Tiga folder foto pertemuan Bella dengan Bima sudah aman di handphone Bella. Ini hanya appetizer. Main course masih akan Bella proses. Sajian untuk Kiara harus spesial. Sehingga tidak ada jalan kembali bagi Kiara nantinya. Hanya ada satu pilihan yang bisa Kiara pilih nanti: Bertukar pengantin. Membayangkannya saja sudah membuat Bella senang.
Beberapa hari berlalu. Bella sudah dihubungi WO yang dipilih Aldi. Hari ini Bella akan bertemu dengan WO pilihan Aldi. Bersamaan dengan itu juga Bella sendiri sudah mengatur janji dengan WO yang kartu namanya diberikan oleh Bima.
Pertemuan hari itu berjalan lancar. Bella meminta undangan digarap paling akhir. Sekitar seminggu lagi baru Bella akan menentukan undangannya.
Untuk WO milik Bima. Sesuai dugaan Bella, Bima menawarkan Ballroom yang hari itu Bima pakai untuk pernikahan Bima dan Kiara untuk dipakai bersama pernikahan Bella. Akan ada dua pasang pengantin.
"Saya merasa terhormat bisa mengadakan resepsi bersamaan dengan pak Bima. Tapi ini semua terasa aneh. Kami bukan dari keluarga kalangan atas seperti beliau. Apa ini pantas?" Tentu Bella tidak akan langsung menyetujui tawaran Bima melalui perwakilan WO di hadapannya. Akan terasa aneh bagi Bima jika Bella langsung menyetujuinya.
"Pak Bima menyampaikan bahwa alasannya akan beliau sampaikan ketika bertemu dengan nona Bella. Pak Bima hanya menyampaikan harapannya yang besar supaya nona menyetujuinya." Jawaban ini memuaskan Bella.
"Begitukah? Bagaimana menurut anda?" WO yang ditunjuk oleh Aldi kini mendapat pertanyaan Bella.
"Kami belum menyiapkan apapun. Kami rasa kalau dimulai dengan kerja sama dengan WO pak Bima, kami bisa mengerjakannya." Jawaban yang profesional sesuai Bella harapkan.
"Oke. Kalian bisa mulai mengerjakan persiapan pernikahan di ballroom yang sama. Untuk alasannya, saya akan bicarakan sendiri dengan pak Bima. Tolong sampaikan salam dan terimakasih saya kepada beliau." Bella mengakhiri pertemuan mereka.
Begitu pertemuan usai, Bella akan membuat janji dengan Bima. Tapi di saat itu Kiara juga menelfon Bella.
"Halo kak," Sapaan Kiara di ujung telfon.
"Ini Kiara?" Bella memang tidak menyimpan nomor Kiara. Bella merasa senang Kiara menghubungi di saat yang tepat.
"Ya. Aku punya nomor kakak dari sumber yang sama dengan bagaimana aku menemukan alamat kalian." Kiara memberi penjelasan tanpa diminta. "Aku ingin kita bertemu."
Bella merasa bersyukur Kiara lah yang menawarkan keduanya untuk bertemu. Dia merasa Tuhan sedang baik. Setiap rencana yang dia susun berjalan lebih baik dan lebih mudah.
Bella dan Kiara telah menentukan waktu dan tempat pertemuan. Dan kini saatnya Bella berurusan dengan hal paling penting dengan Bima.
Menjelang sore, Bella menghubungi Bima. Akan pas jika mereka bertemu di saat jam makan malam.
"Ya, Bella." Suara Bima di ujung telfon begitu menerima panggilan Bella.
"Saya ingin menanyakan mengenai alasan bapak membuat resepsi pernikahan kita masing-masing menjadi satu."
"Oke. Saya akan menjelaskannya. Kita bertemu saja ya. Tidak enak jika dibahas melalui telfon. Apa kamu bisa mampir ke hotel Marriot? Saya masih di hotel."
"Malam ini, pak?"
"Ya."
"Baik, pak. Selesai jam kerja, saya ke sana"
Malam pun tiba. Bima sedang menanti Bella di ruang kerjanya. Bertemu dengan Bella di ruang kerjanya akan lebih efisien. Masih banyak dokumen yang harus dia pelajari untuk kemudian Bima berikan persetujuan jika sudah sesuai.
Tapi yang datang bukan Bella, tapi Kiara. Bima senang Kiara datang.
"Mendekatlah sayang. Aku merindukanmu." Bima yang menyapa Kiara lebih dulu begitu masuk ke ruang kerja Bima.
Kiara menerima pelukan Bima. Kiara juga rindu. Ternyata Kiara sudah lama menghindar bertemu Bima. Mendekat pada Bima terasa nyaman. Seperti yang selalu dia rasakan selama ini.
Kiara enggan menceritakan kisah di balik keluarganya yang membuang dirinya kepada Bima. Kiara belum siap merasakan kesedihan itu lagi. Kiara lebih memilih menyibukkan diri dengan pekerjaan. Menunda bercerita kepada Bima tentang malam itu.
Bima juga terlihat sibuk. Kiara yakin persiapan pernikahan sekaligus kerja sama dengan WS TECH penyebabnya.
Merasa Kiara nyaman dalam pelukan Bima, Bima tidak bisa menahan hasratnya ketika harus sedekat ini dengan Kiara.
Aroma Kiara sangat menggoda gairah Bima yang lama tertahan. Bima menatap Kiara dengan intens. Kiara pun tak kuasa menolak Bima yang seperti akan mencium dirinya.
Bima semakin mendekatkan bibir mereka dan bibir mereka bertemu. Saling mengeksplor lidah dan bibir masing-masing.
Bima mulai kehilangan kesadarannya dan ingin melanjutkan mendapatkan Kiara. Dekat dengan hari pernikahan membuat Bima mulai menginginkan Kiara secepatnya. Tapi Bima khawatir Kiara akan menolaknya lagi.
Dulu Kiara sempat ikut terjebak gairah Bima. Tapi begitu Bima akan melepas pakaian Kiara, Kiara tersadar dan menolak. Menghindar bertemu dengan Bima lebih dari seminggu.
Apa yang harus Bima lakukan? Ah, pikirannya kacau. Bibir Kiara benar-benar memabukkan.
Setelah mereka berciuman, Bima harus menghindar atau mengajak Kiara cek in. Toh mereka masih di hotelnya.
Suite room yang akan menjadi kamar pengantin mereka nanti bisa Bima pakai. Ide ini tidak terlalu buruk.
"Kiara, apa aku bisa meminta kunci suite room?" Kiara yang bingung dengan pertanyaan tiba-tiba itu, "Apa suite room sedang dipakai?"
"Tidak. Tidak ada yang booking suite room malam ini."
"Kiara, aku menginginkanmu hari ini. Apakah boleh kita melakukannya dulu?" Bima mencoba bertanya dengan penuh cinta sambil mengusap bibir Kiara dengan jempolnya secara lembut.
Kiara belum bisa mengiyakan. Kiara butuh berfikir.
"Tunggu aku di suite room jika kamu bersedia." Kiara masih diam dengan pernyataan Bima ini.
"Tenang saja sayang, jika kamu gak datang, aku bisa main dengan diriku sendiri sambil membayangkan dirimu." Bima masih menunggu reaksi Kiara, dan Bima sepertinya tau jawaban Kiara."Tidak akan ada yang berubah meski kamu belum menginginkannya, Kiara. Jangan terbebani ya. Anggap saja aku hanya bercanda."
Sementara itu, Bella sudah berada di depan ruang kerja Bima. Bella tiba begitu melihat Kiara masuk ke ruang kerja Bima. Bella tidak segera masuk, tapi memilih mendengar pembicaraan keduanya dari balik pintu ruang kerjanya. Tentu Bella tidak menampakkan diri seolah sedang menguping. Tapi hanya berdiri sedekat mungkin dengan pintu seolah sedang menanti Bima mengijinkannya masuk karena di ruangan itu Bima masih ada tamu lainnya.
Bella bisa memahami semua yang keduanya perbincangkan. Sebaiknya Bella menjauh. Bella yakin pembicaraan keduanya sudah berakhir.
Bella kemudian mengikuti Kiara. Dia meminta dua kunci suite room. Satu kunci diberikan ke pelayan untuk diberikan kepada Bima. Sementara satu lagi dia pegang. Kiara masih akan memikirkan keputusannya.
Bella menampakkan diri dan menyapa Kiara.
"Loh Kiara, kamu kerja di sini?" Bella menyapa. Menunjuk pin logo hotel di kerah baju kerja Kiara.
"Iya kak. Aku manajer di sini. Kakak lagi ada urusan di sini? Janjian kita masih ntar jam 8 kan?" Mereka berdua saling merangkul dan cium pipi. Bella sudah mengambil kunci kamar dari saku Kiara.
"Iya. Aku ada janji sama presdir hotel ini. Untung ketemu kamu. Bisa tunjukkan arah ruangan presdir? Usai ketemu dia, kita ngobrol ya."
Kiara terkejut jawaban Bella. Kok Bella kenal sama Bima.
"Aku ada hal lain yang mau dikerjakan, kak. Aku minta anak buahku antar ya kak."
Mereka berpisah. Bella kembali ke hadapan ruangan Bima. Pegawai hotel yang mengantar Bella hendak permisi. Tapi Bima sudah tidak ada di dalam ketika Bella memasuki ruangannya.
Bella berteriak memanggil pegawai yang tadi mengantarnya.
"Mas, pak Bima tidak ada."
"Padahal tadi saya ke sini memberikan kunci kamar. Apa mungkin pak Bima ke kamar itu ya?"
"Kalo gitu saya hubungi dia dulu saja." Bella menjadikan handphone nya mode silent. Lalu menghubungi Bima. Bella punya perasaan Bima tidak akan mengangkat panggilannya. Setelah nada dering suara tidak terangkat berbunyi, Bella berpura-pura sedang bicara dengan Bima.
"Saya sudah tiba. Tapi bapak tidak ada di ruangan."
"Oke pak. Saya ke situ."
Bella menutup telfon dan bicara ke pegawai di hadapannya.
"Mas, bisa minta tolong antarkan saya ke suite room?"
Pegawai di hadapannya terdiam sejenak, tapi kemudian mengantarkan Bella.
Bella keluar dari lift di lantai paling atas mendahului pegawai hotel. Berbalik kepada pegawai itu dan berterima kasih sudah mengantar. Bella akan mencari sendiri kamarnya.
Setelah memastikan Pegawai itu turun dengan lift, Bella mengeluarkan kartu pas kamar hotel.
Bella masuk ke kamar itu dengan lancar. Suite room hotel Marriot begitu luas. Ada ruang santai dengan sofa dan tv. Juga mini kitchen. Bima yang di dalam kamar tidak bisa mendengar suara pintu suite room yang dimasuki oleh Bella.
Bella mendengar suara shower menyala. Bisa dia pastikan Bima sedang mandi. Bella mengeluarkan sebuah botol. Melakukan apa yang dia rencanakan. Kemudian mengunci pintu kamar tidur dari luar dan menunggu.
Bima keluar kamar mandi dengan perasaan segar. Kepalanya masih sakit menahan hasratnya. Tapi sudah menyelesaikan satu ronde di kamar mandi melegakan sedikit baginya. Bima tidak menyadari aroma dari kamar itu berubah.
Bella tadi menyalakan diffuser yang essential oil nya diganti dengan apa yang dia bawa. Cukup butuh sepuluh menit hingga Bima berubah semakin bernafsu setelah menghirup aroma essential oil yang Bella bawa.
Sambil menunggu segalanya bereaksi, Bella tadi sempat mengambil handphone Bima. Melakukan panggilan ke nomor itu seolah-olah Bima menerima telfonnya. Sebagai alibi dari apa yang dia lakukan di depan pegawai hotel yang tadi.
Bella tidak bisa melakukan lebih dari itu karena handphone Bima terkunci.
30 menit berlalu. Bella memasuki kamar Bima. Handuk Bima sudah teronggok di lantai. Wajah Bima polos dengan wajah memerah dan mata yang terpejam seolah sedang sakau.
Bima sudah dalam kondisi yang Bella inginkan. Bella menutup pintu kamar dan mendekati Bima.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus bahagia
2023-02-26
0
Arin
owh jadi bgni toh critny...
2023-02-22
0
Eva Rubani
liciknya si bela
2023-02-09
0