahinya, aku akan menghilang dari hidupmu selamanya. Kamu nggak akan bisa melihat aku lagi. Aku akan berusaha bagaimana pun caranya supaya kamu gak bisa liat aku." Ide ini muncul begitu saja di benak Kiara. Tapi Kiara yakin akan melakukannya jika Bima tak menikahi kakaknya.
Apalah artinya hidup Kiara di sisi Bima jika dibayangi oleh kehidupan kakaknya yang hancur. Kiara tidak akan bisa hidup menyaksikan hal itu. Kiara tidak bisa hidup bahagia bersama Bima yang menghancurkan hidup kakaknya.
Dunia Bima seolah berhenti berputar. Kiara begitu memahami Bima dengan berbagai langkahnya dalam menghadapi masalah. Kiara juga sangat paham jika Bima terbiasa mendapatkan apapun yang dia inginkan.
Selama ini Kiara selalu memilih menuruti segala pengaturan Bima meski ada rasa terpaksa. Kiara lebih suka memilih jalan yang mendatangkan kedamaian dalam hubungannya dengan Bima selama ini. Bima memahami hal itu. Itu juga yang menjadikan Bima sedikit lebih agresif dalam membuat Kiara setuju dengan keinginan-keinginannya. Tapi kali ini Bima sudah melewata batas yang tidak bisa ditoleris lagi oleh Kiara. Kali ini Kiara tidak mau menyerah atau mengalah lagi dengan keinginan Bima.
Jika pilihannya ada Kiara atau tidak, maka pasti Bima akan memilih Kiara tetap ada. Meski nanti Kiara bukan menjadi istri Bima. Tapi adik iparnya. Oh Tuhan, kenapa dalam satu malam calon istriku berubah menjadi calon adik iparku begini?
Bima mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Bima tidak memiliki pilihan jalan lain.
"Kenapa kamu gak mikirin kebahagiaan kamu, Ra?" Bima memilih tidak memaksa Kiara lagi.
"Kamu benar tidak akan menyesal dengan apa yang kamu inginkan ini? Tadi malam kamu masih calon istriku, sayang. Kenapa pagi ini kamu mau jadi calon iparku?" Bima nampak sedih.
"Kamu yakin bisa tetap di sisiku sebagai saudara ipar? Melihatku bersama kakakmu? Kamu janji gak akan menghilang dari hidupku jika aku mau menikahi Bella?"
Kiara sejenak memikirkan ucapan Bima. Sanggupkah Kiara hidup melihat Bima dan kakaknya berpasangan ? Menyaksikan mereka berkeluarga, memiliki anak dan menua?
"Bantu aku melakukannya Bim. Aku akan berusaha kuat melihat kalian bahagia. Bahagiakan kakakku agar aku juga bisa ikut bahagia." Tatapan Kiara melembut. Tidak lagi tajam penuh amarah seperti sebelumnya.
"Peluk aku dulu sayang. Aku mungkin tak punya kesempatan lagi memanggilmu sayang atau memeluk seperti ini." Bima membuka kedua tangannya. Menanti Kiara menghambur ke pelukannya dan memeluknya dengan erat.
Kiara menangis di pelukannya. Air mata mengalir deras. Tanpa suara atau isakan. Kiara membenarkan semua ucapan Bima. Selanjutnya hidup mereka berdua tidak akan mudah. Kiara harus berhenti mencintai Bima. Kiara sudah berjanji tak akan menghilang dari hidup Bima. Maka Kiara harus menyaksikan Bima dan Bella bersama. Membantu mereka hidup bahagia meski dirinya akan terluka nantinya.
Bima yang selalu berada dalam hidupnya selama setahun ini harus Kiara relakan mulai detik ini juga. Tidak hanya itu, Kiara juga harus menyatukan Bima dengan kakaknya.
Jalan untuk membuat mereka bersatu tidak akan mudah. Kiara bisa membayangkan kakaknya pun tidak akan dengan mudah bersedia menikah dengan Bima.
Tadi malam saja kakaknya masih sangat ketakutan hanya karena keberadaan Bima. Bagaimana mungkin meyakinkan kakaknya untuk bersama dengan orang yang mendatangkan rasa takut di dekatnya. Selain itu Bima punya banyak sekali cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Bisa saja Bima berubah pikiran dan tidak memenuhi janjinya barusan. Jika Bima melakukan sesuatu untuk berpisah dengan sang kakak dan bersama dengan Kiara lagi, tantangannya akan semakin berat.
Kiara harus menguatkan hati untuk tetap menjaga hubungan dengan Bima hanya sebatas sebagai adik ipar Bima begitu pelukan keduanya terlepas.
Selamat tinggal calon suamiku. Aku akan menguatkan bahuku tuk menahan setiap ujian yang akan kau buat untuk menguji ketetapan hatiku akan pilihanku. Lihatlah aku nanti sebagai wanita yang hanya bisa kau lihat tapi tidak untuk kau miliki. Aku akan menjaga hubungan kita hanya sebatas dua orang yang bersaudara ipar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Azzahro shofiya Ramadhani
iya...Kiara harus dpet yg lbih dari Bima....biar si bela mkin kbakaran jenggot dia...sbenery Bima bukan slingkuh....Tpi bela nya aja yg licik....huh....dasar iblis brmika bnyak....menyebalkan.....maaf Thor...jdi gemes sndri akoh....smangat ya....😁💪💪😘😘😘🌹🌹🌹❤️❤️❤️
2023-04-05
0
fifid dwi ariani
trus semangat
2023-02-26
0
Arin
semoga Kiara nanti bhgia sm Aldi,dan buat pelkor semoga nanti Bima ttp main cwe biar mampus tuh pelakor
2023-02-22
0