Weekend ini Sheza hanya menghabiskan waktunya di mansion tuan Zaki yang sudah lebih 7 bulan didiaminya. Selama 7 bulan itu pula Sheza tidak pernah bertemu tuan Zaki. Semua hal yang berhubungan dengan tuan Zaki hanya disampaikan Ganial saja.
Setelah selesai latihan beladiri yang rutin dilakukan Sheza setiap pagi, Sheza berencana beristirahat di taman belakang, tempat favoritnya untuk menghirup udara segar.
Entah kenapa Sheza merasa sangat nyaman di sana. Suasana di taman itu membuat Sheza merasa sangat familiar.
Tapi ketika melewati ruang tengah hendak menuju ke taman belakang, Sheza memperhatikan aktivitas yang tidak seperti biasanya. Aktivitas para pelayan pagi ini membuat Sheza begitu penasaran. Beberapa pelayan tampak berkumpul pada satu titik. Mereka mendengarkan instruksi kepala pelayan dengan sangat serius.
Sheza yang sedang serius memperhatikan aktivitas para pelayan, seketika terkejut ketika sebuah tangan menyentuh pundaknya. Reflek Sheza menarik tangan itu dan bersiap membanting pemilik tangan itu jika saja tidak terdengar teriakan seseorang yang begitu dikenalnya.
"Nonaaaaa... ini aku", teriak Karen.
"Iiiish... kau mengagetkanku saja", kesal Sheza.
"Maaf jika aku membuatmu terkejut nona", mohon Karen.
"Kenapa nona menguping pembicaraan mereka?", tanya Karen.
"Aktivitas mereka membuatku penasaran Karen", jawab Sheza.
"Apa kau tau mereka sedang apa?", tanya Sheza.
"Nona sangat aneh, tidak mengetahui apa yang terjadi di sini, padahal nona tinggal di sini", ujar Karen lagi.
"Mansion ini bukan milikku Karen, aku tidak berhak ikut campur apapun yang terjadi di sini", jelas Sheza.
"Lalu kenapa nona ingin tau apa yang para pelayan itu lakukan?", tanya Karen lagi.
Sheza kesal mendengar semua pertanyaan Karen.
"Menyesal aku tidak jadi membantingmu tadi", ujar Sheza sambil berlalu menuju taman belakang.
Menyadari kesalahannya telah membuat Sheza marah. Karen pun bergegas mengejar Sheza.
"Nona... nona maafkan aku, nona jangan marah", panggil Karen.
"Aku akan memberitahu nona apa yang terjadi", bujuk Karen lagi.
Bujukan Karen berhasil. Sheza pun menghentikan langkah kakinya. Sejenak dia menatap Karen dengan pandangan mengintimidasi.
"Cepat kau katakan apa yang kau ketahui. Jika tidak, kau akan aku tendang ke luar", ancam Sheza.
Karen bergidik.
"Hiiiy nona, kau galak sekali", ujar Karen.
"Kemarilah nona, kau akan kuperlihatkan sesuatu", ajak Karen lagi.
Setelah berbicara dengan kepala pelayan. Karen menerima sebuah kunci darinya.
"Mereka semua ditugaskan untuk membersihkan sebuah kamar, nona", ujar Karen, sambil berjalan menuju sebuah kamar di lantai satu itu.
Sheza mengikuti Karen dari belakang. Mereka memasuki sebuah kamar yang sangat besar. Kamar yang didominasi warna monochrome itu masih sangat rapi. Melihat warna dominan beserta furniture yang ada didalamnya, bisa dipastikan jika itu adalah kamar laki-laki. Tapi entah kenapa beberapa pigura foto yang ada di sana berisi foto-foto gadis kecil.
Namun ada perasaan aneh yang dirasakan Sheza di dalam kamar itu, terutama ketika ia melihat foto gadis kecil itu satu persatu.
Sheza merasa deja vu. (Deja vu berasal dari bahasa Prancis, secara harfiah artinya "pernah dilihat". Deja vu adalah fenomena merasakan sensasi kuat bahwa suatu peristiwa atau pengalaman yang saat ini sedang dialami sudah pernah dialami di masa lalu. Deja vu adalah suatu perasaan telah mengetahui dan deja vecu adalah sebuah perasaan mengingat kembali).
Sheza merasa sangat familiar berada di kamar ini, melihat foto-foto gadis kecil itu. Tapi Sheza berusaha menepis perasaan-perasaan itu. Mungkin hanya perasaanku saja, demikian batin Sheza.
"Apa ini kamar anak perempuan tuan Zaki, Karen?", tanya Sheza.
"Setauku, tuan Zaki hanya mempunyai satu orang anak laki-laki, nona", jawab Karen lagi.
"Lalu kenapa foto-foto ini dipajang di dalam kamar ini Karen?", tanya Sheza lagi.
"Maaf nona, aku juga tidak tau", jawab Karen lagi.
"Jadi apa yang kau tau?", tanya Sheza.
"Dari info yang kudengar, anak laki-laki tuan Zaki akan pulang ke Indonesia setelah 5 tahun tidak mau pulang nona. Jadi para pelayan ditugaskan untuk membersihkan kamar tuan Zafier", ujar Karen.
"Ooh, jadi ini kamarnya? Tapi siapa gadis yang ada dalam foto-foto ini?", tanya Sheza lagi.
"Kalau masalah itu aku juga tidak tau nona", jawab Karen lagi.
"Jawabanmu sangat tidak memuaskan Karen", ujar Sheza kesal sambil berjalan keluar.
"Nona, nona tunggu... kau sangat sulit dipuaskan nona", ujar Karen lagi.
"Itu karena info darimu sangat terbatas, kupikir kau tau segalanya, ternyata....", ujar Sheza, ucapannya terhenti, ia menatap Karen sambil menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak terlalu banyak mengetahui tentang keluarga tuan Zaki nona, aku baru bergabung 4 tahun yang lalu. Aku saja belum pernah bertemu dengan putranya, tuan Zafier. Selama 4 tahun aku bekerja dengan tuan Zaki, aku belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di mansion ini. Aku memasuki mansion ini hanya setelah aku ditugaskan menjaga nona", ujar Karen.
"Awalnya ketika aku memasuki mansion ini, aku juga merasa aneh karena tidak menemukan foto-foto keluarga tuan Zaki yang terpajang di mansion ini nona. Tapi melihat kondisi di dalam kamar ini, sepertinya foto-foto keluarga cuma terpajang di dalam kamar pribadi saja. Mungkin mereka ingin menjaga privacy mereka", ujar Karen lagi.
"Sudahlah Karen, ayo kita keluar, para pelayan akan segera membersihkan kamar ini. Terkadang Kebiasaan orang-orang kaya memang suka terlihat aneh", ujar Sheza lagi.
Ketika Sheza hendak berjalan menuju pintu kamar, mata Sheza terpaku pada sebuah pigura kecil yang terletak di atas meja nakas disamping tempat tidur. Sebuah foto dua orang anak di dalamnya.
Mata Sheza fokus memperhatikan wajah anak laki-laki di dalam foto itu. Sheza merasakan perasaan yang begitu familiar melihat wajah itu. Perasaan Sheza berkata, kalau ia pernah bertemu dengan sosok itu. Sheza berusaha mengingat-ingat dimana dia pernah melihat wajah itu. Tapi Sheza tetap tidak bisa mengingatnya. 'Mungkin lagi-lagi hanya perasaanku saja', batin Sheza lagi.
Sheza terus berjalan menuju taman belakang, diikuti Karen di belakangnya.
Sheza duduk di kursi ayunan yang terdapat di taman tersebut. Sementara Karen duduk di kursi taman yang berada tidak jauh dari Sheza.
'Hmm... seperti apa putra tuan Zaki yang harus aku hadapi itu?", gumam Sheza.
'Kenapa aku benar-benar dipersiapkan sedemikian rupa agar bisa menghadapinya, seperti mau berperang saja. Tapi dibalik itu semua, yang paling membuatku penasaran adalah tentang asal usulku sendiri. Paman Ganial bilang Veeya bukan ibu kandungku, mengapa ayah dan kak Seif tidak pernah memberitahuku', batin Sheza.
Sheza terus hanyut dengan pikirannya, panggilan pelan Karen tidak diresponnya sama sekali. Sampai akhirnya Sheza sadar juga dari lamunannya, karena suara panggilan Karen yang sangat keras.
"Nona... nona, apa yang nona pikirkan? Dari tadi aku memanggil nona, tapi tidak ada respon sama sekali", tanya Karen.
"Ya tuhan... suaramu membuat telingaku sakit Kareninaaa", hardik Sheza
"Maaf nona, dari tadi aku panggil, nona tidak merespon Aku kuatir nona kerasukan", ujar Karen menjelaskan.
Sheza menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia memilih diam karena memang kesalahannya yang tidak mendengarkan panggilan Karen.
"Memang nona memikirkan apa sampai melamun begitu serius?", tanya Karen lagi.
"Iish... kau tau Karen, dari salah satu novel yang aku baca, ada istilah populer, kalau terlalu banyak ingin tau dapat memperpendek umurmu", jawab Sheza dengan santai.
Karen memandang Sheza dengan mimik serius.
"Baiklah nona, aku tidak akan terlalu banyak ingin tau, aku belum punya kekasih, belum menikah dan belum punya anak, masih banyak mimpi yang belum kucapai", ujar Karen polos.
Sheza melirik Karen dengan tatapan menyelidiki.
"Kenapa kau jadi curhat Karen?", tanya Sheza lagi.
"Aku bukan curhat nona, aku cuma promosi", jawab Karen sambil tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments