Sheza membaringkan badannya, berharap tidur akan menghilangkan semua beban di otaknya. Sheza ingin ketika terbangun esok pagi, semua yang dihadapinya hari ini hanyalah mimpi.
Kamar yang Sheza tempati saat ini berada di lantai 2 mansion Tuan Zaki. Meski hanya kamar tamu di mansion ini, namun kamar ini sudah sangat mewah dibanding kamar Sheza di rumah. Sebuah ranjang ukuran queen terhampar di ruangan ini, di sudut kiri terdapat kamar mandi yang lumayan besar jika dibanding kamar mandi di rumah Sheza dulu. Sementara di sudut kanan ada balkon menghadap ke taman belakang yang dipagari tembok sangat tinggi.
Mata Sheza masih belum terpejam, padahal jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Berbagai pikiran melintas di otaknya. Sheza sangat gelisah, berkali-kali tubuhnya bolak balik di atas kasur empuk itu. Padahal di kasur lamanya, kasur kapuk yang sudah mulai mengeras, Sheza akan langsung terlelap begitu kepalanya menyentuh bantal.
" Aaaargh,..........", Sheza menghentakkan kakinya berulang-ulang.
" Aku harus bagimana tuhan", ratapnya
" Bagaimana dengan masa depanku nanti, kuliahku, pekerjaanku, hu hu hu", tangis Sheza lagi
" Apa aku harus berakhir di sini, menjadi istri pria tua itu, hu hu hu", rutuk Sheza sambil menangis.
Akhirnya Sheza pun tertidur juga karena kelelahan berpikir dan menangis.
_________
Ketukan pelan di pintu kamar, membangunkan Sheza dari tidurnya. Sheza meregangkan ototnya sejenak. Kemudian beranjak bangun menuju kamar mandi.
" Nona maaf, apakah anda sudah bangun?", tanya seseorang dibalik pintu kamar itu.
" Hmm....sudah", jawab Sheza malas.
" Maaf nona, Tuan Ganial sudah menunggu", ujar suara itu lagi.
" Baik, aku membersihkan diri dulu, kau pergilah, tidak perlu menunggu, aku akan turun begitu selesai"", jawab Sheza lagi.
Selesai mandi, Sheza mengambil pakaian kerja dari koper kecil yang dibawanya. Rok selutut berwarna biru tua dipadunya dengan kemeja putih dengan blazer senada dengan warna roknya.
Sheza menyanggul rambut, meski hanya polesan bedak tipis dengan lipstik peach, namun itu sudah cukup menyempurnakan penampilannya, karena Sheza memang sudah terlahir cantik.
Sheza bergegas turun mencari Tuan Ganial, karena dia harus segera berangkat bekerja, jika tidak ingin terlambat. Sheza tidak mungkin bolos kerja kembali, bisa-bisa ia dipecat, batinnya.
Di ujung tangga lantai 1, seorang pelayan telah menunggu Sheza, ia bertugas mengantar Sheza menunju ruang dimana Ganial menunggunya.
Pelayan perempuan yang sudah setengah baya itu mendorong pintu besar yang ada di hadapan mereka perlahan. Dia mempersilahkan Sheza masuk.
Di dalam ruangan besar tersebut terlihat seorang laki-laki setengah baya tengah bersandar di kursi kerja dengan sandaran yang cukup tinggi.
Sheza mengedarkan pandangannya ke semua penjuru, meyakinkan diri jika tidak ada Tuan Zaki di sana. Sheza bernafas lega. Dia sangat takut pada Tuan Zaki, aura Tuan Zaki memang sangat mendominasi. Membuat setiap orang yang berhadapan dengannya seolah direnggut oksigen di sekelilingnya, nafas terasa tercekat dan sesak.
" Duduklah Sheza, sampai kapan kau akan berdiri di sana?, tanya Ganial.
" Baiklah tuan", jawab Sheza.
" Jangan panggil aku tuan, levelku masih jauh di bawah Tuan Zaki, panggil aku paman saja", ujar Ganial lembut kebapakan, tidak tersisa kegarangan di sikapnya seperti kemarin.
Sheza agak kaget dengan perubahan sikap Ganial, tapi kewaspadaannya malah meningkat, karena ia berfikir pasti ada sesuatu yang diinginkan lelaki tua yang ada di depannya ini.
" Aku juga menyampaikan permohonan maaf Tuan Zaki atas sikapnya kemarin, dia tidak bisa menyampaikan langsung padamu karena ada keperluan bisnis yang harus dilakukannya di kota J, tapi jika kau tidak puas, aku akan melakukan video call dengan Tuan saat ini juga", jelas Ganial panjang lebar.
" Hmm...baiklah, tidak masalah", jawab Sheza pendek.
" Maaf paman, masih adakah yang ingin paman sampaikan? Aku akan segera berangkat bekerja, aku takut terlambat, karena kemarin aku sudah off bekerja", tanya Sheza sesopan mungkin.
Ganial tersenyum, benar-benar seorang gadis yang tidak suka basa basi, to the point dan tegas. Semoga pilihan tuan tidak salah, batin Ganial.
" Maaf pamam, aku...", ucapan Sheza terhenti.
" Baik, aku paham. Aku cuma butuh waktumu 15 menit, setelah itu, aku sendiri yang akan mengantarmu bekerja", jawab Ganial.
" Baiklah paman, tapi aku tidak usah diantar, aku bisa pergi sendiri", ujar Sheza
" Apa kau tidak bisa duduk dulu, agar lebih nyaman bercerita?", tanya Ganial lagi.
" Oh maaf, baiklah paman", ujar Sheza.
Ganial pun menceritakan semua hal terkait hubungan Tuan Zaki dan putranya. Tentang Zafier yang nyaris 6 tahun tidak mengunjungi ayahnya. Ganial juga menceritakan tentang rencana Tuan Zaki agar putra semata wayangnya itu mau mengunjunginya, namun Ganial tidak menceritakan latar belakang Sheza, dan rencana Tuan Zaki untuk menjodohkan Sheza dengan Zafier.
" Kalau kau mau bekerjasama, maka aku akan menolongmu untuk mencari tahu masa lalu mu, apa kau tidak ingin tau kenapa ibumu begitu membencimu", bujuk Ganial lagi.
Sejenak Sheza terdiam, suatu imbalan yang sepadan, pikirnya. Hal tersebut sudah lama ingin diketahuinya, karena perbedaan sikap sang ibu ketika menghadapinya dan kakaknya.
Sheza juga tidak bisa mengingat masa kecilnya. Tidak ada satupun memori yang tersimpan antara Sheza kecil dan sang ibu. Dulu Sheza berpikir itu mungkin karena kekasaran sang ibulah, hingga tak satupun momen bersama sang ibu mampu tersimpan dengan baik di otaknya.
" Jadi aku harus bersandiwara sebagai istri Tuan Zaki", tanya Sheza lagi memastikan.
" Iya, tapi menjelang itu, aku harus melakukan berbagai cara untuk mengemblengmu agar sepadan dengan Tuan Zaki, karena kau tidak tau bagaimana Zafier", ujar Ganial memijit keningnya.
Sheza jadi penasaran, orang seperti apa yang akan dihadapinya nanti. Tapi tidak masalah bagi Sheza. Karena kesulitan hidup telah menggembleng pribadinya menjadi lebih kuat. Hanya anak manja yang hidup berkecukupan, biasa senang, egois dan memandang rendah orang lain, orang seperti itu masih bisa aku hadapi, batin Sheza lagi.
Sudah 15 menit berlalu, kau berangkatlah bekerja dahulu, aku akan perintahkan Carlos mengantarmu. Lain kali aku akan bercerita tentang bagaimana sifat seorang Zafier padamu, agar kau lebih siap menghadapinya", ujar Ganial dengan senyum smirknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments