Seminggu berlalu.
Kiara melalui harinya seperti biasa dengan bekerja. Hari pernikahan tinggal tiga minggu lagi. Tapi Bima telah mengatur semua hal untuk dikerjakan oleh Wedding Organizer. Bima tidak ingin Kiara semakin stres atau ingin kabur dari pernikahannya karena beban persiapan pernikahan berbenturan dengan beban kerja.
Bima memberi waktu supaya Kiara bisa mengatasi kesedihannya. Bima yakin Kiara gadis kuat. Hal itulah yang awalnya membuat Bima jatuh cinta kepada Kiara.
Bima sendiri disibukkan dengan kerjasama dengan WS TECH. Kontrak yang seharusnya beres dalam tiga hari tertunda hingga satu minggu ini karena Bima sendiri yang tidak bisa konsentrasi karena memikirkan Kiara.
Belum lagi kontrak yang membuatnya berkomunikasi dengan Bella. Bella selalu mengingatkan Bima akan kesedihan Kiara. Membuat pekerjaan Bima semakin berantakan.
Tentunya hal itu dimanfaatkan dengan baik oleh Bella. Keprofesionalan dan kinerja yang baik ditunjukkan oleh Bella dengan maksimal. Tanpa ada sedikitpun indikasi bahwa Bella mengetahui hubungan Bima, Kiara dan Bella.
Bella juga sudah mendapatkan informasi tanggal pernikahan Bima beserta tempat penyelenggaraannya. Bella menginginkan Aldi menikahinya di tanggal yg sama dengan pernikahan Bima dan Kiara. Juga ingin booking tempat untuk resepsi di hotel yang sama dengan pernikahan mereka.
Beberapa hari setelah Kiara tiba-tiba datang ke rumahnya, Bella bertemu dengan Aldi di Kafetaria kantornya. Aldi bekerja di kantor yang sama di bagian IT.
Aldi pegawai yang cukup terkenal di kantor. Prestasi kerjanya di bidang pemrograman sudah diakui banyak kalangan sejak sebelum masuk ke perusahaannya. Perusahaan merekrut Aldi yang sebelumnya kerja di luar negeri untuk menjadi programmer utama di perusahaannya.
Aldi sendiri bersedia pindah jika dia pindah ke Indonesia bersama teman programmer satu tim. Tentunya dengan gaji yang di atas rata-rata pegawai di kantornya. Bahkan bisa jadi di atas gaji programmer perusahaan lain di jakarta.
"Aku sudah pesan kopi dan spaghetti." Bella mengawali pembicaraan begitu Aldi yang sejak tadi dinanti tiba.
Kafe lumayan ramai. Sedang jam makan siang. Jika tidak segera pesan makan, pelayanannya akan semakin lama.
"Apa yang mau kamu bicarakan?" Bukannya menjawab mengenai makanan yang dipesankan, Aldi langsung ke pokok bahasan pertemuan mereka. Lagi-lagi Bella kecewa dengan respon Aldi.
"Mengenai pernikahan kita." Bella memberikan secarik kertas. " Mama sudah mendapatkan tanggal setelah berdiskusi sama ustadz dan memberikan tanggal lahir kita berdua."
Bella berharap kebohongannya tidak terlihat.
"oke" Aldi hanya melihat angka di kertas itu dengan dingin. Kedua tangannya terlipat di dada.
"Ada lagi?" Aldi bertanya.
"Sudah punya rencana tempat resepsinya nanti dimana?" Bella balik bertanya.
Aldi hanya menggeleng menatap Bella.
"Aku rasa aku bisa booking tempat di Marriot hotel milik Atmaja Grup. Aku bisa dapat diskon lebih dari 50% jika aku booking di situ." Bella dengan mantap menutupi kebohongannya lagi.
"oke" Lagi-lagi persetujuan Aldi dengan cara yang sama. Dingin.
"Apa kamu akan menyewa Wedding organizer untuk mengurus pernikahan? Atau kita berdua sendiri yang mengurusnya?"
"Aku banyak kerjaan. Nanti aku sewa WO. Kamu akan dihubungi mereka. Kasih tau mereka mengenai semua kemauan kamu. Aku terima beres." Aldi sudah akan beranjak dari tempat duduknya.
"Makanan kamu belum datang. Mau kemana?" Bella berusaha mencegah kepergian Aldi.
"Aku mau kerja lagi. Kamu aja yg makan semua." Aldi sudah berlalu. Bella kecewa. Tapi tahap awal rencana Bella sudah beres. Hal itu melegakannya. Menutup rasa kecewanya terhadap sikap dingin Aldi
Hari ini Bella ada janji dengan Bima. Karena kendala kontrak yang belum beres, Bella sering berkomunikasi dengan Bima. Hal ini membuat Bella senang. Hari ini adalah waktu penandatanganan kontrak.
Bella berencana bertemu Bima di luar kantor. Seperti yang dilakukan mereka dua kali sebelumnya. Bella selalu memilih bertemu di restoran yang terkenal romantis bagi pasangan berkencan. Selain juga restoran itu biasa dijadikan tempat bertemunya rekan bisnis.
Bella hari ini datang bersama Daniel, sang asisten CEO. Pilihan tempat Bella mendapat pujian dari daniel. Daniel mengira restoran tempat mereka bertemu dipilih karena kenyamanannya dalam membicarakan kerjasama bisnis dan nama restorannya lumayan terkenal sebagai tempat janjian para pebisnis di Jakarta.
"Terima kasih, pak Bima. Semoga kerja sama kita bisa berjalan dengan baik." Daniel menjabat tangan Bima usai Bima menandatangani kontrak. "Dokumen ini akan kami bawa, setelah CEO kami menandatanganinya, kami akan mengirimkan salinan kontraknya, pak."0
Mereka pun hendak melanjutkan menyantap pesanan makanan yang baru datang.
Tapi ketika Bima dan Bella hendak memulai makan mereka, Daniel menerima telfon untuk segera kembali ke kantor. Ada yang harus ditangani olehnya. Melihat Bella yang sudah memulai makannya, Daniel tidak mengajak Bella kembali ke kantor. Daniel menyuruh Bella menyelesaikan makan siang, sementara dirinya kembali ke kantor dengan membawa kontrak yang sudah ditandatangani.
Kini Bella hanya berdua di restoran dengan Bima. Seperti halnya dua pertemuan sebelumnya, ada teman Bella yang sudah memotret Bima dan Bella. Foto yang diambil seolah mereka sedang makan siang layaknya sedang berkencan.
Bahkan telfon yang diterima daniel tadi juga bagian dari rencana Bella. Yang menelfon adalah teman Bella yang dibuat membutuhkan daniel dengan tiba-tiba. Penyesuaian waktu menelfon juga sudah diperhatikan oleh teman yang memotretnya.
Tahap kedua rencananya sudah berhasil. Tinggal rencana utamanya. Bella menikmati makan siangnya hari itu dengan senang.
Bima sendiri tau jika Bella adalah kakak Kiara. Bima berusaha bersikap baik agar meninggalkan kesan yang baik bagi keluarga Kiara. Meski sampai saat ini Kiara sendiri masih bungkam mengenai apa yang diberitahu keluarganya ketika Kiara ke rumah mereka malam itu. Bima yakin banyak hal menyakitkan yang diketahui Kiara malam itu.
"Sudah lama kerja di WS TECH?" Bima mencoba berbasa-basi.
"Baru sekitar satu bulan, pak. " Bella menanggapi
"Sering diajak pak Daniel meeting di luar seperti ini?"
"Tidak juga pak. Hanya ketika kliennya bapak ini saja. Maka saya diminta booking restoran yang nyaman." Bella menunduk dan meminum air di gelasnya seolah berusaha menghilangkan rasa gugup.
"oh.." Hanya itu tanggapan Bima.
"Kamu tinggal sama siapa saja? Sudah menikah?" Bella agak heran mendapat pertanyaan ini.
"Saya tinggal sama mama. Saya akan menikah beberapa minggu lagi, pak."
"Oh ya. Selamat ya."
"Terima kasih pak. Kalau bapak sendiri sudah punya istri?" Bella berusaha tampak polos dan meyakinkan. Sambil tentunya masih makan.
"Saya juga akan menikah dalam beberapa minggu ke depan."
"Oh ya. Kita sama-sama akan menikah dalam beberapa minggu ke depan ya pak. Jangan bilang kita nikah di tanggal yang sama." Bella berusaha terkejut dan sedang membuat lelucon.
"Emang kamu tanggal berapa?" Bima memang penasaran. Tidak banyak info yang dia terima mengenai keluarga Kiara.
"Tanggal 4 bulan depan, pak." Bella memasang tampang bahagia dan malu-malu.
"Loh. Beneran?" Bima benar-benar terkejut. Kok bisa Kiara dan kakaknya menikah di tanggal yang sama.
Yang menentukan tanggal adalah keluarga Bima. Kiara selama ini setuju-setuju saja tanggal berapa pun. Jadi kalau Kiara mengajak kakaknya menikah di tanggal yg sama sepertinya tidak mungkin. Setau Bima juga Kiara masih terluka setelah malam itu. Belum ada kesempatan bertemu dengan Bella dan mamanya lagi.
Kesimpulan yang bisa Bima ambil, mereka memang kebetulan memilih tanggal pernikahan yang sama. Apa Kiara nanti akan bahagia kalau mengetahuinya? Atau kah sebaliknya? Bima susah memahami Kiara akhir-akhir ini.
"Bapak mikirin apa? Seperti sedang melamunkan sesuatu." Bella masih makan sambil menegur Bima yang diam saja mengetahui tanggal pernikahannya.
"Saya kepikiran kok kita kebetulan memilih tanggal pernikahan yang sama."
"Jangan bercanda deh pak." Bella pura-pura tak percaya.
"Iya. Saya serius. Kamu nanti ngadain acara nikahan dimana? Di rumah atau sewa tempat?" Bima berusaha mencari info lebih banyak.
"Calon suami saya belum cerita banyak pak. Katanya mau ditangani WO sih. Tapi WO nya belum menghubungi saya."
Bima hendak memberikan penawaran untuk mengadakan resepsi bersama dengan Kiara saja. Biar Kiara menikah disaksikan keluarganya. Tapi sebelum itu, Bima belum tau siapa calon suaminya. Kenapa Bima lupa menanyakan hal penting itu.
"Kalo boleh tau, calon suami kamu kerja dimana? Apa saya kenal?"
"Bapak kenal kok. Hari pertama ke kantor kan saya yang kenalin bapak." Bima berusaha mengingat. Tapi kelamaan mengingat semua yang dia temui satu minggu ini.
"Oh ya? siapa ya? maaf saya lupa."
"Ketua tim developer kami pak. Yang menangani pemrograman esensial bagi perusahaan. Namanya Aldi." Bella bersikap malu-malu ketika menyebutkan nama Aldi.
"Oh, sama pak Aldi." Bima mengingat pria berwajah tampan dengan sikap paling dingin hari itu. "Kamu hebat ya bisa menaklukkan pria setampan itu. Karirnya mapan pula."
"Bapak bisa saja. Saya yakin calon istri bapak lebih hebat. Bisa menaklukan seorang Bima Atmaja yang terkenal."
"Ya. Dia wanita yang hebat. Bisa menaklukan hati saya tanpa dia sadar sudah melakukannya." Bella diserang rasa cemburu kembali. Sebisa mungkin Bella memasang tampang terpukau dengan pernyataan Bima.
"Wah. Hebat ya pak. Tanpa sadar bisa menaklukkan bapak." Kecemburuan menutup pikiran Bella. Tidak ada lelucon yang bisa Bella lontarkan lagi.
"Kalo kamu dan suami ada rencana menggelar pernikahan di suatu gedung, dan tertarik di ballroom hotel saya, kamu hubungi nomor ini ya." Bima menyerahkan nomor WO yang dia sewa.
"Ini nomor WO pak. Yang mengatur WO kan calon suami saya."
"Bilang saja sama pak Aldi, Ballroom hotel Marriot tersedia untuk pernikahan kalian di tanggal yang sama dengan saya. Dan serahkan kartu nama ini ke WO kalian. Nanti sesama WO kita akan mengaturnya." Bima merasa sudah terlalu lama mengobrol dengan Bella. Bima belum bertemu Kiara sejak pagi. Rasanya Bima semakin merindukan Kiara karena perbincangan pernikahan dengan kakaknya.
"Oke pak. saya mengerti."
"Kali kamu mutusin mau di hotel saya. akan saya kasih diskon besar-besaran. Mendekati gratis." Bima meyakinkan.
"Wah. harga spesial untuk Ballroom marriot. Tawaran yang menggiurkan sekali itu pak. Terima kasih pak." Bella membungkuk berterima kasih sementara Bima bersiap pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Suci Fatana
ah kok bisa bima percaya gitu aja ma bella
2023-06-26
0
fifid dwi ariani
trus ceria
2023-02-26
0