Berdasarkan rencana masa depan Bima untuk Kiara, Bima mengantarkan Kiara ke alamat orang tua Kiara terlebih dahulu.
Sengaja Bima memilih hari minggu untuk kepindahannya ke Jakarta. Supaya bisa mendampingi Kiara mencari alamat orang tuanya.
Dan sesuai dugaan Bima, orang tua Kiara telah pindah. Rumah yang sebelumnya mereka tempati itu lumayan besar. Bisa Bima bayangkan bahwa mereka orang yamg berada. Jadi kenapa membuang anak bungsu mereka dengan alasan ekonomi? Hal itu menjadi tanda tanya besar bagi Bima.
Usai mengunjungi alamat orang tua Kiara yang berganti pemilik, Kiara hanya diam. Pemilik yang sekarang baru menempati rumah selama 2 tahun. Mereka membelinya dari agen real estate. Kiara hanya mendapatkan nomor agennya saja. Bima berjanji akan menyelidiki pemilik sebelumnya. Bima yang akan menghubungi agen itu. Kiara diminta bekerja dengan tenang saja. Tanpa memikirkan kedua orang tuanya.
Bima mengajak Kiara mampir ke restoran favoritnya. Sebuah restoran Italia. Kiara ingin menolak. Belum pernah Kiara makan di tempat seperti itu. Kiara yakin harga makanan di sana pasti sangat mahal. Tapi Bima bersikeras. Bima butuh tempat yang nyaman dan layak untuk mengungkapkan perasaanya kepada Kiara. Juga untuk membicarakan masa depan mereka.
Bima memesankan steak favoritnya untuk dirinya juga untuk Kiara. Khawatir Kiara masih lapar dengan hanya steak, Bima juga memesan Pasta dan beberapa makanan lain seperti Risotto dan Lasagna. Kiara terlalu kurus bagi Bima. Ingin rasanya Bima mengajaknya makan setiap hari dan memberikan banyak makanan untuk Kiara seperti ini.
"Bapak terlalu banyak memesan makanan. Apa kita bisa menghabiskan makanan sebanyak ini?"
"Cobalah mencicipi semuanya. Kamu harus sering mencicipi variasi makanan-makanan luar seperti ini supaya bisa segera naik jabatan menjadi manager." Bima mulai mengiris steak di hadapannya sambil berbicara.
"Dan kumohon berhentilah memanggil bapak di saat kita hanya berdua, Kiara" Bima menghentikan mengiris steak dan menatap Kiara. "Aku merasa sangat tua ketika kamu panggil aku bapak. Aku merasa berumur 40 tahun lebih"
Kiara tak bisa menahan tawa.
"Bukankah umur bapak memang 40 lebih?" Kiara menggoda Bima.
"Apa?" Bima benar-benar ingin menerkam gadis di hadapannya.
"Kiara, panggil namaku." Kini tatapan Bima tidak main-main.
"Bi.. Bi.. Ma.. " Kiara terbata-bata.
"Anak baik. Karena Kiara sudah jadi gadis baik, nikmatilah steak spesial yang sudah dipotong-potong oleh saya." Bima menukar piring steak Kiara dengan miliknya. Bima juga mendekatkan sepiring Risotto ke hadapan Kiara.
"Aku tahu kamu terbiasa makan nasi. Aku sengaja pesan risotto buat kamu. Aku mau kamu kenyang makan di sini."
"Terima kasih," Kiara menunduk malu. Teringat alasan yang dia lontarkan tadi untuk menolak makan di sini.
"Di restoran luar gini aku gak bisa makan kenyang, pak." kenang Kiara
"Kamu boleh makan sebanyak-banyaknya hingga kenyang."
"Tetap tidak akan kenyang." Kiara membantah.
"Pesan lagi hingga kenyang." Bima tak mau kalah
"Di sini porsinya kecil dan tidak bisa makan nasi." Kiara menunduk malu. Mengungkapkan alasan sebenarnya enggan ke restoran italia.
"Di sini ada nasi. Ayo kita masuk" Bima menggandeng tangan Kiara begitu saja. Tidak terima alasan lagi.
Kiara telah menghabiskan steak dan risotto. Mulai melirik pasta.
"Makanlah pasta dan Lasagna nya. kalo kamu suka dan masih belum kenyang, saya pesankan lagi."
"Bapak hanya makan steak?"Bima melotot karena kembali dipanggil bapak.
"Maaf, bim.." Kiara menunduk.
"Makanlah lagi Kiara. Aku sudah kenyang hanya dengan steak. Biasanya aku hanya makan steak ketika ke sini. " Bima mendekatkan piring makanan lain ke depan Kiara.
"Boleh aku bertanya?" Kiara sedikit berhati-hati. Bima senang Kiara mulai menggunakan kata aku. Tidak lagi saya.
"Silahkan" Bima menunjukkan senyum termanisnya.
Ah. Kenapa Bima begitu tampan dengan senyuman itu. Batin Kiara.
"Kenapa kamu tadi bilang ingin saya segera jadi manajer?"
"Kamu tidak mau, Kiara? Gaji manajer besar loh." Bima menggoda.
"Bisa kubayangkan betapa besarnya. Tapi kenapa aku?" Bima telah menyelesaikan makanannya. Dia rasa ini waktunya pembicaraan serius dengan Kiara.
"Karena saya suka sama kamu" Hati Kiara mencelos mendengar ungkapan tiba-tiba Bima. Tapi Kiara buru-buru menetralisir hatinya. Bisa saja hanya suka sebagai pegawai. Kiara harus tenang dulu.
"Sejak kamu menyambut saya di kotamu, di meja resepsionis hotel kecil saya, saya sudah menyukai kamu, Kiara." Bima menunggu respon Kiara. Mengamati dengan cermat ekspresi wajahnya.
"Apa saya pegawai yang rajin dan cekatan? Sampai-sampai bapak ingin saya jadi manajer di sini nanti." wajah Bima berubah masam
"Bapak?"
"Okey. Bima. Maafin aku."
"Aku ingin kamu layak jadi calon istriku." Tiba-tiba Bima memotong ungkapan maaf Kiara.
Kiara terkejut menatap Bima.
"Aku ingin bisa kenalin kamu ke mommy n daddy sebagai wanita baik yang karirnya juga baik. Sehingga layak mendampingi aku, Kiara."
"Maukah kamu nerima perasaan suka aku ini?"
Kiara paham Bima nembak dirinya. Tapi kenapa sejauh itu hingga rencana sebagai calon istri?
"Bim... Aku rasa ini terlalu cepat. Kamu baru kenal aku. Bisa aja kamu hanya suka karena selama ini liat hal-hal baik yang ada padaku. Aku tidak sebaik yang kamu pikirkan. " Kiara masih merasa aneh.
"Semakin kenal sama kamu, aku semakin suka sama kamu, Kiara."
"Kamu kenapa pandai merayu sih, Bima?" Kiara mulai tersipu malu.
"Jadilah pacar aku Kiara." Bima menggenggam tangan Kiara. Kiara hanya bisa menatap tangannya yang digenggam dan mata Bima.
"Cukup katakan iya untuk sekarang. Kamu bisa putusin aku ketika hatimu merasa tidak menyukaiku di kemudian hari. Untuk saat ini, aku yakin kamu memiliki rasa suka yang sama untukku, Kiara." Bima memandang mata Kiara dengan intens. Mencari tanda-tanda penolakan di mata Kiara.
"Aku.. Aku.." Kiara terbata-bata.
"Katakan IYA untuk jadi pacarku, Kiara" Bima kembali meyakinkan.
Kiara menutup mata dan menarik nafas.
"Baiklah." Kiara membuka mata. "Kita resmi pacaran sekarang?" Kiara tersenyum.
"Tentu." Bima mengecup tangan Kiara yang dia genggam. " I Love You, Kiara"
Kiara hanya tersipu malu dengan pipi merahnya diperlakukan seperti itu oleh Bima.
"Sekarang aku anterin ke apartemen kamu ya, Kiara." Usai mereka berdua makan.
" Apartemen?" Kiara bingung.
" Oh. aku lupa membahas mengenai tempat tinggal kamu. Aku terlalu bahagia karena kamu mau jadi pacarku." Bima masih menggandeng tangan Kiara menuju mobilnya.
"Aku punya apartemen yang letaknya gak jauh dari hotel. Aku rasa kalo kamu tinggal di situ akan lebih memudahkan kamu bekerja setiap hari."
"Kita tinggal bersama?" Wajah Kiara mulai panik.
"Aku berharap bisa begitu. Tapi aku tak akan tahan untuk tidak menyentuhmu jika kita tinggal bersama."
Kiara kembali tersipu malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus ssbar
2023-02-26
0
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
owh bgitu ceritanya ....
2022-10-05
1
Sientje Merentek
Senang Kiara nenerima Bima
2022-04-13
1