Bima kembali ke kamar hotel. Berusaha mengingat kejadian di kamar ini beberapa jam yang lalu.
Yang jelas Bima yakin berhubungan dengan seorang wanita. Bima menganggap wanita itu Kiara. Wanita itu juga awalnya menolak dirinya. Tapi pengalaman Bima menghadapi penolakan wanita di ranjang cukup banyak. Beberapa perlakuan lembut dan pemujaan akan membuat wanita bisa dia taklukkan. Apa lagi jika wanita itu sudah masuk ke sangkar yang Bima siapkan seperti ke kamar ini.
Bima memang memilih menunggu Kiara di sini dan sudah memperkirakan Kiara akan memasuki kamar ini. Begitu Kiara datang, Bima tinggal melancarkan rayuannya supaya Kiara memberikan apa yang Bima inginkan.
Kini bisakah Kiara menerima dirinya kembali? Kiara hanya memberi pilihan untuk menikahi Bella. Mempertanggungjawabkan perbuatan Bima.
Sementara itu, Bella menginap di apartemen Kiara. tidur meringkuk di kamar Kiara seperti bayi. Sementara Kiara tidak bisa memejamkan mata cukup lama. Kiara hanya duduk di balkon kamarnya menatap kosong langit malam.
Bella langsung terlelap. Kelelahan dan rasa sakit di sekujur tubuhnya memang masih dia rasakan. Malam ini Bella menyelesaikan misi besar dan mengorbankan hal besar. Bella tinggal menanti Kiara menyelesaikan porsi tugas yang Bella tinggalkan.
Pagi menyapa. Kiara bangun pagi menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga sang kakak. Memasak adalah hobi Kiara sejak dulu. Sejak masih di panti asuhan, membantu menyiapkan makanan adik-adik di panti asuhan menjadi rutinitas harian yang menyenangkan bagi dirinya.
Membuka kulkas, Kiara teringat lagi dengan Bima. Hampir semua isi kulkas ini belanjaan terakhir Kiara dengan Bima minggu lalu. Kiara jarang makan minggu ini. Jadi bahan makanan di kulkasnya tidak banyak berkurang.
Kiara menguatkan hati. Menarik nafas dalam dan menghembuskan kekosongan di hatinya.
Hari ini Kiara akan membuat bubur ayam saja. Kesukaan Kiara ketika sakit. Kiara berharap hati kakaknya akan menghangat dengan memakan sarapannya. Mengurangi rasa sakit di hati dan sekujur tubuhnya.
Kiara mulai dengan merendam beras terlebih dahulu. Merebus ayam dengan bumbu-bumbu. Sambil menanti kedua hal tersebut, Kiara tinggal mandi dan sholat shubuh terlebih dahulu.
Karena shubuh pun baru tiba dan Bella tampak masih tidur dengan nyenyak, Kiara melanjutkan kegiatan memasaknya. Kiara mulai merebus beras yang sudah direndam sambil sesekali diaduk-aduk. Sambil menunggu mendidih, Ayam yang sudah direbus dan agak dingin disuwir-suwir agak tebal sebagai topping ketika disajikan nanti. Sementara sebagian besar ayam yang lain disuwir agak tipis dan kecil.
Setelah beras yang direbus mendidih dan airnya agak menyusut, Kiara menambahkan ayam suwir yang kecil-kecil dan air kaldu rebusan ayam tadi. Kemudian saatnya mengaduk dengan lebih sering hingga menjadi bubur yang nikmat. Tak lupa Kiara memasukkan seledri yang dibiarkan utuh dan irisan daun bawang pre.
Setelah puas dengan rasa buburnya, Kiara mematikan kompor. Menyajikan dua mangkuk untuk dirinya dan Bella. Tak lupa Kiara menyeduh teh hangat. Kiara juga punya stok kerupuk. Bisa disajikan untuk melengkapi bubur ayam yang masih hangat.
Sayup-sayup Kiara mendengar Bella sedang di kamar mandi. Sementara Bella masih mandi, Kiara akan menyiapkan baju ganti untuk Bella. Ukuran baju Bella dan Kiara sepertinya sama. Keduanya sama-sama terlihat langsing dengan tinggi yang hampir sama. Blus sederhana berwarna pastel dengan rok selutut warna maroon nampaknya akan terlihat manis dipakai Bella.
"Tok. . . tok . . ." Kiara mengetuk pintu kamar mandi. "Kak, aku sudah siapkan baju ganti kakak di ranjang. Aku juga udah buat bubur ayam untuk sarapan kita. Aku tunggu di meja makan ya kak."
"Ya. Sebentar lagi ya." Suara Bella terdengar tidak aneh di telinga Kiara. Semoga kakaknya tidak sedang menangis lagi.
Kiara duduk di meja makan menikmati bubur yang hangat. Kenikmatan rasa buburnya tidak bisa Kiara rasakan. Kiara cukup fokus dengan rasa hangatnya. Dia harus makan. Dia harus menguatkan diri kembali. Demi keluarga yang baru Kiara temukan.
Kiara harus memiliki kekuatan melawan keinginan Bima. Fokus kepada pertanggung jawaban kakaknya. Tidak boleh lemah terhadap hubungannya dengan Bima yang sudah lama terjalin.
Bella hendak duduk di kursi meja makan di hadapan Kiara. Tidak menyangka pagi ini Kiara terlihat segar dan baik-baik saja. Seolah tidak terguncang sama sekali dengan kejadian semalam.
"Buburnya dimakan, kak"
"Iya" Bella mencicipi buburnya. Rasa masakan Kiara enak. Kiara memakan buburnya dengan perlahan. Keduanya makan dengan diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing.
Bella makan sambil sesekali melihat kondisi apartemen Kiara. Dari mulai dapur di sebelah meja makan yang modern dan memiliki berbagai macam alat masak hingga ruang santai dengan sofa yang nampak elegan di atas karpet senada dan televisi berukuran besar. Kamar Kiara yang tadi malam Bella tempati juga cukup luas dengan perabotan yang sederhana tapi serasi.
Kiara lebih beruntung dari dirinya. Bella hanya bisa merasakan hal itu. Lalu menghela napas.
"Kakak mau nambah? Aku bikin banyak." Kiara berusaha mengalihkan kakaknya dari apapun hal berat yang dipikirkan.
"Ini saja sudah cukup." Bella menunduk makan buburnya. Tidak memberikan Kiara memperpanjang obrolannya.
"Aku tidak pernah tahu jika memiliki adik." Bella seolah ingin bercerita.
"Aku tidak ingat dengan sedikitpun memori masa kecil bersama mama dan papa. Apalagi ingatan mengenai seorang adik."
"Yang kuingat dari masa kecilku hanya di rumah bersama pengasuh. Mama jarang di rumah. Sibuk dengan papa yang sakit atau dengan perusahaan. Mewakili papa. Tentu dengan dibantu om Heru."
"Ketika mulai sekolah dasar, pengasuhku pergi entah kemana. Aku selalu dibiarkan di rumah sendiri. Pulang dan pergi sekolah dijemput kendaraan dari sekolah. Tidak pernah ada sarapan di pagi hari. Mama entah kemana pagi-pagi. Malam pun mama papa tidak ada di rumah hingga aku tertidur. Aku bisa mengatur uang saku yang diberikan mama ketika sesekali ada di rumah untuk makan siang di sekolah selama satu bulan lebih. Tapi ketika di rumah, hampir tidak ada makanan setiap harinya. Hanya makanan kantin sekolah di siang hari yang menemaniku tumbuh hingga hari dimana papa meninggal."
"Setelah papa meninggal, mama masukan aku ke sekolah yang memiliki asrama. Aku hanya diperbolehkan pulang setahun sekali."
"Hidup di asrama lebih menyenangkan. Aku bisa makan kenyang hingga tiga kali sehari. Meski hanya bisa melihat mama beberapa hari dalam satu tahun."
"Ketika aku kecil mama beralasan merawat papa dan jarang di rumah. Ketika papa ga ada, mama beralasan mendampingi om Heru mengembangkan perusahaan. Harus pulang larut malam. Pagi masih tidur. Agak siang ketika sudah bangun langsung ke perusahaan lagi."
"Lebih beruntung mana kamu yang ditinggal di panti asuhan, atau aku yang ditinggal di rumah untuk mengurus diriku sendiri tanpa siapapun yang bisa dimintai bantuan?" Bella kini menatap wajah Kiara. Tidak ada ekspresi di wajah Bella.
"Terimakasih makanannya. Aku tumbuh dengan sering merasa lapar. Jika ada yang memberikanku makanan cuma-cuma, aku sangat berterima kasih." Bella tersenyum. Jarang dia menceritakan kisah masa kecilnya. Tapi bubur ayam ini terasa sangat lezat. Bella hanya bisa bersyukur.
"Dulu kakak di asrama hingga lulus kuliah?" Kiara penasaran dengan sang kakak. Kiara bisa mengerti betapa berat hidup kakaknya.
"Tentu tidak. Mama tidak mau membiayaiku kuliah." Bella meminum teh hangat yang sudah dituangkan Kiara.
"Saat itu bahkan mama menjual rumah besar tempat aku tumbuh sejak kecil. Perusahaan akan bangkrut jika tidak jual rumah. Om heru mengajak kami tinggal di rumah warisan orang tuanya yang lumayan kecil."
Bella keluar ke balkon apartemen yang terhubung dengan ruang santai. Duduk di kursi kayu yang ada di balkon menanti sinar matahari menghangatkan tubuhnya.
Kiara duduk di kursi kayu yang sama. Ada satu meja yang memisahkan kursi keduanya. Kiara membawakan mereka berdua teh hangat yang masih tersisa.
"Kamu masih penasaran dengan kelanjutan hidupku?" Bella tersenyum melihat kedatangan Kiara.
"Iya. Aku rasa masih ada waktu sebelum aku anterin kakak kerja. Lagian aku hari ini masuk siang. Aku udah ijin. Kakak mau kemanapun aku bisa antar."
"Aku harus masuk kerja. Pakaian kamu ini aku pinjem buat dipake kerja boleh? Biar gak pake pulang dulu ganti baju." Bella menunduk melihat pakaian yang dia kenakan. Bahannya bagus. Bella yakin ini lumayan mahal.
"Tentu boleh. Bahkan aku mau bilang supaya bajunya gak usah dibalikin." Kiara tersenyum dengan hangat.
"Kamu hidup dengan baik, Kiara. Kita seolah berada di kasta yang berbeda." Bella menatap awan yang cerah. Nampak sedih.
"Tenang saja kak. Aku akan buat Bima bertanggungjawab. Percayalah, keluarganya juga gak memandang orang lain dari sudut pandang kasta atau harta. Mereka semua baik, kok." Kakak akan menemukan keluarga yang lengkap jika bersama Bima, mommy, dan daddy.
"Jangan memaksakan diri. Aku tau kamu terluka. Biarlah semua sudah terlanjur terjadi. Aku akan berusaha jujur kepada Aldi. Aku yakin dia akan tetap melanjutkan rencana pernikahan." Bella beranjak dari kursinya.
"Ayo berangkat sekarang. Itupun jika kamu masih mau antar. Khawatir kena macet."
Kiara paham kakaknya ingin mengakhiri perbincangan mereka. Tapi sebelum Kiara mengantar Bella, Kiara sempatkan membawakan bubur ayam untuk makan siang kakaknya. Menaruhnya di termos makanan agar buburnya tetap hangat hingga siang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sukses
2023-02-26
0
Widi Widurai
pinter bgt seolah olah tersakiti. dia buat kiara sendiri yg maksa bima nikahi bella
2023-02-08
1
Rizal dody Zakaria
up
2022-04-10
1