"Mommy yakin Gwen masih hidup Fier, kamu harus janji mencari Gwen untuk mommy, kamu harus janji hanya menikahi dia setelah kamu dewasa, ingat pesan mommy Fier, mommy hanya bisa pergi dengan tenang, kalau kamu sudah berjanji Fier", pinta Alexa lemah pada putra satu-satunya.
"Iya mommy, Fier janji", jawab Zafier diantara derai air matanya, sekuat-sekuat Zafier sebagai laki-laki, dia tidak sanggup melihat penderitaan sang mommy yang didera penyakit kronis.
Pagi itu Zafier tersentak dari tidurnya, bunyi ponselnya berkali-kali begitu memekakkan telinga.
Tapi Zafier tidak peduli, karena dia tau siapa lagi yang bisa mengganggu tidur akhir pekannya kalau bukan Gavin.
"Sial, aku lupa mematikan ponsel, Gavin mengganggu tidurku saja", gerutu Zafier.
Zafier kembali fokus mengingat mimpinya. Itulah pesan terakhir sang mommy yang selau terngiang di telinga Zafier. Hati Zafier yakin Gwen adalah takdirnya, sebagaimana keyakinan sang momny. Dia tidak akan pernah lelah dan putus asa menunggu takdirnya.
Ponsel Zafier kembali berbunyi. Dengan malas Zafier menekan tombol on dengan sedikit menjauhkan ponsel dari telinga, karena pastinya suara Gavin akan sangat memekakkan telinga.
"Zafieeeeer, kemana saja dirimu?", teriak Gavin kesal.
"Kau berani meneriaki bosmu?", hardik Zafier lagi sedang dalam mode bos.
"Eh, ma... maaf tuan bos", jawab Gavin melunak.
Zafier tersenyum sendiri, Gavin memang bawahannya, asisten sekaligus tangan kanannya. Dia mengenal Gavin dari kecil, Gavin adalah anak asisten sekaligus tangan kanan ayahnya. Tapi Zafier memang melarang Gavin memanggilnya tuan sejak mereka kecil. Baginya Gavin sudah seperti saudara sendiri. Dimana Zafier berada, Gavin akan berada di sana, menjadi pembela Zafier sampai titik darah penghabisan.
Bagi Gavin, keluarga Zafier banyak berjasa dalam hidupnya. Mommy Zafier tidak pernah membeda-bedakan kasih sayangnya antara Zafier dan Gavin. Gavin yang kehilangan ibunya ketika kecil, menemukan kasih sayang seorang ibu dari diri mommy Zafier. Ayah Gavin yang sibuk mengabdikan diri pada Daddy Zafier, tidak pernah punya waktu untuk mengurus Gavin. Mommy Zafier lah yang mengurus Gavin seperti anak sendiri.
Gavin sangat merasakan kehilangan ketika mommy Zafier meninggal. Memiliki ayah yang sama-sama sibuk membuat Zafier dan Gavin saling berbagi kesedihan dam kebahagiaan sepeninggal mommy Zafier.
Meninggalkan negara sendiri dengan semua kenangan di dalamnya, adalah cara Zafier mengobati luka hatinya. Memilih melanjutkan pendidikan dan usaha di negara asal ibunya, dianggap sebagai langkah terbaik.
"Hmm... tuan bos, kau masih di sana", Zafier tersentak dari lamunannya, ia baru menyadari kalau diujung ponsel masih ada Gavin.
"Mmm... bisakah kau bukakan pintu apartemenmu untukku, sudah hampir satu jam aku disini bos", ujar Gavin takut-takut.
Tanpa menjawab, Zafier berjalan menuju remote, menekan tombol yang otomatis membuka pintu apartemennya.
Meski mempunyai mansion di kawasan elit Amsterdam. Zafier lebih suka menghabiskan waktu di apartemen mewahnya di Keizersgracht Residence.
Keizersgracht Residence menawarkan apartemen-apartemen yang elegan dan mewah di sebuah rumah kanal abad ke-17 di sabuk kanal yang terdaftar sebagai Warisan Dunia UNESCO. Apartemen-apartemen ini menampilkan dekorasi bergaya Renaissance Perancis dan hanya berjarak 350 meter dari Anne Frank House.
Kawasan perbelanjaan Nine Streets dapat dicapai dalam 5 menit berjalan kaki. Residence Keizersgracht berjarak 10 menit jalan kaki dari Dam Square yang menawarkan berbagai tempat wisata termasuk Istana Kerajaan dan Madame Tussauds. Stasiun Pusat Amsterdam dapat dicapai dalam 15 menit berjalan kaki.
Pintu apartemen terbuka, Gavin langsung bergegas masuk mencari tempat nyaman untuk duduk. Zafier hanya memperhatikan tingkah sahabatnya itu.
"Tumben sekali kau mengganggu akhir pekanku. Aku berniat beristirahat sebelum penerbanganku ke Rotterdam, tapi kau mengacaukan istirahatku", ujar Zaifer dengan nada dibuat sekesal mungkin.
"Kau harus punya kabar yang sangat penting sebagai ganti gangguan pada jam istirahatku", ujar Zafier lagi.
"Apa kau sudah menemukan Gwenku", cecar Zafier lagi
"Kalau itu berita yang kau bawa, kau akan kumaafkan, jika tidak, kau harus menghabiskan waktu bersamaku di Rotterdam, kau tidak kuberi waktu bersenang-senang di akhir pekanmu", ancam Zafier lagi.
Gavin menelan salivanya mendengar ancaman Zafier.
"Aku tidak tau apa berita ini penting untukmu atau tidak?", jawab Gavin lagi.
"Ayahmu menyuruhmu pulang...", ucapan Gavin terhenti.
"Aku sudah bilang tidak mau pulang, aku tidak tertarik melanjutkan usahanya," potong Zafier lagi.
"Ayahmu menyuruhmu pulang karena dia akan menikah, dia ingin memperkenalkanmu dengan ibu sambungmu itu terlebih dahulu, dia butuh penilaianmu sebelum dia memutuskan menikahi wanita itu", jelas Gavin lagi.
Bagai petir di siang bolong, Zafier sangat terkejut dengan penjelasan Gavin.
"Daddyku tidak bohong?", tanya Zafier lagi.
"Ayahku yang menceritakannya padaku, dia memintaku untuk membujukmu pulang, dia tidak ingin ayahmu dimanfaatkan oleh wanita itu. Wanita itu masih sangat muda", ujar Gavin.
"Menurut ayahku, cuma kau yang bisa membatalkan keputusan ayahmu, dia sudah berusaha menyadarkan ayahmu, tapi dia tidak berhasil", ujar Gavin lagi.
Zafier menarik nafas kasar. Walau sang daddy terkesan acuh padanya tapi Zafier tau daddy sangat mencintainya. Bekerja adalah pelarian daddy akan kehilangannya terhadap sosok sang mommy.
Dia bisa melihat betapa terpukul daddy ketika dia memutuskan meninggalkan negaranya. Daddy menyangka kalau dia lebih memilih keluarga mommy, daripada bersama daddy.
Padahal kepergian Zafier tidak lebih dari pelariannya dari semua kenangan yang ada di negaranya.
"Biarkan saja, kalau itu yang diinginkan daddy, hak dia untuk bahagia", ujar Zafier dengan berat hati.
"Aku tidak mungkin melarang dady, Ga. Aku hanya akan pulang kalau daddy yang memintaku", ujar Zafier lagi.
"Kalian sama-sama keras kepala", ujar Gavin menghela nafas berat.
"Sudah 5 tahun kau tidak pulang, ayahmu merindukanmu Zafier, dia membutuhkanmu untuk berbagi tapi kau malah memilih untuk tidak mengunjunginya, jadilah ia mencari orang lain untuk teman berbagi", sesal Gavin lagi.
"Jangan sampai kau menyesal kehilangannya karena diambil wanita itu atau karena diambil tuhan", ujar Gavin kesal.
"Nanti saja kita bicarakan hal ini, sekarang kau temani aku ke Rotterdam", ujar Zafier.
Zafier langsung berlari mengejar Gavin yang bersiap kabur menuju pintu. Tapi sebelum Gavin mencapai pintu, Zafier sudah melumpuhkannya, dan sekarang Zafier tepat berada di bawah lututnya.
"Oke... oke Zafier aku ikut, lepaskan aku", sungut Gavin lagi kesakitan.
"Habis sudah akhir pekanku, padahal aku berniat menghabiskan akhir pekanku dengan Maisy", rutuk Gavin lagi bergegas mengambil ponsel untuk menghubungi kekasihnya.
"Siapa suruh kau mengganggu akhir pekanku", ujar Zafier lagi tak kalah kesal. Kesalahanmu hanya akan kumaafkan kalau beritamu tentang keberadaan Gwen. Tapi beritamu malah membuatku bertambah kesal", tambah Zafier lagi.
"Jam berapa penerbangannya Ga?", tanya Zafier lagi.
"Masih 3 jam lagi, kau bersiaplah", jawab Gavin.
"Apa aku tidak boleh membawa Maisy?", tanya Gavin lagi.
"Apa kau mau aku menjadi pengawal orang pacaran? kalian asyik pacaran dan aku gigit jari sendiri", hardik Zafier lagi.
"Siapa tau kau jadi terinspirasi untuk punya kekasih bos", jawab Gavin tenang. Sampai kemudian sebuah sepatu melayang ke arahnya, untungnya Gavin terbiasa sigap terhadap segala serangan mendadak.
_______
Dalam penerbangan yang membawanya ke Rotterdam, Zafier mencerna setiap kata-kata Gavin. Dia merenung persoalan daddy yang akan menikah lagi.
Walau bagaimanapun Zafier tidak ingin daddy dimanfaatkan orang lain. Apa sudah saatnya ia harus kembali ke negara kelahirannya? apakah dia akan baik-baik saja kembali ke tempat penuh kenangan itu? Sanggupkah ia menata hatinya?, pertanyaan demi pertanyaan memenuhi benak Zafier.
Dia paham betul bagaimana daddy, melarang daddy menikah akan menjadi bumerang baginya, dirinya harus mengalah meneruskan usaha daddy.
Tapi Zafier sadar dia tidak boleh egois dan hanya memikirkan dirinya sendiri. Tidak ada salahnya dia mengenal calon ibu sambungnya, dari dekat dia bisa menilai apakah wanita itu baik atau tidak bagi ayahnya, dia tidak bisa langsung menghakimi wanita itu sebelum mengenalnya. Siapa tau dia wanita yang baik, yang bisa mengurus daddy dan usahanya. Jadi dia sendiri bisa fokus pada usahanya sendiri.
Setelah mendarat nanti, aku akan menghubungi daddy menanyakan permasalahan ini.
"Aah... sudahlah nanti kupikirkan masalah daddy, setelah aku menyelesaikan masalah di Rotterdam", batin zafier lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments